Thursday, February 3, 2011

Love Ya!!! chapter 5

Love Ya!!!
oleh Imah Hyun Ae
Chapter 5
You’re My Love

---Lia---
Membingungkan… Perlahan aku terus memikirkanmu. Teringat cara tawamu yang khas. Tentangmu yang merebahkan kepalamu di bahuku. Cengiranmu yang lebar saat mau memberikan kejutan padaku. Tatapanmu saat kau memanggilku dengan sebutan ‘sayang’. Tingkah anehmu saat kau membujukku agar tersenyum lagi. Kedua matamu yang menyipit saat kau tersenyum tulus dan polos. Kau yang manyun ketika merajuk, persis seperti anak kecil. Lalu sosokmu yang serius saat bekerja, perhatian dan mudah sekali tersentuh.
Kau yang telah pergi dan aku masih mencintaimu. Apa kau masih ingat bagaimana kita bertemu?
Kuletakkan foto pernikahan aku dan Arga yang sejak tadi kupandangi. Perasaan cinta itu masih nyata di sini, di hati ini…
***

~KKN~
Aku mengenal seorang laki-laki yang aneh. Sudah hampir semester akhir, tapi tingkahnya seperti anak kecil. Senang mengagetkan orang lain, muncul tiba-tiba dengan tampang polosnya. Wajah penuh nafsu saat melihat makanan, apa saja. Tampang memelas ketika tak diberi. Heboh sendiri saat main game di HP-nya atau di HP teman-teman usai mengerjakan tugas.
Aku tak terlalu merasa terganggu dengan tingkahnya. Begitu juga dengan yang lain. Seolah paham bahwa laki-laki bernama Arga itu masa kecilnya kurang bahagia.
“Memikirkan apa?” tanya seseorang sambil menepuk bahu kananku. Aku menoleh ke kanan, tak ada siapa-siapa. Kutoleh ke kiri, sebuah senyum lembut tersungging di bibirnya. Kedua matanya menyipit saat lengkungan indah itu tercipta. Aku tak pernah melihat senyum seperti ini. Senyum cute yang berhasil membuat waktu dan segala hal di sekelilingku serasa tak bergerak.
“Arga, cepat!!” teriakan dari si ketua kelompok menyadarku.
“Oke!!” teriak Arga padanya.
“Aku duluan!” pamitnya padaku. Ia lantas berlari sekuat tenaga menyusul si ketua yang ada di depan.
Aku menghela napas dan memukul dadaku pelan. Kurasai jantungku berdebar kencang. Apa yang terjadi denganku?
----
“Sini kubawakan!”
Seseorang mengambil sayur-mayur yang baru kubeli dari pasar. Dan saat tahu siapa orang itu, aku hanya bisa tersenyum simpul.
“Thanks…” ujerku padanya saat sampai di dapur. Dia mengangguk.
“Ini,” kuberikan roti yang kubeli padanya. Dia memandangku aneh.
“Aku tahu kau lapar,” kataku menjawab keanehannya. Ia tergelak. Tawa khasnya yang seperti suara lumba-lumba itu membuatku ingin menertawakannya.
“Kau pengertian,” ujernya lalu pergi.
Kupandangi sosoknya sampai menghilang dari pandanganku.
Aku menghela napas dan berbalik. Memulai tugasku yang kena jadwal memasak hari ini.
“Kau memanggilku?” sebuah suara membuatku terkejut.
“Arga?!!” komentarku saat melihat dia sudah ada di balik jendela dapur padahal tadi sudah jauh melangkah. “Mengagetkanku saja!” desisku sambil mengurut dada.
“Eukyang-kyang…” ia tertawa. Dan seperti yang kukatakan, tawanya membuatku ingin tertawa juga.
“Kalau punya makanan lagi, jangan lupakan aku ya?” matanya menatapku penuh harap. Membuatku gemas. Berapa sih umur laki-laki ini?? Dan yang lebih penting, kenapa aku bisa mencintai orang seperti ini??!
----
Senyumnya seperti sinar matahari, menghangatkan jiwaku.
Kupandangi dia yang tengah memainkan gitar di sudut ini. Sesekali ikut bertepuk tangan saat suara seraknya yang khas itu berhasil menyanyikan lagu dengan merdu.
“If tomorrow never comes
Would you know how much I love you…”
Dia berhasil membuat satu tinta cinta tertoreh lagi di hatiku.
----
“Boleh bergabung?” suara khas Arga terdengar.
Aku menoleh dan kulihat dia sudah duduk di samping kananku. Jarak kami sekitar 40cm. dia tampak sudah asyik dengan HP-nya.
Aku kembali memandang langit.
Senja yang indah terukir di ufuk barat sana. Semburat jingganya menyebar luas, memantul di awan. Teriakan burung yang ingin pulang mengiringi gemerisik daun yang tertiup angin. Rasanya sore hari ini benar-benar damai.
“Kau bawa HP?” Tanya Arga tiba-tiba.
Aku menoleh ke arahnya seraya mengiyakan.
“Boleh kupinjam?” matanya menyipit dan senyum manis penuh harapnya terukir.
Deg!
Lagi-lagi dadaku berdebar hebat.
“Ada game-nya kan?”
“Ada.” Jawabku sambil mengambil HP di saku jinsku. Kuserahkan padanya. “Tapi hanya game biasa,” smabungku.
Dia asyik memencet tombol navigasi HPku.
“Aku boleh minta kan?” ia bertanya dengan pandangan serius pada HPku.
“Silahkan saja.”
“Thanks…” ia menyerahkan HPku dengan senyuman manisnya.
Aku hendak memasukkan HPku ke sakuku lagi ketika tiba-tiba ia berdering. Kulihat layarnya bertuliskan nomor baru. Cuma Missed call.
“Itu nomorku.”
Kutoleh Arga dengan segera.
“Save ya?”
“Bagaimana kau tahu nomorku?”
Kali ini Arga menyuguhkan cengirannya. “Rahasia,” katanya sembari mengedip jahil.
Aish… sial. Wajahku memanas.
“Kapan-kapan kutelpon ya?”
Bagaimana caraku menyembunyikan wajahku? Pasti merah sekali sekarang.
----

Siang hari, pulang dari kegiatan bersih-bersih lingkungan desa. Aku berjalan sambil memikirkan apa yang sedang Arga lakukan.
“Ya?” sebuah suara terdengar bersamaan dengan tepukan pelan yang mendarat di bahu kananku. Spontan aku menoleh ke kanan. Tak ada. Hm.. pasti Arga pelakunya. Dia kan selalu begini. Kutoleh sebelah kiriku.
Set!
Jari telunjuk kanan Arga menyentuh pipi kiriku.
“Kena deh! Eukyang-kyang…” Ia dengan santainya berkata seperti itu. Apa dia tidak tahu, itu membuat jantungku makin berdebar hebat?!
“Aku tahu kau memikirkanku, makanya kuhampiri, hehe…”
“Ge-er!” aku mencibir ke arahnya.
Lagi-lagi Arga tertawa dengan tawanya yang khas itu sambil berlalu meninggalkanku.
Hff… dia selalu begitu. Menghampiri sebentar lantas menjauh.
HP-ku berdering. Ada pesan masuk. Kubuka,
Pengirim: Arga
‘Kenapa matamu mengikutiku? Sudah rindu ya? ^___^’
Eh?
Kucari-cari sosoknya yang ternyata tengah duduk dengan ke dua tangan menopang dagunya. Kepalanya agak miring ke kiri. Dan dengan imutnya dia tersenyum ke arah… Aku?!!
Aku segera memalingkan wajah. Gugup sekaligus salah tingkah.
***

~Usai KKN~

Hari pertama.
Pesan dari Arga: “Hai.”
“Hai too ^^.”
“Lagi apa?”
“Balas SMS u :p”
“Hahaha…=D”
Hanya itu.
----

Di sore hari yang lain.
“Sibuk?” tulis Arga.
“Um…sedikit. Kenapa?”
“Tidak. Cuma mencari teman SMS-an hehehe… Ya sudah, met ngapain aja ^^”
“OK. Kamu juga ^^”
----

Malam minggu di tengah hujan lebat. Sebuah panggilan masuk ke HP-ku. Tertulis ‘Arga Memanggil’.
Kutekan tombol ‘Yes’.
“Hallo…” sapaku berusaha terdengar biasa saja.
“Hai,” jawabnya ceria. Kemudian dia hanya diam.
“Ada apa?” tanyaku bingung sekaligus tegang dengan kebisuannya.
“Ah? Tidak. Cuma mau mendengar suaramu saja, Eukyang-kyang…”
Aku tersenyum. Sudah lama sekali rasanya tak mendengar suara anehnya ini.
Aku baru mau berkomentar saat suara ‘Tut..tut…tut…’ menyapa telingaku. Ah, kenapa terlalu cepat ditutup?!
----

Di lain hari.
“Apa arti aku bagimu?”
Deg! SMS dari Arga membuat hatiku merasa tegang tak karuan. Apa maksud kalimat ini ya?
“Maksudnya?” balasku hati-hati.
“Jika bagimu aku bintang keberuntunganmu, maka kau harus tahu, aku bukanlah apa-apa tanpamu.” Balasnya.
Aku menghela napas seiring dengan wajahku yang memanas. Tapi, dia tak boleh tahu aku terbang karena kata-katanya kan?! Maka ku balas, “Lagi dapat tugas buat puisi ya?”
Sejam. Dua jam. Lima jam. Dua belas jam. Tak ada balasan darinya. Aku menyesal membalas seperti itu. Argh… coba balas kalimat yang lain ya? Tapi, kalimat seperti apa yang tidak terkesan ge-er??
----

Tiga hari kemudian.
Pengirim Arga: “Ini hati yang penuh kerinduan. Jika hatimu sama dengan hatiku, mau kah kau bersamaku?”
Deg! Apa yang harus kujawab?
Aku menghela napas panjang, dan mulai membalas, “Apa kalimat ini untuk orang yang kau cintai?”
Aku tahu ini pertanyaan bodoh. Tapi kuharap dia mau membalasnya.
Aku terus menunggu. Namun tak satupun pesan yang masuk ke HP-ku yang berasal dari Arga. Sial! Seharusnya aku jawab ‘iya’ saja tadi. Tapi… kalau ternyata dia cuma SMS iseng? Huff… berat juga jatuh cinta sama orang yang sulit ditebak!
----

Dua hari kemudian.
‘Arga memanggil’ tulisan ini tertera di layar HP-ku. Aku segera menjawab.
“Hallo…”
“Hallo…” suaranya terdengar tegang.
“Apa kabar, Ga?” tanyaku canggung.
“Apa kau punya pacar?”
O_o “Mm… tidak. Kenapa?” sekarang aku yang tegang. Apa Arga mau bilang cinta padaku?
“Kalau begitu mau jadi kekasihku?” tanyanya cepat.
“Eh? Kau bercanda?”
Terdengar suara berisik di ujung sana. Apa… Arga mengerjaiku?!
“Kau mengerjaiku?!!” kataku kesal.
“Tidak!!” sahutnya panik. “Ah… kenapa kalian menggangguku!!” teriaknya pada orang-orang di sekitarnya.
Dengan kesal aku mematikan telpon darinya.
Dia menelpon lagi, tapi kutolak.
Tak berapa lama sebuah SMS masuk. Dari Arga.
“Aku serius. Aku cinta sama kamu, Ya.”
“Jangan bercanda!” balasku.
“Bagaimana cara agar kau percaya?Aku benar-benar serius, Ya?”
Aku berpikir sebentar. “Kalau kau serius, datang saja ke rumahku dan bilang pada orang tuaku kalau kau mau aku jadi kekasihmu. Weee… :p”
Tak ada balasan darinya. Apa tadi dia memang serius ya? Aduh… orang yang jatuh cinta memang sering plin-plan…
----

Sebulan kemudian…
Pengirim Arga: “You’re my love, I miss you ^,^”
Deg!
Lagi-lagi dia berhasil menghadirkan degup ini di dadaku. Ahh…wajahku memanas hanya karena SMS itu.
Aku sedang memikirkan apa yang harus kubalas ketika dua buah mobil berhenti di depan rumahku.
Seorang wanita berkebaya dan dua orang laki-laki memakai jas keluar dari mobil itu. Salah satunya kukenali. Dia… Arga??
Lalu, beberapa orang lagi di belakang mereka keluar dan membawakan beberapa barang. Mereka masuk ke… rumahku?!!
***

“Hari itu kau datang dengan kedua orang tuamu. Melamarku. Kau tahu, itu terlalu mendadak buatku, Ga.” Aku tersenyum pada sosok Arga di foto yang kembali kupegang. “Meski begitu, aku tetap menerimamu. Kau tahu kenapa?”
Kupandangi sosok Arga di foto itu. Aku membayangkan dirinya menggeleng. Dengan lirih ku katakan padanya, “Karena aku mencintaimu…”
Dalam benakku, Arga-ku tersenyum…
Aku terlalu sering bertanya, kenapa kau pergi begitu cepat? Jelas-jelas kutahu begitulah takdirmu. Tidak ada sakit atau apapun, kau hanya pergi dengan berpesan padaku, “Jaga diri baik-baik.” Sesaat sebelum kau berangkat bekerja.
***

~Hari Kepergian Arga~
Suamiku tersenyum lembut ketika lagi-lagi saat aku mual-mual, kupikir aku hamil, ternyata hanya masuk angin.
“Mungkin belum waktunya,” ujernya menenangkan.
Aku tak mampu berkata apa-apa.
“Mungkin Tuhan ingin kita lebih banyak bersama-sama dulu, eukyang-kyang…”
Aku tersenyum.
“Aku pergi dulu ya.”
Aku mengangguk. Dia mencium keningku lalu pergi.
“Ma, titip jagain Lia, ya?” pintanya saat dia di depan pintu rumah. Tumben-tumbenan berpesan begitu. “Jaga diri baik-baik, ya.” Pesannya padaku sambil menatapku lama. Lalu mendekat ke arahku sambil berbisik, “Jeongmal saranghae, youngwonnhie…” Lantas tersenyum lembut padaku sambil mengelus pipiku dengan mesra. “Sampai jumpa lagi.”
Siang harinya kudengar kabar dia tiba-tiba jatuh pingsan. Katanya tekanan darahnya tinggi. Semalaman aku menunggunya di rumah sakit. Dia tak jua bangun. Dan paginya… dia benar-benar pergi.
***

Aku menyeka air mataku yang jatuh. Aku merindukanmu, Ga… Kupandangi fotonya yang tersenyum di tanganku ini. Terima kasih karena sudah jadi bagian di kehidupanku…


TBC...


saran please ^^

1 comment:

  1. Aku suka cara kakak menuliskan kata2 nya, so sweet tapi alami.. aku suka deh cerita yg ini, membuat setiap yg membaca pasti membayangkan seseorang. Sayang endingnya agak sedih, T-T tapi justru itu yg bikin makin bagus
    mbak penulis ya? aku baca artikel mbak tentang sinopsis novel mbak, keren yah
    aku juga pengen jadi penulis

    ReplyDelete