Sunday, February 25, 2018

Obrolin Buku The Wind Leading to Love

The Wind Leading to Love
Sebuah novel karya Ibuki Yuki
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Mohammad Ali
Diterbitkan oleh Penerbit Haru
Cetakan pertama Februari 2015

Novel terjemahan yang baru selesai kubaca ini bercerita tentang Kimiko dan Tetsuji. Kisahnya cukup rumit. Problemnya untuk orang dewasa.

Saat membaca novel ini, aku sempat harap-harap cemas. Khawatir aja gimana endingnya nanti.  Apalagi pas istri si Tetsuji datang.

Hal yang cukup menarik perhatianku adalah perihal perceraian. Biasanya kan anak yang jadi korban. Tapi di novel ini cukup menjelaskan bagaimana hidup anak jika kedua orang tuanya memaksakan diri bertahan.

Sulit memang memutuskan mana yang lebih baik. Karena kita sama-sama tahu bahwa ada pihak yang terluka di antara dua pilihan itu.

Saat Tetsujinya bilang (kurang lebih begini): "Cinta orang tua pada anaknya tidak akan berakhir. Namun , cinta antara pria dan wanita bisa memudar". Pedih banget. Aku tidak siap menerima kalimat jujur ini. 😅

Untuk endingnya....

Kamu baca sendiri deh. Aku tidak mau spoiler. Nanti penulis dan penerbitnya marah besar, hehe... 😊

O, ya, saranku yang baca ini sudah 17 tahun ke atas, ya. Memang scenenya cuma sedikit dan ditulis secara tersirat, tapi kurasa masih tidak cocok dibaca para remaja hihihi....
Dan lagi Konfliknya mungkin tidak akan sesuai dengan selera remaja.

Sudah dulu, ya. Sampai jumpa di obrolin buku lainnya. 😉

Salam hangat,
Orina Fazrina





Friday, February 23, 2018

Flashback 5

Flashback 5
Novel keempat: 9-StArs, terbit!

Halo!

Hari ini aku kembali lagi sama kenangan dari novel keempatku, 9-StArs. Novel ini merupakan novel terlama yang selesai aku tulis. Kenapa? Kamu mau tahu?  😅

Sebenarnya malu sih. Namun, aku pengen berbagi kenangan ini biar bisa jadi pelajaran buatku juga mungkin buat kamu.

Jujur, novel ini terinspirasi dari boyband-boyband korea kesayanganku dan menjamurnya boyband serta girlband di Indonesia pada tahun 2010. Sebut saja SM*SH. Lalu boyband/girlband Indonesia yang lain seperti S4, Hitz, 7-ikon, Cherrybelle, CJR, dan lain-lain. (aduh, ketahuan nih kalau aku udah tua. 😅)

Aku ingat banget, saat kemunculan mereka di dunia musik Indonesia, banyak yang menghujat. Celaan dan kata-kata meremehkan sering muncul di dunia maya. Kasihan melihat semua itu, tapi aku tidak mendukung mereka juga.

Penulis adalah orang yang gelisah. Itu benar. Aku merasakan sendiri kegelisahan itu. Apalagi semakin banyaknya boyband asal jadi yang muncul di televisi. Kusebut asal jadi karena melihat dari dance atau kemampuan menyanyi mereka yang kurang.

Berangkat dari rasa gelisah itu dan ingatanku pada kisah Super Junior,  DBSK, serta Infinite tentang proses debut mereka, akhirnya aku mulai menulis boyband Indonesia dengan sistem pelatihan seperti di agensi Korea Selatan ini. Boyband ini kuberi nama 9-StArs. Huruf A sengaja dibikin besar. Tujuannya agar boyband ini bisa berada di peringkat A, alias artis papan atas.

Sayang banget, saat itu aku sempat kebingungan menuliskan kisah ini. Bingung endingnya bagaimana. Jadi, naskah ini sempat kuendapkan dan kuabaikan selama lebih dari setahun.  😅

Kamu juga pernah begini?  Tiba-tiba bingung mau bikin ending yang gimana buat novelmu?  Kalau iya, kita tos dulu haha...

Nah, dari novel ini aku jadi tahu pentingnya Outline dan juga "masa mengendapkan naskah". Outline biar saat menulis kita tidak kehilangan arah dalam menulis. Kalau mengendapkan naskah, ketika dibaca lagi naskah itu, kita jadi punya sudut pandang yang beda sama naskah. Jadi lebih teliti,  juga lebih kritis dalam mengedit.

Kamu pernah mengendapkan naskah?  Atau punya naskah yang belum selesai kamu tulis dan sudah kamu abaikan? Coba deh kamu buka lagi tulisan lama kamu itu. Baca dengan pelan dan teliti. Aku yakin kamu akan menemukan ide baru untuk menamatkan tulisan itu. Apalagi kalau selama kamu tidak menghiraukannya kamu banyak membaca. Aku begitu pas novel ini. Dan setelah mengedit hingga halaman akhir aku jadi tahu ending yang kumau bagaimana. Semoga berhasil juga untuk naskahmu, ya. 😊

Sekedar informasi  nih, naskah ini kukirim ke DIVAPRESS. Alhamdulillah cocok sama redaksi. Dapat surat kontrak. Namun, nasibnya sama dengan Memagut Rasa, baru terbit setelah 1 tahun lebih berlalu. Padahal sudah seneng banget karena mengira dalam setahun akan ada 2 naskah yang cetak. Maklumlah, dulu masih belum tahu apa-apa 😅

9-StArs kurang diminati. Aku bisa bilang begini karena pas bazar buku,  novel ini masih dijual di sana. Biasanya memang kalau buku-buku yang kurang laku, atau setelah cetak ulang tidak terjual habis, akan penerbit jual murah di bazar. Aku menduga saat novel ini terbit boyband indonesia sudah kehilangan ketenarannya. Coba pas lagi booming dulu, ya.

Terlepas dari penjualannya yang biasa, aku tetap bahagia. Kenapa? Kamu mau tahu?  😃

Alasannya sederhana saja, sih. Aku bahagia ketika naskahku berhasil cetak dan mejeng di rak buku. Ini impian semua penulis kurasa. Setelah terwujud pasti bahagianya tak terkira. Dan semakin bahagia seandainya menjadi novel best seller haha... 😃

Novel ini juga membuktikan bahwa aku bisa kok menulis novel tanpa ada cintanya. Cuma, memang lebih mudah menulis pas ada kisah cintanya, sih. Makanya novelku lebih banyak kisah cinta remaja atau cinta dewasa muda, hahaa...  😅

Saat ini, aku juga lagi menulis. Lebih tepatnya menantang diri. Nulis naskah tentang perjuangan mewujudkan cita-cita. Maunya nanti kisah cintanya sedikit aja. Semoga bisa, hehe... 😀

Kamu lagi menulis juga? Novelkah? Genre apa? Ngincar penerbit mana?  Mendadak aku kepo nih. 😅

Apapun yang kamu tulis, penerbit mana pun yang kamu incar, aku doakan semoga dinyatakan terbit. Sukses untukmu. 😊

Salam hangat,
Orina Fazrina



Thursday, February 22, 2018

Flashback 4

Flashback 4
Novel ketiga: Memagut Rasa, terbit!

Siang.  😊
Hari ini aku mau mengenang masa lalu lagi.  Kali ini novel ketigaku.

Masih ingatkah kamu dengan ceritaku sebelumnya?  Tentang naskah yang di acc duluan tapi baru terbit hampir dua tahun kemudian?  Nah, salah satunya adalah naskah ini.

Memagut Rasa dinyatakan diterima penerbit DIVAPRESS dan akan diterbitkan. Tanda tangan kontrak pun 2011 lalu. 

Isi kontrak bukan royalti, tapi oplah. Kalau royalti kan kita dapat 10% dari harga buku. Kalau oplah, naskahku kemarin dibayar 2 juta, untuk 4000 eksemplar. Kalau dicetak ulang lagi, dibayar lagi. Beda sama jual putus. Kalau jual putus, setelah dibayar 2 Juta, tidak dibayar lagi. Meski cetak ulang, kita tidak mendapatkan uang lagi.

Waktu itu,  aku sudah menyadari lebih asyik kalau sistem royalti. Cuma, karena pengen ada naskah yang cetak, aku terima aja tawaran oplah itu. Sayangnya aku tidak tahu kalau jadwal terbit satu naskah bisa lama banget meski udah tanda tangan kontrak.  😅

Maklumlah. Waktu itu kan aku belum pengalaman. Dan Memagut Rasa adalah naskah pertama yang di acc.

Kamu juga begini? Tidak mengerti apa-apa tentang penerbitan?  Sama. Aku juga dulu begitu. Aku cuma tahu tentang royalti aja. Tidak tahunya ada juga yang sistem oplah dan jual putus.  😅

Menurutku memang lebih baik kita punya satu karya dulu yang cetak. Meski tawaran itu jual-putus. Setidaknya, setelah cetak jalan buat naskah lainnya lebih mudah. Kayak ceritaku di flashback ketiga kemarin.

Aku harap naskahmu ada yang di acc penerbit. Sehingga jalan untuk naskahmu yang lain jadi lebih mudah.

Kembali ke Memagut Rasa, novel ini terbit April 2013. Kisahnya sendiri terinspirasi dari banyaknya berita di televisi tentang HIV Aids. Aku kepikiran saja dan sebagian karena pengen bikin cerita sedih juga.

Novel ini cukup diminati banyak pembaca. Senang sekali rasanya. Dan bisa dibilang novel ini novel paling berharga banget.

Kenapa?  Kamu mau tahu? 

Baiklah. Alasannya karena novel ini penentu dari segalanya.

Kamu pernah tidak merasa lelah dengan penolakan dari penerbit?  Sama. Aku pernah juga. Jadi, waktu aku kirim naskah Memagut Rasa, aku sudah memutuskan, jika naskah itu ditolak penerbit, aku akan berhenti menulis. Kalau memang bukan jalanku jadi penulis aku tidak akan memaksakan diri.

Seakan Tuhan menjawab kegundahanku, naskah itu diterima. Kepercayaan diri yang meredup akhirnya bangkit lagi. Lalu setelahnya aku kirim naskah-naskahku yang lain. Termasuk Aku Kamu Kita yang memberikan pelajaran tentang pantang menyerah serta naskah akan selalu ada rumahnya.

Nah, dari sini juga sebenarnya nama pena menjadi penting. Karena Memagut Rasa duluan acc, aku putuskan pakai nama Imah_HyunAe. Penerbit setuju.

Akan tetapi, editor dari Aku Kamu Kita yang acc di kemudian hari tak setuju dengan nama pena itu.  Kurang sip.

Jadilah aku menyetorkan nama pena lainnya. Waktu itu ada 5 nama pena kusetorkan. Dan akhirnya yang terpilih adalah Orina Fazrina ini. Setelahnya aku jadi lebih suka sama nama pena ini sih haha...

Bagaimana denganmu? Sudah punya nama pena? Kalau mau, kamu bisa putuskan dari sekarang loh.

Eh, tapi nama asli pun bisa kok, kalau editornya setuju. Tidak masalah. Beberapa penulis yang kukenal juga pakai nama asli.

Sebelum kuakhiri flashback keempat ini, aku mau mengucapkan terima kasih. Boleh kan?
Terima kasih kepada penerbit, editor,  dan tim yang berkenan menerbitkan karyaku dari awal sampai hari ini.

Terima kasih kepada pembaca karyaku baik dari zaman aku sekolah, fanficlovers maupun saat aku sudah menjadi Orina Fazrina dan Imah_HyunAe.

Terima kasih kepada teman-teman sesama penulis yang saling berbagi cerita, semangat, dan dukungan.

Terima kasih kepada kamu yang mau membaca kenanganku ini. Semoga kenangan ini bisa memberikan semangat untuk kembali berkarya lagi.

Untuk yang merasa terganggu, aku minta maaf. Maaf juga karena setelah ini pun aku akan kembali mengenang lagi, hehe...  😊

Sekian dariku. Sampai jumpa di flashback 5. Semoga kamu masih berkenan membaca. 😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

Sunday, February 18, 2018

Flashback 3

Flashback 3
Novel kedua: It Must be Love, terbit!

Melanjutkan flashback kemarin, hari ini tentang novel keduaku. Masih ingatkah kamu sama ceritaku kemarin? Tentang nulis fanfic di Catatan dan Halaman Facebook?

Nah, novel ini berawal dari kesukaanku menulis fanfic alias fiksi penggemar. Menyenangkan sekali rasanya bisa menulis sambil membayangkan idola sendiri. Idolaku dulu adalah DBSK, SS501, SHINee, Infinite, Boyfriend, dan Nu'est. Kalau sekarang, makin bertambah hahaha 😅

Kalau kamu, idola kamu siapa? Boleh dong kasih tahu. Kalau idola kita beda, kita damai aja ya. Tidak perlu 'war' kayak netizen lain.  😃

Balik lagi ke tulisan, mulanya tulisan fanficku banyak yang baca dan kasih komentar. Yang minta tag juga banyak. Namun sedihnya, setelah sekian tahun berlalu, kesenangan berbagi khayalan itu lenyap. Sebabnya, kebanyakan pembaca menjadi silince reader. Kasih like pun enggan.

Kamu juga mengalami? Nyesek banget, ya?  Tapi, zaman sekarang sepertinya asal viewersnya banyak, masih bisa terbit. Apalagi kalau sudah mencapai 1 juta viewers, ya. Jalan menembus ke penerbit lebih mulus. (memang tidak semua sih, tapi rata-rata begitu). 😃

Nah, Alternatif lain yang aku pilih adalah menerbitkan indie. Kfiction perdanaku sempat aku cetak di nulisbuku(dot)com. Namun tidak dilirik siapapun kecuali aku hahaha...

Sedih?  Iyalah. Tapi,  pola pikirku setelah Aku Kamu Kita di acc penerbit telah berubah. Aku hanya beranggapan kalau kfictionku salah tempat  saja. 'Dia' tidak cocok terbit indie.

O, ya. Kehilangan pembaca aktif memang  membuatku sedikit berduka. Karena itulah, aku memilih menulis kisah dan kusimpan di komputer dan laptop sendiri. Bagi kamu yang lebih suka merahasiakan karya, aku paham kok. Dan tidak mengapa kalau kamu lebih suka langsung ke penerbitnya.
Aku juga, untuk beberapa karya lebih memilih merahasiakannya hahaha...

Kfiction perdana itu aku hapus di nulisbuku(dot)com. Di blog dan catatan juga aku hapus. Selanjutnya aku revisi sendiri. Perbaiki agar adegan lebih sesuai dan lebih nyata. Dan isinya agak beda dari yang pernah kusebarkan di catatan atau pun sewaktu di nulisbuku.

Seperti yang kubilang, novel pertama membuka jalan untuk novel lainnya. Aku pun mengirimkan naskah kfiction yang sudah kuperbaiki itu ke email editor Media Pressindo. Alhamdulillah diterima.

Tapi, seingatku waktu itu editor pertamaku sudah resign. Jadi yang menangani adalah editor lain. Untungnya dengan editor ini tak ada revisi. Hanya proofreading. Cover diberi lalu terbit awal 2013 lalu. Beberapa bulan setelah Aku Kamu Kita terbit. Hehe. 😃

Pas terbit, aku bahagia banget. Kfiction perdana yang cetak. Tapi waktu itu kfiction belum booming banget, jadi penjualannya pun biasa saja. Hanya saja aku bersyukur. Jika aku tidak menuliskan kfiction itu dulu, aku tentu tak akan berkenalan dengan salah satu anggota redaksi di Grasindo. Tak mungkin dia akan menanyakan kesediaan soal naskah kfiction padaku. 😃

Benar. It Must Be Love menjadi jalan untuk kfictionku yang lain dan mengenal Grasindo. Aku bahagia tentu saja. Nanti, saat giliran novel Our Married aku bahas, akan kuceritakan bagaimana perkenalanku dengan Grasindo. Perkenalan yang menarik dan indah.  (Semoga bisa terus bekerja sama dengan penerbit ini dan juga medpress. Aamiin.)  😁

Kamu yang menyukai korea bahkan sering membuat fiksi penggemar, coba deh mulai membuat novel kfiction. Siapa tahu berjodoh di Grasindo, kan?  Atau malah berjodoh di penerbit lain seperti Haru. Atau mungkin berjodoh di lain tempat?  Coba saja. Kalau tidak dicoba mana tahu hasilnya, kan?  😀

Ingatlah bahwa kita tidak pernah tahu rumah mana yang akan membukakan pintu kalau kita tidak pernah mencoba mengetuk pintunya. 😀

Semangat!

Salam hangat,
Orina Fazrina

Flashback 2

Flashback 2
Novel pertama: Aku Kamu Kita, terbit! 

Tulisan ini akan panjang sekali. Tapi aku harap kamu betah membacanya.
 
Novel pertama adalah pintu untuk membuka jalan agar naskah lainnya berjodoh dengan penerbit. Mungkin kisahku ini tidaklah sama dengan penulis kece saat ini. Namun,  aku tetap ingin berbagi. Baik itu kisah maupun semangat perjuanganku saat mulai "mengetuk" pintu penerbit. Aku harap kamu masih bersedia menyimaknya.

Perjalanan menerbitkan karya pertama ini tidaklah mudah. Tapi bukan berarti aku menyerah.

Dari tahun 2008 aku mulai sering menulis dan mengirim kumpulan cerpen dan novel karyaku ke penerbit. Tidak langsung sukses tentu saja. Kamu yang masih berjuang pun, bertahanlah. Pasti nanti akan ada pintu yang terbuka. 😊

Kamu bisa percaya sama kisah yang aku tuliskan ini. Pengalamanku sendiri.

Mulanya, aku juga sama kok kayak kamu. Aku tidak tahu banyak hal tentang pengiriman naskah.  Aku tidak tahu bagaimana cara mengirimnya, berapa halaman naskah yang diinginkan penerbit, ukuran hurufnya apa, spasi berapa, bikin sinopsis bagaimana, berapa lama proses reviewnya, kirim cetak atau soft file, via pos atau email.

Ketidaktahuan itu membuatku rajin membeli novel. Tujuannya selain mengetahui genre naskah yang sering penerbit terbitkan, juga untuk menemukan alamat penerbit yang benar. (ini bisa kamu tiru loh biar tahu naskahmu bakalan berjodoh di mana)

Email masih belum terlalu dimanfaatkan dulu.  Penerbit juga lebih senang yang cetak. Mungkin karena bacanya lebih nyaman, ya?   😀

Dulu itu ongkos kirim masih lumayan (dari Kalimantan Tengah ke Jakarta). Biaya cetak juga masih ringan. Namun, seiring berkembangnya zaman, naiknya harga BBM, dan meningkatnya biaya hidup, semua itu meningkat. Aku yang semula senang mencetak naskah, akhirnya mundur teratur karena alasan biaya yang minim.

Untungnya, zaman mulai berkembang. Internet mulai lancar. Facebook pun menjadi sarana komunikasi paling keren. Halaman dan Catatan menjadi pilihan penulis pemula seperti aku dalam mencari pembaca. Para blogger pun tak kalah fenomenal.

Jujur, aku sempat iri dengan para blogger yang tulisannya dibaca jutaan orang. Penerbit langsung melirik naskahnya dengan mudah. Sedangkan aku, meski ikut-ikutan nulis di blog, tulisanku tetap tidak dilirik.

Tahun 2008 juga aku mulai mengenal yang namanya fanfic. Lengkap dengan situs-situs fanfic keren seperti fanfiction(dot)net dan asianfanfic(dot)com. Dari situs ini kemudian aku mengetahui juga soal situs untuk penulis-penulis indonesia yang keren yaitu kemudian(dot)com.

Aku jelas mencoba berbagai cara agar tulisanku dilirik penerbit. Dari menulis di halaman facebook (fanfic lovers namanya, tapi sekarang kami sebagai penulis dan juga foundernya sudah tidak aktif di sana). Aku juga menulis di blog dan kemudian(dot)com. Tapi belum nasib, karyaku masih tidak dilirik. Kadang dapat juga kritikan pedas yang bikin hati pedih.

Apakah kamu juga mengalami hal ini?  Berjuang terus tapi selalu menemui kegagalan?  Lalu bukannya mendapat suntikan semangat tapi kamu malah dapat kritikan yang kadang meruntuhkan rasa percaya diri?

Tenang,  ya. Sabar. Semua indah pada waktunya. Aku mengalami dan membuktikan sendiri.

Hari-hari berat terus dilalui. Pembaca yang semula aktif berkomentar di halaman dan catatan facebook serta yang selalu menyemangati perlahan mulai memilih menjadi silince reader. Nyesek?  Banget!

Saat komentar menyenangkan itu menghilang, aku sempat merasa kehilangan semangat menulis. Kamu juga? Aku paham.  Sedih boleh, tapi tetap menulis, ya.  Kamu pasti bisa.  😊

Aku mencoba kembali mencari info pengiriman naskah reguler di google. Aku juga bertanya sama kakak-kakak penulis yang kutemukan akun facebook dan twitternya. Kebanyakan memang menjawab, "cari di google. Ada banyak informasi di sana."

Jadi, kalau kamu mendapatkan kalimat serupa, kamu tidak perlu sakit hati. Aku sama denganmu. Aku juga dibegitukan. Bahkan sama Kakak penulis yang sudah kuanggap sebagai idolaku. Tapi, aku menerima balasannya. Aku cari lagi.

Untungnya, penerbit pun mulai mengenal media sosial. lnfo-info resmi dari penerbit pun mudah didapat, termasuk alamat lengkap, alamat email dan lowongan naskah.

Ini seperti angin segar buatku yang mulai lemah mental dulu. Saat itu Divapress yang membuka lowongan naskah menyatakan akan menerbitkan dua naskahku. Iya naskahku di acc. Tapi, sayang, baru terbit dua tahun kemudian. Dan itu bukan Aku Kamu Kita. Nanti akan kuceritakan di flashback lain soal dua naskah itu. Kuharap kamu bersedia menyimak lagi nanti. 😊

Aku Kamu Kita ini ditolak diva. Aku sedih lah. Kok ditolak?  Dua lainnya diterima, kenapa ini tidak?

Aku bertanya-tanya. Jadi, karena penasaran, aku coba kirim ke Gramedia. Print out. Judulnya pas masih belum cetak itu sempat ganti dua kali. Pertama Love So Sweet. Kedua pas ngirim ke Gramedia, judulnya kubikin lebih panjang : "Cinta... Sebuah Penantian untuk Sang Belahan Jiwa". Aku yakin banget naskah ini cocok di gramedia. Tapi, sayang. Ekspektasi tidak sesuai realita. Mereka justru menolak. Hiks. Sakit hati banget.

Kamu yang mengalami penolakan paham kan sama sakit hati yang aku alami? Berkali-kali lagi?  Sama. Aku juga paham sama sakit hatimu. Kamu tidak sendirian saat menanggung pedihya penolakan itu. Jadi, jangan menyerah ya.😊

Aku ingat, waktu itu aku kesel banget. Surat penolakan dari gramedia masih kusimpan sampai kini.  Lihat saja fotonya nanti, ya hehe. Aku masih penasaran soalnya sama penerbit itu.

Nah, balik lagi ke Aku Kamu Kita. Aku masih penasaran kenapa 'dia' ditolak. Masa tulisan yang lain bisa lolos yang ini  tidak?

Lalu, aku membongkar novel koleksi. Ketemulah sama novel dari Penerbit Narasi. Aku lihat ada alamat email penerbit di sana. Aku nekat kirim.  Katanya 3 bulan akan ada balasan untuk keputusan naskah.

Waktu berlalu. Dan balasan itu tak kunjung datang.

Aku pun mulai pesimis. Mungkin cuma dua itu saja yang layak terbit, sedangkan Aku Kamu Kita tidak.

Aku lalu memilih terbit indie untuk naskahku yang lain. Pilihanku dulu nulisbuku(dot)com.

Hanya saja, siapalah aku ini? Tak punya nama. Tak banyak dikenal pembaca. Dua karyaku di nulisbuku  tak dilirik pembaca. Sedih sekali. Nanti, ini akan ada hubungannya dengan flashback novel lainnya. Kuharap kamu mau menyimak lagi.

Baiklah. Kamu adakah yang menerbitkan indie juga? Apakah banyak yang beli? Banyak yang suka? Ah, sedikitpun tak mengapa. Asal ada yang membaca dan menyukainya itu sudah kebahagiaan tersendiri, benar tidak? Kalau aku tidak ada yang beli. Sedih sih. Tapi ini telah menjadi kenangan indah lain yang akan kuceritakan lagi padamu nanti.

Seperti yang kita tahu, semua memang indah pada waktunya. Delapan bulan berlalu setelah pengiriman naskah di Narasi, akhirnya ada editor menelopon. Mengatakan agar aku merevisi sedikit naskahku.

Jelas aku kaget. Naskah yang mana?  Editor cantik itu menyebutkan judul dan nama tokoh yang telah kulupakan. Dia juga menyebut nama penerbitnya, Media Pressindo.

Usai ditelepon, aku membuka email. Mencari nama tokoh yang editor maksud. Tidak ketemu (waktu itu kami sama-sama salah ingat dengan nama tokoh).

Aku pun mencari info penerbit itu. Setelah mencari, aku tahu kalau Media Pressindo masih bagian dari Penerbit Narasi.

Aku cari lagi emailku ke penerbit tersebut. Aku sempat mengira naskah ini ditolak, tak tahunya diterima. Bersyukur banget.
Selanjutnya, proses revisi. Satu kali revisi aja sih. Cuma menambah adegan konflik. Setelah itu proofreading. Dikasih juga cover novel yang cantik banget. Dan editor tersebut dengan baik hati memilihkan tagline serta menentukan blurb.

Aku lupa berapa lama proses terbitnya. Yang aku ingat aku bahagia banget saat memegang bukti terbit Aku Kamu Kita ini. Novel tipis namun menjadi kenangan manis.

Dan, kamu tahu? Novel ini best seller!  Cetakan 1 sebanyak 3800 eksemplar habis dalam waktu singkat. Dan terus dicetak ulang hingga tiga kali.

Dari sinilah aku lalu memahami, bahwa naskah ditolak mungkin saja bukan karena tulisannya yang jelek. Namun, karena salah memilih 'rumahnya'. Dari sini pulalah aku menemukan kepercayaan diri lagi.

Memang saat naskah ditolak, aku akan sedih banget. Tapi cuma sehari. Setelahnya aku semangat lagi. Sebab, Aku Kamu Kita sudah membuktikan padaku keberhasilannya. Penolakan adalah kesuksesan yang tertunda, haha...

Juga, dari sini pulalah aku percaya bahwa setiap karya punya rumahnya sendiri. Setiap karya punya pembacanya sendiri.

Karena itu, semangat terus, ya!  Semua kelelahan, kesedihan, sakit hati, dan perjuanganmu akan berakhir indah. Seperti karyaku ini.  😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

Flashback 1

Flashback 1
Bagaimana aku menemukan bakatku?

Hai!
Perkenalkan. Aku pemilik nama pena Orina Fazrina dan Imah_HyunAe. Bagi kamu yang bingung kenapa aku punya dua nama pena, nanti akan kuceritakan.  Tidak di sini, tapi di postingan lainnya. Aku harap kamu bersedia menanti.  😊

Sebelum aku memulai kisah tentang Novel pertamaku, boleh kan,  aku bercerita tentang diriku yang menemukan bakat menulis ini?  :)

Aku sejak kecil suka berkhayal. Apalagi ketika aku bermain sendirian. Aku menikmati khayalanku itu. Sendirian tentunya. Tak pernah kuceritakan pada siapapun termasuk keluargaku. Bagiku, mengkhayal itu menyenangkan. Apa kamu berpikiran sama?  😃

Setelah menginjak usia SMP, sekitar tahun 2003, aku mulai mengenal dunia fiksi, yaitu cerpen. Cerpen ini kutemukan di majalah dan tabloid keren pada masa itu. Karena cerpen-cerpen yang keren, aku jadi mengenal dunia sunyi namun menyenangkan. Aku bisa membayangkan dialog, latar, ekspresi tokoh dalam kepalaku. Rasanya menyenangkan dan hebat sekali.

Perasan senang itulah yang membuat aku tertarik untuk menuliskan khayalanku dalam bentuk tulis tangan. Agar bukan hanya aku yang menikmatinya, tapi orang lain juga. Awalnya aku menulis cerpen pertamaku di buku. Kemudian zaman itu diary lagi tenarnya, aku pun menuliskan cerita di diary. Semoga buku-buku dan diarynya masih ada. Biar bisa kutunjukkan pada kalian kenangan belasan tahun itu.  😂

Teman-teman SMP-ku tentu tahu bagaimana aku menyebarkan tulisanku pada saat istirahat atau jam pelajaran (ini jangan ditiru ya  😅). Aku kadang meminta saran mereka. Bahagia sekali rasanya ketika mereka menyukai apa yang kutulis dan menagih kapan lanjutan atau tulisan lainnya kutulis.

Ini awal-awal menulis yang paling indah aku rasa. Apalagi teman-teman banyak yang mendukung waktu itu. Senang sekali rasanya.

Apakah kamu juga begitu? Punya teman-teman baik yang mendukung hobi menulismu?  😀

Dari sekedar hobi menulis, rasa penasaranku terhadap media masa pun meningkat. Aku merasa tertantang dan kadang terlalu percaya diri juga. Soalnya waktu itu aku tahu, bahwa penulis cerpen di majalah dan tabloid tidak hanya dari Jakarta atau Pulau Jawa saja. Tapi luar pulau pun ada.

Pikirku waktu itu, kalau penulis lain (yang luar pulau jawa) saja bisa, kenapa aku tidak?

Dari pemikiran itu, menginjak SMA (karena baru pas SMA aku kenal yang namanya komputer dan bisa mengetik 😅) aku pun mulai rajin mengirim naskah ke redaksi majalah incaranku.

Dulu, teknologi dan sumber informasi tidak secanggih sekarang. Semua dulu harus ketik di komputer dan di-print, lalu kirim via pos. Terkadang ada redaksi yang berkenan mengirimkan surat penolakan beserta print out naskah cerpen yang aku kirim.  Kadang kala tak ada pernyataan ditolak atau diterima.

Apakah kamu juga sering ditolak atau digantung? Sekarang kamu bisa lebih tenang. Karena bukan hanya kamu yang mengalaminya, tapi aku juga. Dulu hingga sekarangpun kadang masih ditolak  😅.

Dulu, mau tanya-tanya tentang kabar naskah harus lewat telepon. Aku yang masih sekolah dan punya uang jajan yang pas-pasan tak sanggup menelepon ke redaksi hanya untuk menanyakan soal naskah itu. Jadi ketika tak ada kabar, aku menganggapnya sebagai penolakan.

Aku akui, sakit memang mendapati kenyataan bahwa imajinasi kita tak dianggap bagus dan layak untuk terbit. Pikiran untuk menyerah pun hadir. Apakah kamu juga? Kalau iya, kita tos dulu. 😃

Namun, saat itu rasa penasaranku lebih besar daripada rasa menyerah. Aku tetap mengirim terus, memperbaiki tulisan juga, hingga akhirnya tahun 2008 sebuah kabar dari pak Pos datang. Dia mengatakan ada kiriman uang untukku.

Aku jelas kaget. Siapa yang mengirim? Keluarga jauh?  Tidak mungkin! Yang paling mungkin adalah salah orang.

Nyatanya, uang itu benar untukku. Pengirimnya tabloid keren yang suka kubaca dulu. Uang itu adalah royalti untuk naskahku yang terbit di tabloid mereka.

Aku jelas mencari-cari tabloid tersebut. Tapi, lamanya pengiriman uang via pos pada tahun 2000an itu (sekitar dua minggu setelah terbit baru sampai ke tanganku) dan penjual majalah hanya ada satu (itu pun harus memesan dulu), maka aku tak menemukan tabloid yang menerbitkan cerpenku itu. Tabloid itu sudah tidak ada lagi di kios.  Andaikan ada, tentu kenangan indah ini bukan sakedar ceritaku saja, tapi ada buktinya. Hehe....

Tak mengapa jika kamu tak percaya. Tapi berkat royalti itu aku jadi semakin semangat menulis. Aku yakin tulisanku memang layak dibaca banyak orang.

Nah, dari situ aku mulai menulis novelet. Kisah cinta SMA khayalanku sih. Tetapi, sambutan teman SMA tak kalah bagus. Mereka menyukai tulisanku itu. Kadang rela antri untuk membaca. 😃

Perlu kamu tahu, dulu itu kami belum mengenal blog. Frienster dan facebook saja baru tahu setelah lulus SMA. Jadi sarana paling menunjang untuk menyebarkan tulisan adalah mengetik dan mencetaknya, kemudian dibaca bergantian oleh teman. 😅

Di SMA inilah aku mulai mengenal novel. Baik itu genre islami, romansa, teen lit, dan drama. Saat SMA juga novel yang kusuka adalah novel yang tebal-tebal. Rasanya lebih puas membaca yang tebal dari pada yang tipis.

Kemudian, setelah sering baca novel, perasaan tertantang pun muncul. Orang lain bisa nulis novel, aku pun harus bisa. Pasti bisa.

Aku lantas mencoba. Sulit memang di awal-awal. Hanya untuk memenuhi target 80 halaman, aku kesulitan. Kamu yang baru mulai menulis, apakah juga merasa kesulitan?
Jika iya, maka tenanglah. Kamu akan terbiasa seiring waktu dan seringnya kamu menulis. Kayak aku sekarang hehe...

Nah, selanjutnya akan kumulai kisah bagaimana novel pertamaku terbit.

Perjuangan untuk menerbitkan karya ini tidaklah mulus. Apa Kamu siap menyimak?  😃
Aku harap begitu.  😊

Saturday, February 10, 2018

Obrolin Buku The Dead Returns

Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Genre : Thriller, Horor
Kategori : Young Adult, Terjemahan, Novel Jepang
Terbit : Agustus 2015
Tebal : 252 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 57 – 4

Menceritakan tentang Koyama Nobuo yang seharusnya mati pada 2 September, namun justru 'hidup' kembali dalam raga orang lain. Selanjutnya Koyama mencurigai teman sekelasnya yang berjumlah 35 orang. Lalu, dengan tubuh yang baru dia pindah ke sekolahnya itu dan berniat menemukan siapa pembunuhnya.

Kecurigaan Koyama malah merambat kepada guru dan ibunya. Hal itu membuat Koyama kecewa. Sekali lagi orang yang dia percaya mengkhianatinya. Dan sang teman dekat pecinta kereta api juga ternyata patut jadi tersangka.

Lalu, siapa pembunuh Koyama sebenarnya?  Apa motifnya? Temukan jawabannya dalam novel ini ya, guys.

Aku cuma mau bilang,  dari awal kita dituntun untuk mencurigai siapa pun yang Koyama curigai. Aku bahkan sempat kecewa karena orang tua Koyama, sahabatnya serta gurunya ikut terlibat. Jahat banget.

Tapi, seperti novel Akiyoshi Rikako yang lain, novel ini plot twist meski genrenya jadi campuran antara horror-thriller-fantasy. Kaget pas akhir ceritanya begitu. Benar-benar deh sensei ini.

Pas tahu endingnya rasanya bener-bener kesel. Habisnya, sudah curiga sana-sini eh endingnya mengejutkan banget. Tidak sesuai sama prediksi. 😅

Well, kalau mau belajar plot twist dan cerita remaja dengan bumbu cinta yang minim, novel ini bisa jadi pilihan. Pantas banget kalau jadi salah satu karya yang best seller.

Sekian dulu ngobrolnya. Selamat bermalam minggu sama buku.  😃

Salam,
Orina Fazrina

Friday, February 2, 2018

Obrolin Buku Cinderella Complex

Judul novel: Cinderella Complex
Genre: kfiction
Editor: Cicilia Prima
Desain cover: Chyntia Yanetha
Penerbit: Grasindo
Halaman: 257
Terbit: Januari 2018

Novel ini mengisahkan tentang Oh Seong-Jun yang ingin memenuhi cita-cita cinta pertamanya, Yoon Ha-Na. Dia pun memilih menjadi dokter demi gadis itu. Walau terpisah dan tak tahu di mana gadis itu sekarang, Seong-Jun tetap mencoba mewujudkannya.

Yoon Ha-Na diajak keluarganya untuk pergi. Demi kebaikan gadis itu. Demi menyembuhkan traumanya. Maka, dengan berat hati dia pun meninggalkan sahabatnya.

Namun, seakan takdir tak mau memisahkan mereka. Keduanya bertemu lagi dengan cara tak terduga.  Sungguh mengharukan saat tahu cinta pertama mereka masih tumbuh dan bersemi hingga mereka dewasa.

Hanya saja keduanya tak lagi sama. Ha-Na terlalu manja dan bergantung. Dia bahkan disebut memiliki penyakit Cinderella Complex. Seong-Jun tak menyukai Ha-Na yang selalu membuatnya cemas. Tak suka Ha-Na bergantung padanya.

Kesalahpahaman pun terus terjadi. Rasa sakit hati dan kecewa kian menumpuk di hati keduanya. Hingga akhirnya sebuah keputusan pun diambil.

Apakah yang terjadi selanjutnya? Bisakah mereka menemukan kebahagiaan mereka? Dan apa sih Cinderella Complex itu?

Temukan jawabannya dalam novel ini ya, guys.

Aku cuma mau bilang, selama membaca novel Lovya Diani ini, kamu akan merasa seperti nonton drama korea. Di drama kan selalu ada tokoh jahat yang berhasrat memiliki seseorang. Di sini juga ada. Lalu benang penghubung antara tokoh jahat ini dengan Ha-Na benar-benar mengejutkan. Hampir saja aku mengira novel ini bergenre thriller.  😂😂

Dan pas baca tokohnya masih anak kuliahan, novel ini langsung kujadikan sebagai referensi buat calon naskah baruku nanti yang rencananya anak kuliahan juga. Semoga bisa kutulis.

Udah, ah. Nanti aku malah melantur ke naskahku sendiri.

Pokoknya kalau penasaran, baca aja. Sudah tersedia di toko buku. Buruan beli, ya. Sebelum kehabisan.

Salam,
Orina Fazrina

Obrolin Film Maze Runner The Death Cure

Judul: Maze Runner The Death Cure
Berdasarkan novelThe Death Cure karya James Dashner
Artis:
Dylan O'Brien
Kaya Scodelario
Thomas Brodie-Sangster
Nathalie Emmanuel
Giancarlo Esposito
Aidan Gillen
Walton Goggins
Ki Hong Lee
Barry Pepper
Will Poulter
Patricia Clarkson
Musik: John Paesano
Cinematografi: Gyula Pados
Distributor: 20th Century Fox
Durasi:142 Menit
Bahasa: Inggris
Teks: Indonesia

Spoiler Alert!

Merupakan kelanjutan dari seri Maze Runner sebelumnya. Misi Thomas dan Newt di sini adalah menyelamatkan manusia kebal terutama Minho, sahabat mereka sewaktu di labirin.

Musuh mereka masih sama. Si pengkhianat juga ada. Tapi aku tidak akan berpanjang lebar mengisahkan bagaimana sulitnya perjuangan Thomas dan Newt.

Untuk efek, film ini efeknya makin keren. Katanya, biayanya juga lumayan, ya.  Wajar sih.

Dari segi acting, yang menarik perhatianku adalah pemeran Minho ini, Ki-Hong Lee. Keren banget actingnya. Apalagi pas dia teriak saat masuk dalam 'labirin buatan'. Ketegangan dan rasa panik yang Minho rasakan berhasil dia ekspresikan. 

Pemeran tokoh Newt (tokoh kesayanganku dari seri 1), juga keren actingnya. Di seri ketiga ini Thomas Brodie-Sangster beracting dari manusia menjadi zombie. Saat dia jalan dengan terpatah-patah, mantap banget. Lalu kesedihan dia saat perlahan kesadarannya mulai hilang, itu keren banget.

Jujur aja,  yang bikin salut sama cerita film ini adalah kisah persahabatan tiga orang itu. Thomas-Newt-Minho. Melihat mereka 'reunian' aku langsung terharu. Seneng banget.

Cuma, ini nih yang bikin kecewa sama ceritanya. Kenapa coba tokoh kesayanganku mati? Kan harusnya masih bisa tuh dia diselamatkan dengan darahnya Thomas. Kenapa dia tidak menggigit Thomas aja biar sembuh? Atau, masih bernyawa pas tertusuk pisau, jadinya masih bisa dikasih vaksin dari darah Thomas. Kan.... 

Bagi kamu yang pengin tahu adegan mana yang sedang aku obrolkan, kamu bisa nonton ke bioskop. Masih tayang kok. Cuma kalau kesayangan kamu itu Newt, siapin hati deh. Jamin kamu bakal ngerasa kehilangan banget. Hiks....

Ya udah. Aku mau move on dulu dari rasa kehilangan. Mau obrolin novel karya temen aja setelah ini.

Salam,
Orina Fazrina

Obrolin Film Dilan 1990

Judul: Dilan 1990
Genre / Jenis Film: Drama
Sutradara Film: Fajar Bustomi, Pidi Baiq
Rumah Produksi Film: MAX Pictures
Penulis Naskah skenario / Novel Film: Pidi Baiq, Titien Wattimena
Produser Film: Ody Mulya Hidayat
Tanggal Rilis / Tayang Film: 25 Januari 2018 (Indonesia)

Berkisah tentang Milea yang mengenang kisah cintanya di tahun 1990. Waktu itu dia pindah ke Bandung dan berkenalan dengan pemuda bernama Dilan. Cara Dilan mendekati Milea perlahan membuat gadis itu jatuh hati padanya.

Milea sudah punya pacar di Jakarta. Cuma sayang, cowoknya bikin dia sakit hati.

Milea kangen deh sama Dilan. Pemuda itu begitu peduli dan perhatian padanya (dengan tindakan, bukan kata-kata manis saja). Cuma, Dilan mau berantem sama anak geng lain. Gimana reaksi Milea?  Apakah bakalan dia cegah?

Sepanjang nonton film ini, aku baper. Pengen jadi Milea. Pengen denger gombalan Dilan yang manis tapi tidak bikin mual. Kadarnya pas, menurutku. Entah menurut kamu.  Aku tidak peduli. Hahahaa....

Untuk pemerannya aku suka. Iqbal berhasil menghidupkan sosok Dilan dalam novel. Ekspresinya dapat banget. Tatapan cintanya ke Milea juga dapat. 

Kalau Vanesha, dia juga pas jadi Milea.  Cantik tapi tidak berlebihan. Manis dan manjanya dapat juga. Sesuai lah sama gambaran di novel.

Bagi aku, memang saat adaptasi novel ke film penulis novelnya harus ikut, seperti Pidi Baiq yang katanya ikut menentukan hasil casting. Biar yang dicasting pas. Jadi sosok di novel bakalan hidup. Habisnya, kebanyakan novel yang dijadiin film,  banyak tidak sesuai dengan khayalan penulis bahkan pembacanya. Ujung-ujungnya malah dicela orang deh.

Tapi untuk Dilan 1990, aku suka. Rasanya ini salah satunya  film yang berhasil memvisualisasikan isi novel dengan baik. Tidak tahu ya kalau yang lain.  Ini pendapatku aja.

Jika kamu penasaran, kamu bisa kok nonton filmnya di bioskop. Masih tayang. Kalau novelnya juga ada di toko buku. Kamu bisa bandingkan keduanya.

Udah ah. Segini dulu.
Mau obrolin film yang lain lagi.  😀

Salam
Orina Fazrina

Obrolin Buku Parade Para Monster

Novel Parade Para Monster

Cetakan 1

Jumlah Halaman 311

Terbit 30 Oktober 2017

Penerbit Clover

ISBN13 9786024286736

Edisi Bahasa Indonesia

Berkisah tentang Weena dan Jack yang diundang ke Manhattan.  Undangan itu untuk berkunjung ke wilayah Far Far Away. Namun Far Far Away hanya tempat fiktif. Benarkah?

Selanjutnya Weena bertemu undangan lain. Mengalami banyak masalah dan ketegangan. Saling curiga dengan satu sama lain. Sampai akhirnya berapa fakta terungkap. Juga penjelasan mengapa Far Far Away hanya bisa dilihat tamu yang diundang.

Bagi undangan, Far Far Away adalah tempat yang diciptakan untuk mereka. Tempat yang menerima segala kelebihan mereka. Namun sayangnya ada satu orang yang ingin memusnahkan kota tersebut.

Meski sudah menebak siapa yang punya dendam dengan Far Far Away, tetap aja pengen tahu akhirnya. Ternyata....

Akankah Weena memilih tinggal di Far Far Away?

"There is monster inside me!"

Kutipannya juga udah bikin penasaran. Monster apa yang ada dalam diri si tokoh?  Kekuatan mengerikan apa yang mereka punya? Dan mengapa Far Far Away menjadi pilihan para undangan?

Penasaran?  Baca sendiri aja novelnya ya.   😊

Salam,

Orina Fazrina