Wednesday, March 21, 2018

Obrolin Buku Scheduled Suicide Day karya Akiyoshi Rikako

Scheduled Suicide Day
Karya Akiyoshi Rikako
Diterjemahkan oleh Andry Setiawan
Diterbitkan oleh Penerbit Haru
Cetakan pertama April 2017

Aku kembali lagi dengan novel karya Akiyoshi Rikako. Kali ini penulis menceritakan tentang Ruri yang membenci Mama tirinya. Apalagi setelah sang ayah ditemukan tewas.

Dugaan awal Ruri ayahnya dibunuh si Mama Tiri demi mendapatkan semua hartanya. Apalagi Mama Tiri itu tak terlihat berduka setelah ayahnya Ruri meninggal.

Karena tak ada yang mendengar dugaan pembunuhan itu, Ruri nekat memilih bunuh diri dan menuliskan surat wasiat supaya pihak berwajib mau mengusut perihal kematian ayahnya. Namun usahanya digagalkan oleh sosok Hantu. Jadilah mereka melakukan perjanjian. Ruri boleh bunuh diri kalau tak berhasil membuktikan ibu tirinya bersalah. Waktunya hanya 1 minggu.

Berhasilkah Ruri membuktikannya?

Seperti biasa, Senpai membuat tokoh yang Ruri curigai bertambah di bab selanjutnya. Cuma sebagai pembaca yang sudah dua kali membaca karyanya, aku bisa menebak tokoh-tokoh yang Ruri curigai pasti bukan pelakunya.

Sayangnya aku kembali terkecoh. Mengejutkan! Dan cukup kesal juga setelah tahu siapa pembunuhnya. Meski begitu aku tetap suka endingnya.

Kamu penasaran? Baca aja bukunya ya. Sudah Tersedi di toko buku kesayanganmu.

Sampai jumpa lagi diobrolin buku lainnya.

Salam hangat,
Orina Fazrina

Wednesday, March 14, 2018

Obrolin Buku Sauh karya Shabrina Ws

Sauh
Sebuah novel karya Shabrina Ws
Telah disunting oleh Pradita Seti Rahayu
Terbit di Elex Medi Komputindo tahun 2017

Jujur aja, kepengen baca novel ini karena blurb dan taglinenya yang galau banget. Terus, karena penulisnya aku juga kenal hehe...

Novel ini bercerita tentang Rosita dan Danu. Tentang pekerjaan mereka. Juga cinta diam-diam yang mereka jaga.

Sayang,  suatu ketika Rosita terpaksa pindah. Berjauhan dengan Danu tentu hal yang berat baginya. Ditambah lagi ternyata ada maksud terselubung dibalik kepindahannya.

Perjodohan, salah paham, ditekan dan meminta kepastian. Keempat hal tersebut menjadi pemanis novel ini. Membuat penasaran juga.

Sekali lagi karya Mba Shabrina menyentuh hatiku. Padahal awalnya aku ragu diriku akan tersentuh. Soalnya tema ceritanya udah sering diangkat juga di novel-novel. Aku yakin reaksiku akan biasa saja.

Namun saat aku membaca  bab curhatan si Budhe, aku menitikkan air mata. Lalu saat Rosita dan Danu saling adu mulut, mataku berembun membacanya. Kemudian saat Maryono dan Danu saling bertemu sebagai sesama lelaki, aku menangis haru. Keren. Suka sama kata-kata di bab-bab tersebut.

Buatku, nggak rugi deh baca novel ini. Selain kisahnya yang ditulis dengan menarik, novel ini quoteable banget. Cocok lah buat yang suka baca dan suka share kutipan menarik di dalam buku bacaannya.

Beberapa quote yang aku suka di antaranya:

"Aku tidak mau memulai sesuatu yang mengambang. Aku nggak yakin bisa terus bertahan tanpa tenggelam." -- hal. 76

"Pernikahan adalah akad suci, bukan kesepakatan yang basa-basi." --hal. 138

"Memberi harapan tanpa kepastian, sama artinya menaruh duri diam-diam." --hal. 179

"Saya pikir, mengakui perasaan di depan wanita yang saya sukai tanpa memberinya kepastian sama saja seperti menyakiti diam-diam." --hal. 194

Udah. Ini aja. Kalau kamu penasaran, baca novelnya aja ya. Sudah tersedia di toko buku kesayanganmu loh. 😊

Sampai jumpa di buku lainnya.

Salam hangat,
Orina Fazrina

Saturday, March 10, 2018

Flashback 8

Flashback 8

Novel ketujuh: My Name is Love, terbit!

Halo!

Hari ini aku kembali dengan kenangan novel ketujuhku yang berjudul My Name is Love. Yang akan kubahas pertama kali adalah ide ceritanya. Novel ini terinspirasi dari salah satu tamu yang hadir di acara Hitam Putih beberapa tahun lalu. Dia mengalami tuli mendadak.

Waktu itu aku juga lagi galau gara-gara tidak bisa nonton SuShow. Jadilah aku mengkhayal kedua hal tersebut dan terciptalah novel ini.

Semula, novel ini berada di tangan editor Gagasmedia. Aku bahkan sempat berkunjung ke kantor Gagasmedia pas aku jalan-jalan ke Jakarta. Dikasih novel kece buat belajar deskripsi. Aku memang lemah dalam mendeskripsikan 😅. Makanya naskah ini sempat lama diedit di sana.

Aku juga bertemu sama Kak Sefryana waktu itu. Foto bareng juga. Sayang nih aku kucel banget. 😅

Kamu pernah tidak ketemu salah satu novelis idola?  Rasanya gimana?  Deg degan?  Malu? Aku juga mengalami loh pas ketemu Kak Sefryana. Karena ga direncanain, aku minta tanda tangannya pakai buku biasa aja. Bukan novel Kak Sefryana. Ah, malu banget waktu itu. 😅

Balik lagi ke novel. Karena deskripsiku yang kurang proses editingnya jadi lama banget. Akhirnya karena tidak ada perubahan yang berarti aku dan editor memutuskan untuk berhenti memaksakan diri. Jadinya naskah aku tarik.
Beberapa waktu kemudian, aku coba kirim ke Media Pressindo. Alhamdulillah diterima dengan baik. Lalu terbit dengan cover dan layout yang cantik. Sampai sekarang masih dijual loh. Dan perlu kamu tahu, settingnya Palangkaraya. Kali aja kamu penasaran sama kota cantik ini 😃

Novel ini memberikan pengalaman berharga banget, yakni sempat bekerja sama dengan gagasmedia. Walau tak bisa tanda tangan kontrak dengen penerbit tersebet. Sedih sih tapi tetap bahagia.  Soalnya terbit di Media Pressindo hehe....

Alasan gagalnya kerja sama kurasa karena karyaku tak bisa memenuhi ekspektasi mereka. Meski begitu aku tetap bahagia. Setidaknya aku pernah mencoba bekerja sama dengan mereka hehe....

Lagipula aku menulis karena suka. Aku tidak mau jadi tertekan karena harus menyesuaikan dengan ekspektasi orang lain. Makanya, meski ditolak atau gagal tanda tangan kontrak, aku tetap senang. Pasalnya, aku percaya bahwa setiap karya punya rumahnya sendiri. Rumah yang akan menerima dengan tangan terbuka. 😊

Sekarang, aku kepengen jalan-jalan ke penerbit lagi.  Kali ini maunya ke Grasindo sama BIP. Kalau bisa gramedia sekalian. Kalau tidak salah mereka masih satu gedung kan? Boleh tidak ya? #colek editor dan admin sosmed Grasindo+BIP+Gramedia 😁

Udah ah. Aku jadi melantur lagi.
Sekian dulu ya. Sampai jumpa di flashback novel selanjutnya. Semoga kamu masih betah membacanya.   😊

Salam hangat,
Orina Fazrina