Showing posts with label flashback. Show all posts
Showing posts with label flashback. Show all posts

Saturday, March 10, 2018

Flashback 8

Flashback 8

Novel ketujuh: My Name is Love, terbit!

Halo!

Hari ini aku kembali dengan kenangan novel ketujuhku yang berjudul My Name is Love. Yang akan kubahas pertama kali adalah ide ceritanya. Novel ini terinspirasi dari salah satu tamu yang hadir di acara Hitam Putih beberapa tahun lalu. Dia mengalami tuli mendadak.

Waktu itu aku juga lagi galau gara-gara tidak bisa nonton SuShow. Jadilah aku mengkhayal kedua hal tersebut dan terciptalah novel ini.

Semula, novel ini berada di tangan editor Gagasmedia. Aku bahkan sempat berkunjung ke kantor Gagasmedia pas aku jalan-jalan ke Jakarta. Dikasih novel kece buat belajar deskripsi. Aku memang lemah dalam mendeskripsikan 😅. Makanya naskah ini sempat lama diedit di sana.

Aku juga bertemu sama Kak Sefryana waktu itu. Foto bareng juga. Sayang nih aku kucel banget. 😅

Kamu pernah tidak ketemu salah satu novelis idola?  Rasanya gimana?  Deg degan?  Malu? Aku juga mengalami loh pas ketemu Kak Sefryana. Karena ga direncanain, aku minta tanda tangannya pakai buku biasa aja. Bukan novel Kak Sefryana. Ah, malu banget waktu itu. 😅

Balik lagi ke novel. Karena deskripsiku yang kurang proses editingnya jadi lama banget. Akhirnya karena tidak ada perubahan yang berarti aku dan editor memutuskan untuk berhenti memaksakan diri. Jadinya naskah aku tarik.
Beberapa waktu kemudian, aku coba kirim ke Media Pressindo. Alhamdulillah diterima dengan baik. Lalu terbit dengan cover dan layout yang cantik. Sampai sekarang masih dijual loh. Dan perlu kamu tahu, settingnya Palangkaraya. Kali aja kamu penasaran sama kota cantik ini 😃

Novel ini memberikan pengalaman berharga banget, yakni sempat bekerja sama dengan gagasmedia. Walau tak bisa tanda tangan kontrak dengen penerbit tersebet. Sedih sih tapi tetap bahagia.  Soalnya terbit di Media Pressindo hehe....

Alasan gagalnya kerja sama kurasa karena karyaku tak bisa memenuhi ekspektasi mereka. Meski begitu aku tetap bahagia. Setidaknya aku pernah mencoba bekerja sama dengan mereka hehe....

Lagipula aku menulis karena suka. Aku tidak mau jadi tertekan karena harus menyesuaikan dengan ekspektasi orang lain. Makanya, meski ditolak atau gagal tanda tangan kontrak, aku tetap senang. Pasalnya, aku percaya bahwa setiap karya punya rumahnya sendiri. Rumah yang akan menerima dengan tangan terbuka. 😊

Sekarang, aku kepengen jalan-jalan ke penerbit lagi.  Kali ini maunya ke Grasindo sama BIP. Kalau bisa gramedia sekalian. Kalau tidak salah mereka masih satu gedung kan? Boleh tidak ya? #colek editor dan admin sosmed Grasindo+BIP+Gramedia 😁

Udah ah. Aku jadi melantur lagi.
Sekian dulu ya. Sampai jumpa di flashback novel selanjutnya. Semoga kamu masih betah membacanya.   😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

Thursday, March 1, 2018

Flashback 6

Flashback 6
Novel kelima: Cinta Dalam Hati, terbit!

Pagi!

Apa kabar?  Aku harap kamu dalam keadaan baik dan berbahagia.

Hari ini aku hadir lagi dengan flashback keenam, tentang novel kelimaku. Apakah kamu menantikannya?  😍

Untuk flashback kali ini sepertinya aku akan membahas inspirasi penulisannya saja. Tidak apa-apa, kan?

Kamu setuju tidak kalau aku bilang penulis itu kerjaan sampingannya mengamati, mendengarkan dan mengkhayal? Kalau tidak,  berarti cuma aku yang begini, haha.  😅

Nah, Cinta Dalam Hati ini bermula dari lagu jepang DBSK yang judulnya Why have I Fallen for You. Arti lagunya nyesek banget. Aku sudah membayangkan bagaimana cerita versi novel untuk lagu itu.

Tokoh menjadi faktor yang tak bisa diabaikan begitu saja. Kebiasaanku juga, aku mau tokohnya benar-benar ada, sehingga cerita akan terasa lebih nyata. Dari sinilah proses mengamatiku berlangsung.

Pulang kampung usai kuliah, bertemulah aku sama sohibku. Di sinilah ide cinta terpendam muncul. Gelagat sohibku --sebut saja A, yang sepertinya menyukai kakak angkat sohib kami yang lain --sebut saja sohib ini si B. Sayangnya Kakak Angkat itu malah terlihat menyukai si B.

Aku pikir cinta diam-diam dan bertepuk sebelah tangan akan menyakitkan. Maka, mulailah aku menuliskan kisah mereka dengan imajinasiku yang bebas hahaha...

Kamu pernah begini tidak?  Menjadikan teman sendiri sebagai tokoh novelmu. Dari karakter sampai gaya bicaranya. Namun, cerita mereka saja yang kamu ubah. Biar sesuai dengan selera editor dan pembaca.

Ketika novel ini terbit, sohibku pun membacanya. Tentu saja mereka protes. Bukan karena mereka jadi tokoh di sana dengan nama berbeda. Melainkan karena ceritanya yang tidak seperti aslinya.

Si A protes.  Dia tidak naksir sama kakak angkat si B. Si B juga membantah,  kakak angkatnya tidak mungkin menyukainya.

Well, seiring waktu berlalu,  tebakanku soal kakak angkat naksir si B ternyata benar. Namun, di dunia nyata mereka tak berjodoh. Hahaha....  😃

Kembali ke novel, cerita di sana fiktif belaka.  Walau beberapa pembaca bilang kesannya kayak kisah nyata. Mungkin beberapa pembaca juga mengalami kisah seperti ini, ya.

Sakit memang kalau cinta bertepuk sebelah tangan. Pedih memang kalau harus memendam perasaan itu tanpa bisa membagi kepediham itu pada orang lain.

Apakah kamu pernah mengalaminya?

Sabar, ya. Percaya saja bahwa nanti kamu akan menemukan orang-orang yang diam-diam menyukaimu juga. Dan aku doakan nanti kisah merah jambumu akan berakhir bahagia.

Untuk luka yang kamu dapat karena rasa cinta itu, coba tuliskan saja. Jika kamu seorang penulis cerpen atau novel, pengalaman ini bisa membuat kamu mendalami perasaan tokoh ketika menghadapi konflik yang sama.

Selanjutnya, seperti yang kubilang di atas tadi, ide dan tokoh bisa dari temanmu sendiri. Lingkungan sekitar juga. Jadi, ketika kekurangan ide, coba amati sekitarmu, ya. Mungkin kamu akan menemukan ide menarik seperti aku.

O, ya,  soal judul, mulanya aku ngasih judul Why Have I Fallen For You. Iya, sama dengan judul lagu yang menginsprasi cerita ini. Cuma menurut editor kurang pas.  Jadi terpilihlah judul Cinta Dalam Hati.

Jujur saja nih, aku kalau milih judul memang seringnya tidak pas. Naskahku yang tidak ganti judul cuma 9-StArs, Our Married, Heartbeat, Please Forgive Us, Dengarlah Rindu, dan Aku Mau Kamu. Selain itu?  Diganti semua wkwkwkwk...  😂

Adakah yang bisa kasih masukan cara milih judul yang benar? Share dong,  hehe...

Ah, hampir lupa. Nama penaku di novel ini juga salah.  Jadi, jangan kaget, ya. Memang, harusnya Orina Fazrina, tapi malah jadi Orina Fajrina. Salah ketik kayaknya. Mau protes udah cetak duluan. Padahal pas kirim contoh cover namanya pas saja. Karena sudah cetak jadi tidak kuprotes. Tak apalah. Masih mirip juga haha...  😃

Sudah dulu, ya. Sampai jumpa di flashback lainnya. Dan sukses untuk karyamu.

Salam hangat,
Orina Fazrina

Flashback 7

Flashback 7

Novel keenam: Our Married, terbit!

Halo!

Apa kabarmu?  Semoga dalam keadaan baik dan berbahagia. 😊

Aku kembali lagi nih dengan flashback novelku. Aku harap kamu menantikannya. 😉

Jujur saja, novel ini yang paling ingin segera aku kenang.  Kerena perasaan saat itu nano-nano banget. Bahagia, seneng, sedih, semangat, cemas, dan patah hati jadi satu.

Novel ini jugalah yang mengenalkanku pada Grasindo. Oleh karena itu, saat dulu ditanya bagaimana cara naskahku bisa kukirim ke sana, aku juga bingung menjelaskannya. Etikanya, aku tidak bisa memberi alamat email redaksi (seingatku alamat email pribadi waktu itu)  sembarangan. Alamat editor juga tidak bisa. Makanya aku selalu menjawab untuk mencari di google saja.  😅

Aku masih ingat, awal tahun 2014, beberapa bulan setelah skandal L Infinite (idolaku) mencuat, aku patah hati. Sedih banget pokoknya pas denger dia punya pacar. Maklumlah, dulu aku masih alay dan cukup egois sama bias sendiri haha...

Lalu, ditengah badai yang menerpa (agak lebay nih) , di antara rasa tak bersemangat yang mendera gara-gara si idola punya kekasih, datang sebuah pesan menarik. Pesan itu dari seseorang di Tim Redaksi Grasindo. Dia menghubungiku via pesan di facebook.

Kamu pernah dapat pesan mengejutkan begini tidak? Aku kaget banget loh waktu itu. Tidak menyangka bahwa ada tim redaksi yang ternyata menghubungiku secara pribadi.

Waktu dapat pesan itu,  aku antara percaya dan tidak. Namun, aku memilih percaya, haha...

Kalau kamu dapat pesan serupa, kira-kira akan percaya atau tidak sama si pengirim?  😀

Kalau tidak salah ingat, beginilah ringkasan percakapan kami di inbox.

Awalnya dia mengenalkan diri dan bertanya apakah aku menulis cerita korea. Aku jawab iya. Lalu, dia menanyakan apakah aku punya naskah korea. Karena saat itu aku lagi down banget dan semua naskah sudah masuk redaksi (juga bukan k-fiction) maka jelas naskah itu tidak ada. Namun, aku tidak mau kehilangan kesempatan. Maka, aku jawablah, naskah lengkap tidak ada, tapi kalau ide ada sih. Dan ide itu muncul begitu saja, terkait kegalauanku soal skandal L.

Dia lantas memintaku mengirim ide tersebut. Kalau tidak salah aku nulis sinopsis lengkapnya 2 halaman dan kilat banget. Segera kukirim.

Dia bilang dia suka. Namun, meminta aku mengirim kembali sinopsis lengkap itu beserta 3 chapter awal.

Aku panik sekaligus bersemangat. Kutulis 3 halaman itu dengan kilat juga. Kukirim segera.

Selang beberapa minggu dia mengabari lagi bahwa redaksi suka dan meminta aku mengirimkan naskah lengkapnya sesegera mungkin.

Ohoo...  Ini tantangan yang menyenangkan. Maka aku menulis dengan cepat.  Badan capek memang karena kelamaan duduk, tapi rasa senang mengalahkan semuanya. Aku berhasil menyelesaikan naskah itu dalam waktu singkat,  sekitar 15 hari saja.

Kamu pernah begini juga?  Menulis cepat untuk sebuah novel?  Menyenangkan sekaligus tantangan ya. 😊

Balik lagi ke novel,  selain skandal L, inspirasi penulisan novel ini adalah WGM. Iya, acara pernikahan virtual korea We Got Married. Aku mencoba menggambarkan suasana syuting dari acara variety tersebut dalam naskah ini. Syukurnya berhasil kulakukan.

Untuk tokoh, terutama si Hye-Mi, karakter penuh kebenciannya muncul saat aku membaca komentar para netizen tentang idol yang tampan dan dianggap tidak bisa menyanyi (termasuk L saat itu). Sifat pantang menyerahnya diambil dari sikap para idol yang meski di-trainee bertahun-tahun tetap tidak menyerah dengan mimpi mereka.

Aku seneng banget pas kenal Ina. Apalagi pas dia bilang suka sama tokoh ini. Aku tersanjung. Dan makin senang karena naskahku jadi referensi dia buat nulis naskah kfiction. 😃

Selanjutnya, setelah naskah selesai kuketik dan kuedit, aku pun mengirimnya segera via email. Dia membalas. Katanya aku mesti nunggu sebulan dulu baru ada keputusan lagi. Aku pun kembali gugup.

Sebulan berlalu, tak ada email masuk. Karena rasa penasaran aku kirim email lagi ke redaksi grasindo itu. Menanyakan kabar naskah. Dan...  Aku dapat kabar bahagia.  😁

Naskah mendapat jadwal terbit! Yayy!!! 😄

Editor pun menghubungiku via email untuk membahas beberapa hal terkait naskah dan keperluan penerbitan. Tak lama kemudian proof reading lalu dikasih cover. Seneng banget. Pertama kalinya ngerasain terbit di Grasindo. Apalagi paa dapat surat kontrak dan bukti terbitnya. Luar biasa rasanya.

Cover novel ini berwarna pink dengan beberapa scene di novel yang dijadikan ilustrasi di cover. Aku langsung suka aja. Setelah kuingat-ingat, novelku selanjutnya selalu ada pinknya ya. 😀

Kemudian novel ini terbit. Dicintai pembaca dan kpopers. Untunglah. 😊

Kalau kamu pengen baca novel ini, bisa saja beli ebooknya di gramedia digital. Hanya saja untuk versi cetak sepertinya sudah tidak ada lagi. Bisa sih beli di Gramedia.com, cuma POD dan harganya sedikit lebih mahal dari harga biasa. 😅

Zaman sekarang, mungkin pengalaman penulis beda denganku. Mereka nulis di wattpad, membangun komunitas dan pembaca setia nan loyal. Kemudian, penerbit meminang naskah mereka. Lantas dicetak dan best seller.  Asyik banget  ya. Aku juga pengin.

Kamu bagaimana? Adakah yang sudah dipinang penerbit? Apakah kamu nulis di wattpad atau storial? Sudah ribuan atau jutaan pembacakah?

Jikalau belum, bersemangatlah. Kamu tidak pernah tahu naskah mana yang akan membawamu pada kesuksesan. Bisa saja loh naskah yang sedikit viewersnya dilirik penerbit karena ceritanya yang oke dan sesuai dengan yang mereka cari. 😉

Jikalau naskahmu sudah pernah terbit (baik indie, self publish ataupun cetak di mayor) namun penjualannya sepi. Sabar saja.  Bisa saja bukumu yang semula sepi peminat itu, bertahun-tahun kemudian justru dicetak ulang dan jadi best seller. Tak ada yang tahu.  😊

O, ya, beberapa waktu lalu juga ada teman facebook yang bilang kalau tulisan flashback ini (maupun novel karyaku) menginspirasi mereka untuk menulis. Senang sekali mendengarnya. Semangat selalu untukmu ya. Semoga sukses.  Dan yang nunggu konfirmasi semoga di acc.  😊

Sekian dulu dariku. Maaf karena agak panjang.

Salam hangat,
Orina Fazrina

Friday, February 23, 2018

Flashback 5

Flashback 5
Novel keempat: 9-StArs, terbit!

Halo!

Hari ini aku kembali lagi sama kenangan dari novel keempatku, 9-StArs. Novel ini merupakan novel terlama yang selesai aku tulis. Kenapa? Kamu mau tahu?  😅

Sebenarnya malu sih. Namun, aku pengen berbagi kenangan ini biar bisa jadi pelajaran buatku juga mungkin buat kamu.

Jujur, novel ini terinspirasi dari boyband-boyband korea kesayanganku dan menjamurnya boyband serta girlband di Indonesia pada tahun 2010. Sebut saja SM*SH. Lalu boyband/girlband Indonesia yang lain seperti S4, Hitz, 7-ikon, Cherrybelle, CJR, dan lain-lain. (aduh, ketahuan nih kalau aku udah tua. 😅)

Aku ingat banget, saat kemunculan mereka di dunia musik Indonesia, banyak yang menghujat. Celaan dan kata-kata meremehkan sering muncul di dunia maya. Kasihan melihat semua itu, tapi aku tidak mendukung mereka juga.

Penulis adalah orang yang gelisah. Itu benar. Aku merasakan sendiri kegelisahan itu. Apalagi semakin banyaknya boyband asal jadi yang muncul di televisi. Kusebut asal jadi karena melihat dari dance atau kemampuan menyanyi mereka yang kurang.

Berangkat dari rasa gelisah itu dan ingatanku pada kisah Super Junior,  DBSK, serta Infinite tentang proses debut mereka, akhirnya aku mulai menulis boyband Indonesia dengan sistem pelatihan seperti di agensi Korea Selatan ini. Boyband ini kuberi nama 9-StArs. Huruf A sengaja dibikin besar. Tujuannya agar boyband ini bisa berada di peringkat A, alias artis papan atas.

Sayang banget, saat itu aku sempat kebingungan menuliskan kisah ini. Bingung endingnya bagaimana. Jadi, naskah ini sempat kuendapkan dan kuabaikan selama lebih dari setahun.  😅

Kamu juga pernah begini?  Tiba-tiba bingung mau bikin ending yang gimana buat novelmu?  Kalau iya, kita tos dulu haha...

Nah, dari novel ini aku jadi tahu pentingnya Outline dan juga "masa mengendapkan naskah". Outline biar saat menulis kita tidak kehilangan arah dalam menulis. Kalau mengendapkan naskah, ketika dibaca lagi naskah itu, kita jadi punya sudut pandang yang beda sama naskah. Jadi lebih teliti,  juga lebih kritis dalam mengedit.

Kamu pernah mengendapkan naskah?  Atau punya naskah yang belum selesai kamu tulis dan sudah kamu abaikan? Coba deh kamu buka lagi tulisan lama kamu itu. Baca dengan pelan dan teliti. Aku yakin kamu akan menemukan ide baru untuk menamatkan tulisan itu. Apalagi kalau selama kamu tidak menghiraukannya kamu banyak membaca. Aku begitu pas novel ini. Dan setelah mengedit hingga halaman akhir aku jadi tahu ending yang kumau bagaimana. Semoga berhasil juga untuk naskahmu, ya. 😊

Sekedar informasi  nih, naskah ini kukirim ke DIVAPRESS. Alhamdulillah cocok sama redaksi. Dapat surat kontrak. Namun, nasibnya sama dengan Memagut Rasa, baru terbit setelah 1 tahun lebih berlalu. Padahal sudah seneng banget karena mengira dalam setahun akan ada 2 naskah yang cetak. Maklumlah, dulu masih belum tahu apa-apa 😅

9-StArs kurang diminati. Aku bisa bilang begini karena pas bazar buku,  novel ini masih dijual di sana. Biasanya memang kalau buku-buku yang kurang laku, atau setelah cetak ulang tidak terjual habis, akan penerbit jual murah di bazar. Aku menduga saat novel ini terbit boyband indonesia sudah kehilangan ketenarannya. Coba pas lagi booming dulu, ya.

Terlepas dari penjualannya yang biasa, aku tetap bahagia. Kenapa? Kamu mau tahu?  😃

Alasannya sederhana saja, sih. Aku bahagia ketika naskahku berhasil cetak dan mejeng di rak buku. Ini impian semua penulis kurasa. Setelah terwujud pasti bahagianya tak terkira. Dan semakin bahagia seandainya menjadi novel best seller haha... 😃

Novel ini juga membuktikan bahwa aku bisa kok menulis novel tanpa ada cintanya. Cuma, memang lebih mudah menulis pas ada kisah cintanya, sih. Makanya novelku lebih banyak kisah cinta remaja atau cinta dewasa muda, hahaa...  😅

Saat ini, aku juga lagi menulis. Lebih tepatnya menantang diri. Nulis naskah tentang perjuangan mewujudkan cita-cita. Maunya nanti kisah cintanya sedikit aja. Semoga bisa, hehe... 😀

Kamu lagi menulis juga? Novelkah? Genre apa? Ngincar penerbit mana?  Mendadak aku kepo nih. 😅

Apapun yang kamu tulis, penerbit mana pun yang kamu incar, aku doakan semoga dinyatakan terbit. Sukses untukmu. 😊

Salam hangat,
Orina Fazrina



Thursday, February 22, 2018

Flashback 4

Flashback 4
Novel ketiga: Memagut Rasa, terbit!

Siang.  😊
Hari ini aku mau mengenang masa lalu lagi.  Kali ini novel ketigaku.

Masih ingatkah kamu dengan ceritaku sebelumnya?  Tentang naskah yang di acc duluan tapi baru terbit hampir dua tahun kemudian?  Nah, salah satunya adalah naskah ini.

Memagut Rasa dinyatakan diterima penerbit DIVAPRESS dan akan diterbitkan. Tanda tangan kontrak pun 2011 lalu. 

Isi kontrak bukan royalti, tapi oplah. Kalau royalti kan kita dapat 10% dari harga buku. Kalau oplah, naskahku kemarin dibayar 2 juta, untuk 4000 eksemplar. Kalau dicetak ulang lagi, dibayar lagi. Beda sama jual putus. Kalau jual putus, setelah dibayar 2 Juta, tidak dibayar lagi. Meski cetak ulang, kita tidak mendapatkan uang lagi.

Waktu itu,  aku sudah menyadari lebih asyik kalau sistem royalti. Cuma, karena pengen ada naskah yang cetak, aku terima aja tawaran oplah itu. Sayangnya aku tidak tahu kalau jadwal terbit satu naskah bisa lama banget meski udah tanda tangan kontrak.  😅

Maklumlah. Waktu itu kan aku belum pengalaman. Dan Memagut Rasa adalah naskah pertama yang di acc.

Kamu juga begini? Tidak mengerti apa-apa tentang penerbitan?  Sama. Aku juga dulu begitu. Aku cuma tahu tentang royalti aja. Tidak tahunya ada juga yang sistem oplah dan jual putus.  😅

Menurutku memang lebih baik kita punya satu karya dulu yang cetak. Meski tawaran itu jual-putus. Setidaknya, setelah cetak jalan buat naskah lainnya lebih mudah. Kayak ceritaku di flashback ketiga kemarin.

Aku harap naskahmu ada yang di acc penerbit. Sehingga jalan untuk naskahmu yang lain jadi lebih mudah.

Kembali ke Memagut Rasa, novel ini terbit April 2013. Kisahnya sendiri terinspirasi dari banyaknya berita di televisi tentang HIV Aids. Aku kepikiran saja dan sebagian karena pengen bikin cerita sedih juga.

Novel ini cukup diminati banyak pembaca. Senang sekali rasanya. Dan bisa dibilang novel ini novel paling berharga banget.

Kenapa?  Kamu mau tahu? 

Baiklah. Alasannya karena novel ini penentu dari segalanya.

Kamu pernah tidak merasa lelah dengan penolakan dari penerbit?  Sama. Aku pernah juga. Jadi, waktu aku kirim naskah Memagut Rasa, aku sudah memutuskan, jika naskah itu ditolak penerbit, aku akan berhenti menulis. Kalau memang bukan jalanku jadi penulis aku tidak akan memaksakan diri.

Seakan Tuhan menjawab kegundahanku, naskah itu diterima. Kepercayaan diri yang meredup akhirnya bangkit lagi. Lalu setelahnya aku kirim naskah-naskahku yang lain. Termasuk Aku Kamu Kita yang memberikan pelajaran tentang pantang menyerah serta naskah akan selalu ada rumahnya.

Nah, dari sini juga sebenarnya nama pena menjadi penting. Karena Memagut Rasa duluan acc, aku putuskan pakai nama Imah_HyunAe. Penerbit setuju.

Akan tetapi, editor dari Aku Kamu Kita yang acc di kemudian hari tak setuju dengan nama pena itu.  Kurang sip.

Jadilah aku menyetorkan nama pena lainnya. Waktu itu ada 5 nama pena kusetorkan. Dan akhirnya yang terpilih adalah Orina Fazrina ini. Setelahnya aku jadi lebih suka sama nama pena ini sih haha...

Bagaimana denganmu? Sudah punya nama pena? Kalau mau, kamu bisa putuskan dari sekarang loh.

Eh, tapi nama asli pun bisa kok, kalau editornya setuju. Tidak masalah. Beberapa penulis yang kukenal juga pakai nama asli.

Sebelum kuakhiri flashback keempat ini, aku mau mengucapkan terima kasih. Boleh kan?
Terima kasih kepada penerbit, editor,  dan tim yang berkenan menerbitkan karyaku dari awal sampai hari ini.

Terima kasih kepada pembaca karyaku baik dari zaman aku sekolah, fanficlovers maupun saat aku sudah menjadi Orina Fazrina dan Imah_HyunAe.

Terima kasih kepada teman-teman sesama penulis yang saling berbagi cerita, semangat, dan dukungan.

Terima kasih kepada kamu yang mau membaca kenanganku ini. Semoga kenangan ini bisa memberikan semangat untuk kembali berkarya lagi.

Untuk yang merasa terganggu, aku minta maaf. Maaf juga karena setelah ini pun aku akan kembali mengenang lagi, hehe...  😊

Sekian dariku. Sampai jumpa di flashback 5. Semoga kamu masih berkenan membaca. 😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

Sunday, February 18, 2018

Flashback 3

Flashback 3
Novel kedua: It Must be Love, terbit!

Melanjutkan flashback kemarin, hari ini tentang novel keduaku. Masih ingatkah kamu sama ceritaku kemarin? Tentang nulis fanfic di Catatan dan Halaman Facebook?

Nah, novel ini berawal dari kesukaanku menulis fanfic alias fiksi penggemar. Menyenangkan sekali rasanya bisa menulis sambil membayangkan idola sendiri. Idolaku dulu adalah DBSK, SS501, SHINee, Infinite, Boyfriend, dan Nu'est. Kalau sekarang, makin bertambah hahaha 😅

Kalau kamu, idola kamu siapa? Boleh dong kasih tahu. Kalau idola kita beda, kita damai aja ya. Tidak perlu 'war' kayak netizen lain.  😃

Balik lagi ke tulisan, mulanya tulisan fanficku banyak yang baca dan kasih komentar. Yang minta tag juga banyak. Namun sedihnya, setelah sekian tahun berlalu, kesenangan berbagi khayalan itu lenyap. Sebabnya, kebanyakan pembaca menjadi silince reader. Kasih like pun enggan.

Kamu juga mengalami? Nyesek banget, ya?  Tapi, zaman sekarang sepertinya asal viewersnya banyak, masih bisa terbit. Apalagi kalau sudah mencapai 1 juta viewers, ya. Jalan menembus ke penerbit lebih mulus. (memang tidak semua sih, tapi rata-rata begitu). 😃

Nah, Alternatif lain yang aku pilih adalah menerbitkan indie. Kfiction perdanaku sempat aku cetak di nulisbuku(dot)com. Namun tidak dilirik siapapun kecuali aku hahaha...

Sedih?  Iyalah. Tapi,  pola pikirku setelah Aku Kamu Kita di acc penerbit telah berubah. Aku hanya beranggapan kalau kfictionku salah tempat  saja. 'Dia' tidak cocok terbit indie.

O, ya. Kehilangan pembaca aktif memang  membuatku sedikit berduka. Karena itulah, aku memilih menulis kisah dan kusimpan di komputer dan laptop sendiri. Bagi kamu yang lebih suka merahasiakan karya, aku paham kok. Dan tidak mengapa kalau kamu lebih suka langsung ke penerbitnya.
Aku juga, untuk beberapa karya lebih memilih merahasiakannya hahaha...

Kfiction perdana itu aku hapus di nulisbuku(dot)com. Di blog dan catatan juga aku hapus. Selanjutnya aku revisi sendiri. Perbaiki agar adegan lebih sesuai dan lebih nyata. Dan isinya agak beda dari yang pernah kusebarkan di catatan atau pun sewaktu di nulisbuku.

Seperti yang kubilang, novel pertama membuka jalan untuk novel lainnya. Aku pun mengirimkan naskah kfiction yang sudah kuperbaiki itu ke email editor Media Pressindo. Alhamdulillah diterima.

Tapi, seingatku waktu itu editor pertamaku sudah resign. Jadi yang menangani adalah editor lain. Untungnya dengan editor ini tak ada revisi. Hanya proofreading. Cover diberi lalu terbit awal 2013 lalu. Beberapa bulan setelah Aku Kamu Kita terbit. Hehe. 😃

Pas terbit, aku bahagia banget. Kfiction perdana yang cetak. Tapi waktu itu kfiction belum booming banget, jadi penjualannya pun biasa saja. Hanya saja aku bersyukur. Jika aku tidak menuliskan kfiction itu dulu, aku tentu tak akan berkenalan dengan salah satu anggota redaksi di Grasindo. Tak mungkin dia akan menanyakan kesediaan soal naskah kfiction padaku. 😃

Benar. It Must Be Love menjadi jalan untuk kfictionku yang lain dan mengenal Grasindo. Aku bahagia tentu saja. Nanti, saat giliran novel Our Married aku bahas, akan kuceritakan bagaimana perkenalanku dengan Grasindo. Perkenalan yang menarik dan indah.  (Semoga bisa terus bekerja sama dengan penerbit ini dan juga medpress. Aamiin.)  😁

Kamu yang menyukai korea bahkan sering membuat fiksi penggemar, coba deh mulai membuat novel kfiction. Siapa tahu berjodoh di Grasindo, kan?  Atau malah berjodoh di penerbit lain seperti Haru. Atau mungkin berjodoh di lain tempat?  Coba saja. Kalau tidak dicoba mana tahu hasilnya, kan?  😀

Ingatlah bahwa kita tidak pernah tahu rumah mana yang akan membukakan pintu kalau kita tidak pernah mencoba mengetuk pintunya. 😀

Semangat!

Salam hangat,
Orina Fazrina

Flashback 2

Flashback 2
Novel pertama: Aku Kamu Kita, terbit! 

Tulisan ini akan panjang sekali. Tapi aku harap kamu betah membacanya.
 
Novel pertama adalah pintu untuk membuka jalan agar naskah lainnya berjodoh dengan penerbit. Mungkin kisahku ini tidaklah sama dengan penulis kece saat ini. Namun,  aku tetap ingin berbagi. Baik itu kisah maupun semangat perjuanganku saat mulai "mengetuk" pintu penerbit. Aku harap kamu masih bersedia menyimaknya.

Perjalanan menerbitkan karya pertama ini tidaklah mudah. Tapi bukan berarti aku menyerah.

Dari tahun 2008 aku mulai sering menulis dan mengirim kumpulan cerpen dan novel karyaku ke penerbit. Tidak langsung sukses tentu saja. Kamu yang masih berjuang pun, bertahanlah. Pasti nanti akan ada pintu yang terbuka. 😊

Kamu bisa percaya sama kisah yang aku tuliskan ini. Pengalamanku sendiri.

Mulanya, aku juga sama kok kayak kamu. Aku tidak tahu banyak hal tentang pengiriman naskah.  Aku tidak tahu bagaimana cara mengirimnya, berapa halaman naskah yang diinginkan penerbit, ukuran hurufnya apa, spasi berapa, bikin sinopsis bagaimana, berapa lama proses reviewnya, kirim cetak atau soft file, via pos atau email.

Ketidaktahuan itu membuatku rajin membeli novel. Tujuannya selain mengetahui genre naskah yang sering penerbit terbitkan, juga untuk menemukan alamat penerbit yang benar. (ini bisa kamu tiru loh biar tahu naskahmu bakalan berjodoh di mana)

Email masih belum terlalu dimanfaatkan dulu.  Penerbit juga lebih senang yang cetak. Mungkin karena bacanya lebih nyaman, ya?   😀

Dulu itu ongkos kirim masih lumayan (dari Kalimantan Tengah ke Jakarta). Biaya cetak juga masih ringan. Namun, seiring berkembangnya zaman, naiknya harga BBM, dan meningkatnya biaya hidup, semua itu meningkat. Aku yang semula senang mencetak naskah, akhirnya mundur teratur karena alasan biaya yang minim.

Untungnya, zaman mulai berkembang. Internet mulai lancar. Facebook pun menjadi sarana komunikasi paling keren. Halaman dan Catatan menjadi pilihan penulis pemula seperti aku dalam mencari pembaca. Para blogger pun tak kalah fenomenal.

Jujur, aku sempat iri dengan para blogger yang tulisannya dibaca jutaan orang. Penerbit langsung melirik naskahnya dengan mudah. Sedangkan aku, meski ikut-ikutan nulis di blog, tulisanku tetap tidak dilirik.

Tahun 2008 juga aku mulai mengenal yang namanya fanfic. Lengkap dengan situs-situs fanfic keren seperti fanfiction(dot)net dan asianfanfic(dot)com. Dari situs ini kemudian aku mengetahui juga soal situs untuk penulis-penulis indonesia yang keren yaitu kemudian(dot)com.

Aku jelas mencoba berbagai cara agar tulisanku dilirik penerbit. Dari menulis di halaman facebook (fanfic lovers namanya, tapi sekarang kami sebagai penulis dan juga foundernya sudah tidak aktif di sana). Aku juga menulis di blog dan kemudian(dot)com. Tapi belum nasib, karyaku masih tidak dilirik. Kadang dapat juga kritikan pedas yang bikin hati pedih.

Apakah kamu juga mengalami hal ini?  Berjuang terus tapi selalu menemui kegagalan?  Lalu bukannya mendapat suntikan semangat tapi kamu malah dapat kritikan yang kadang meruntuhkan rasa percaya diri?

Tenang,  ya. Sabar. Semua indah pada waktunya. Aku mengalami dan membuktikan sendiri.

Hari-hari berat terus dilalui. Pembaca yang semula aktif berkomentar di halaman dan catatan facebook serta yang selalu menyemangati perlahan mulai memilih menjadi silince reader. Nyesek?  Banget!

Saat komentar menyenangkan itu menghilang, aku sempat merasa kehilangan semangat menulis. Kamu juga? Aku paham.  Sedih boleh, tapi tetap menulis, ya.  Kamu pasti bisa.  😊

Aku mencoba kembali mencari info pengiriman naskah reguler di google. Aku juga bertanya sama kakak-kakak penulis yang kutemukan akun facebook dan twitternya. Kebanyakan memang menjawab, "cari di google. Ada banyak informasi di sana."

Jadi, kalau kamu mendapatkan kalimat serupa, kamu tidak perlu sakit hati. Aku sama denganmu. Aku juga dibegitukan. Bahkan sama Kakak penulis yang sudah kuanggap sebagai idolaku. Tapi, aku menerima balasannya. Aku cari lagi.

Untungnya, penerbit pun mulai mengenal media sosial. lnfo-info resmi dari penerbit pun mudah didapat, termasuk alamat lengkap, alamat email dan lowongan naskah.

Ini seperti angin segar buatku yang mulai lemah mental dulu. Saat itu Divapress yang membuka lowongan naskah menyatakan akan menerbitkan dua naskahku. Iya naskahku di acc. Tapi, sayang, baru terbit dua tahun kemudian. Dan itu bukan Aku Kamu Kita. Nanti akan kuceritakan di flashback lain soal dua naskah itu. Kuharap kamu bersedia menyimak lagi nanti. 😊

Aku Kamu Kita ini ditolak diva. Aku sedih lah. Kok ditolak?  Dua lainnya diterima, kenapa ini tidak?

Aku bertanya-tanya. Jadi, karena penasaran, aku coba kirim ke Gramedia. Print out. Judulnya pas masih belum cetak itu sempat ganti dua kali. Pertama Love So Sweet. Kedua pas ngirim ke Gramedia, judulnya kubikin lebih panjang : "Cinta... Sebuah Penantian untuk Sang Belahan Jiwa". Aku yakin banget naskah ini cocok di gramedia. Tapi, sayang. Ekspektasi tidak sesuai realita. Mereka justru menolak. Hiks. Sakit hati banget.

Kamu yang mengalami penolakan paham kan sama sakit hati yang aku alami? Berkali-kali lagi?  Sama. Aku juga paham sama sakit hatimu. Kamu tidak sendirian saat menanggung pedihya penolakan itu. Jadi, jangan menyerah ya.😊

Aku ingat, waktu itu aku kesel banget. Surat penolakan dari gramedia masih kusimpan sampai kini.  Lihat saja fotonya nanti, ya hehe. Aku masih penasaran soalnya sama penerbit itu.

Nah, balik lagi ke Aku Kamu Kita. Aku masih penasaran kenapa 'dia' ditolak. Masa tulisan yang lain bisa lolos yang ini  tidak?

Lalu, aku membongkar novel koleksi. Ketemulah sama novel dari Penerbit Narasi. Aku lihat ada alamat email penerbit di sana. Aku nekat kirim.  Katanya 3 bulan akan ada balasan untuk keputusan naskah.

Waktu berlalu. Dan balasan itu tak kunjung datang.

Aku pun mulai pesimis. Mungkin cuma dua itu saja yang layak terbit, sedangkan Aku Kamu Kita tidak.

Aku lalu memilih terbit indie untuk naskahku yang lain. Pilihanku dulu nulisbuku(dot)com.

Hanya saja, siapalah aku ini? Tak punya nama. Tak banyak dikenal pembaca. Dua karyaku di nulisbuku  tak dilirik pembaca. Sedih sekali. Nanti, ini akan ada hubungannya dengan flashback novel lainnya. Kuharap kamu mau menyimak lagi.

Baiklah. Kamu adakah yang menerbitkan indie juga? Apakah banyak yang beli? Banyak yang suka? Ah, sedikitpun tak mengapa. Asal ada yang membaca dan menyukainya itu sudah kebahagiaan tersendiri, benar tidak? Kalau aku tidak ada yang beli. Sedih sih. Tapi ini telah menjadi kenangan indah lain yang akan kuceritakan lagi padamu nanti.

Seperti yang kita tahu, semua memang indah pada waktunya. Delapan bulan berlalu setelah pengiriman naskah di Narasi, akhirnya ada editor menelopon. Mengatakan agar aku merevisi sedikit naskahku.

Jelas aku kaget. Naskah yang mana?  Editor cantik itu menyebutkan judul dan nama tokoh yang telah kulupakan. Dia juga menyebut nama penerbitnya, Media Pressindo.

Usai ditelepon, aku membuka email. Mencari nama tokoh yang editor maksud. Tidak ketemu (waktu itu kami sama-sama salah ingat dengan nama tokoh).

Aku pun mencari info penerbit itu. Setelah mencari, aku tahu kalau Media Pressindo masih bagian dari Penerbit Narasi.

Aku cari lagi emailku ke penerbit tersebut. Aku sempat mengira naskah ini ditolak, tak tahunya diterima. Bersyukur banget.
Selanjutnya, proses revisi. Satu kali revisi aja sih. Cuma menambah adegan konflik. Setelah itu proofreading. Dikasih juga cover novel yang cantik banget. Dan editor tersebut dengan baik hati memilihkan tagline serta menentukan blurb.

Aku lupa berapa lama proses terbitnya. Yang aku ingat aku bahagia banget saat memegang bukti terbit Aku Kamu Kita ini. Novel tipis namun menjadi kenangan manis.

Dan, kamu tahu? Novel ini best seller!  Cetakan 1 sebanyak 3800 eksemplar habis dalam waktu singkat. Dan terus dicetak ulang hingga tiga kali.

Dari sinilah aku lalu memahami, bahwa naskah ditolak mungkin saja bukan karena tulisannya yang jelek. Namun, karena salah memilih 'rumahnya'. Dari sini pulalah aku menemukan kepercayaan diri lagi.

Memang saat naskah ditolak, aku akan sedih banget. Tapi cuma sehari. Setelahnya aku semangat lagi. Sebab, Aku Kamu Kita sudah membuktikan padaku keberhasilannya. Penolakan adalah kesuksesan yang tertunda, haha...

Juga, dari sini pulalah aku percaya bahwa setiap karya punya rumahnya sendiri. Setiap karya punya pembacanya sendiri.

Karena itu, semangat terus, ya!  Semua kelelahan, kesedihan, sakit hati, dan perjuanganmu akan berakhir indah. Seperti karyaku ini.  😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

Flashback 1

Flashback 1
Bagaimana aku menemukan bakatku?

Hai!
Perkenalkan. Aku pemilik nama pena Orina Fazrina dan Imah_HyunAe. Bagi kamu yang bingung kenapa aku punya dua nama pena, nanti akan kuceritakan.  Tidak di sini, tapi di postingan lainnya. Aku harap kamu bersedia menanti.  😊

Sebelum aku memulai kisah tentang Novel pertamaku, boleh kan,  aku bercerita tentang diriku yang menemukan bakat menulis ini?  :)

Aku sejak kecil suka berkhayal. Apalagi ketika aku bermain sendirian. Aku menikmati khayalanku itu. Sendirian tentunya. Tak pernah kuceritakan pada siapapun termasuk keluargaku. Bagiku, mengkhayal itu menyenangkan. Apa kamu berpikiran sama?  😃

Setelah menginjak usia SMP, sekitar tahun 2003, aku mulai mengenal dunia fiksi, yaitu cerpen. Cerpen ini kutemukan di majalah dan tabloid keren pada masa itu. Karena cerpen-cerpen yang keren, aku jadi mengenal dunia sunyi namun menyenangkan. Aku bisa membayangkan dialog, latar, ekspresi tokoh dalam kepalaku. Rasanya menyenangkan dan hebat sekali.

Perasan senang itulah yang membuat aku tertarik untuk menuliskan khayalanku dalam bentuk tulis tangan. Agar bukan hanya aku yang menikmatinya, tapi orang lain juga. Awalnya aku menulis cerpen pertamaku di buku. Kemudian zaman itu diary lagi tenarnya, aku pun menuliskan cerita di diary. Semoga buku-buku dan diarynya masih ada. Biar bisa kutunjukkan pada kalian kenangan belasan tahun itu.  😂

Teman-teman SMP-ku tentu tahu bagaimana aku menyebarkan tulisanku pada saat istirahat atau jam pelajaran (ini jangan ditiru ya  😅). Aku kadang meminta saran mereka. Bahagia sekali rasanya ketika mereka menyukai apa yang kutulis dan menagih kapan lanjutan atau tulisan lainnya kutulis.

Ini awal-awal menulis yang paling indah aku rasa. Apalagi teman-teman banyak yang mendukung waktu itu. Senang sekali rasanya.

Apakah kamu juga begitu? Punya teman-teman baik yang mendukung hobi menulismu?  😀

Dari sekedar hobi menulis, rasa penasaranku terhadap media masa pun meningkat. Aku merasa tertantang dan kadang terlalu percaya diri juga. Soalnya waktu itu aku tahu, bahwa penulis cerpen di majalah dan tabloid tidak hanya dari Jakarta atau Pulau Jawa saja. Tapi luar pulau pun ada.

Pikirku waktu itu, kalau penulis lain (yang luar pulau jawa) saja bisa, kenapa aku tidak?

Dari pemikiran itu, menginjak SMA (karena baru pas SMA aku kenal yang namanya komputer dan bisa mengetik 😅) aku pun mulai rajin mengirim naskah ke redaksi majalah incaranku.

Dulu, teknologi dan sumber informasi tidak secanggih sekarang. Semua dulu harus ketik di komputer dan di-print, lalu kirim via pos. Terkadang ada redaksi yang berkenan mengirimkan surat penolakan beserta print out naskah cerpen yang aku kirim.  Kadang kala tak ada pernyataan ditolak atau diterima.

Apakah kamu juga sering ditolak atau digantung? Sekarang kamu bisa lebih tenang. Karena bukan hanya kamu yang mengalaminya, tapi aku juga. Dulu hingga sekarangpun kadang masih ditolak  😅.

Dulu, mau tanya-tanya tentang kabar naskah harus lewat telepon. Aku yang masih sekolah dan punya uang jajan yang pas-pasan tak sanggup menelepon ke redaksi hanya untuk menanyakan soal naskah itu. Jadi ketika tak ada kabar, aku menganggapnya sebagai penolakan.

Aku akui, sakit memang mendapati kenyataan bahwa imajinasi kita tak dianggap bagus dan layak untuk terbit. Pikiran untuk menyerah pun hadir. Apakah kamu juga? Kalau iya, kita tos dulu. 😃

Namun, saat itu rasa penasaranku lebih besar daripada rasa menyerah. Aku tetap mengirim terus, memperbaiki tulisan juga, hingga akhirnya tahun 2008 sebuah kabar dari pak Pos datang. Dia mengatakan ada kiriman uang untukku.

Aku jelas kaget. Siapa yang mengirim? Keluarga jauh?  Tidak mungkin! Yang paling mungkin adalah salah orang.

Nyatanya, uang itu benar untukku. Pengirimnya tabloid keren yang suka kubaca dulu. Uang itu adalah royalti untuk naskahku yang terbit di tabloid mereka.

Aku jelas mencari-cari tabloid tersebut. Tapi, lamanya pengiriman uang via pos pada tahun 2000an itu (sekitar dua minggu setelah terbit baru sampai ke tanganku) dan penjual majalah hanya ada satu (itu pun harus memesan dulu), maka aku tak menemukan tabloid yang menerbitkan cerpenku itu. Tabloid itu sudah tidak ada lagi di kios.  Andaikan ada, tentu kenangan indah ini bukan sakedar ceritaku saja, tapi ada buktinya. Hehe....

Tak mengapa jika kamu tak percaya. Tapi berkat royalti itu aku jadi semakin semangat menulis. Aku yakin tulisanku memang layak dibaca banyak orang.

Nah, dari situ aku mulai menulis novelet. Kisah cinta SMA khayalanku sih. Tetapi, sambutan teman SMA tak kalah bagus. Mereka menyukai tulisanku itu. Kadang rela antri untuk membaca. 😃

Perlu kamu tahu, dulu itu kami belum mengenal blog. Frienster dan facebook saja baru tahu setelah lulus SMA. Jadi sarana paling menunjang untuk menyebarkan tulisan adalah mengetik dan mencetaknya, kemudian dibaca bergantian oleh teman. 😅

Di SMA inilah aku mulai mengenal novel. Baik itu genre islami, romansa, teen lit, dan drama. Saat SMA juga novel yang kusuka adalah novel yang tebal-tebal. Rasanya lebih puas membaca yang tebal dari pada yang tipis.

Kemudian, setelah sering baca novel, perasaan tertantang pun muncul. Orang lain bisa nulis novel, aku pun harus bisa. Pasti bisa.

Aku lantas mencoba. Sulit memang di awal-awal. Hanya untuk memenuhi target 80 halaman, aku kesulitan. Kamu yang baru mulai menulis, apakah juga merasa kesulitan?
Jika iya, maka tenanglah. Kamu akan terbiasa seiring waktu dan seringnya kamu menulis. Kayak aku sekarang hehe...

Nah, selanjutnya akan kumulai kisah bagaimana novel pertamaku terbit.

Perjuangan untuk menerbitkan karya ini tidaklah mulus. Apa Kamu siap menyimak?  😃
Aku harap begitu.  😊