Thursday, February 3, 2011

cerpen Curahan Hatinya

Curahan Hatinya
oleh Imah_HyunAe

Bagas menatap layar di depannya yang memperlihatkan blog pribadi rahasia milik kekasih tercintanya, Arin. Dibilang ‘rahasia’ karena isi blog itu hanya diketahui oleh si pemilik saja. Dan sejak 3 hari lalu Bagas boleh mengetahuinya, karena seminggu lalu ia dan Arin resmi menjadi suami istri dengan si adik sebagai walinya. Ayah Arin meninggal 3 tahun lalu setelah sakit struk selama hampir 3 tahun.

Bagas membaca satu per satu isi blog tersebut yang diberi judul Diaryku.

Seketika senyum Bagas merekah. Rupanya Arin menumpahkan semua perasaannya di sana dengan gaya bercerita yang unik. Seolah-olah khusus dipersembahkan untuk ‘suami’ Arin. Dan Bagaslah orangnya.
Bagian yang membuatnya tersanjung adalah saat istrinya menulis,

“My Half, kamu di mana? Kapan kita akan bertemu? Kapan kamu akan melamarku? Apakah kamu sekarang sedang memikirkanku?”
yang ditulis 7 tahun lalu.

Cerita berlanjut soal kuliah, juga kecemasan Arin yang takut jadi perawan tua karena memilih lulus kuliah baru berpacaran daripada pacaran sambil kuliah.

Senyum di wajah Bagas sirna saat ia membaca ‘Diary 121′ yang ditulis 3 tahun lalu.

Isinya…

“Hai, My Half, suamiku. Hari ini, boleh aku curhat padamu. Hatiku sakit. Mataku menangis pilu. Kamu tahu kenapa? Karena untuk kesekian kalinya aku mendengar omelan ibu yang berupa keluhan. Ia bilang dengan nada emosi ‘sudah bosan! Tak ada yang mengerti! Semua tunggul! Suami harusnya mengerjakan yang dikerjakan suami! Bukan aku!! Waktu sehat tak pernah jaga kesehatan. Sudah sakit, merepotkan orang, baru ingin sehat!’

dan keluhan lainnya tentang uang. Kamu tahu kan, ayahku terkena struk 2.5 tahun yg lalu, dan belum sembuh. Aku sebenarnya ingin menjawab, ‘seandainya bisa memilih, ayah tentu tidak ingin sakit. Bukan membelanya. Ibu yang tidak bisa terima takdir. Aku tahu lelah ibu. Kebosanan ibu! Seandainya aku sudah bekerja, aku kaya, aku pasti menggaji pembantu tuk kurangi lelahmu! Sayangnya aku masih kuliah, Bu. Jadi masih belum bisa mengurangi bebanmu dan wujudkan impianmu!
Tulisan yang kuharap bisa menghasilkan uang, juga cuma harapan! Aku sudah berdoa, berusaha. Sampai sakit hati sendiri karena gagal yang kuterima. Jadi berhentilah mengeluh, Bu. Tanpa perlu ibu keluhkan aku sudah mengerti…’

Sayangnya kalimat itu kutelan bulat-bulat di tenggorokanku.

Terima kasih kamu mau mendengarkanku. Ini sedikit kurangi sesak di dadaku.”

Bagas berlanjut ke ‘Diary 122′. Isinya menyentak hatinya.

“Hari ini ayah meninggal. Aku marah pada ibu. Ya, karena mungkin ayah memilih meninggalkan dunia sebab lelah dengarkan omelan ibu.

Ibu diam.

Setelah emosiku mereda, aku menegurnya. Meminta maaf. Tapi ibu tak menjawabku. My Half, harus bagaimana aku?”
ditulis 3 tahun lalu, 2 bulan setelah Diary 121 tadi.

Bagas menoleh ke istrinya yang sedang asyik merapikan alat-alat dapur. Cari di diary atau tanya langsung? Bimbangnya. Dan akhirnya, “apa ibu sudah memaafkanmu?” tanyanya langsung.

Arin menoleh dengan raut bingung.

“di diarymu tertulis…”

“oh…” potong Arin. Ia tersenyum. “Sudah. Lebaran tahun lalu. Jika tidak, ia mungkin tak hadiri pernikahan kita.”

Bagas membuang napas dan tersenyum lega. Ia lantas melanjutkan ke Diary 123…

TAMAT

No comments:

Post a Comment