Thursday, February 22, 2018

Flashback 4

Flashback 4
Novel ketiga: Memagut Rasa, terbit!

Siang.  😊
Hari ini aku mau mengenang masa lalu lagi.  Kali ini novel ketigaku.

Masih ingatkah kamu dengan ceritaku sebelumnya?  Tentang naskah yang di acc duluan tapi baru terbit hampir dua tahun kemudian?  Nah, salah satunya adalah naskah ini.

Memagut Rasa dinyatakan diterima penerbit DIVAPRESS dan akan diterbitkan. Tanda tangan kontrak pun 2011 lalu. 

Isi kontrak bukan royalti, tapi oplah. Kalau royalti kan kita dapat 10% dari harga buku. Kalau oplah, naskahku kemarin dibayar 2 juta, untuk 4000 eksemplar. Kalau dicetak ulang lagi, dibayar lagi. Beda sama jual putus. Kalau jual putus, setelah dibayar 2 Juta, tidak dibayar lagi. Meski cetak ulang, kita tidak mendapatkan uang lagi.

Waktu itu,  aku sudah menyadari lebih asyik kalau sistem royalti. Cuma, karena pengen ada naskah yang cetak, aku terima aja tawaran oplah itu. Sayangnya aku tidak tahu kalau jadwal terbit satu naskah bisa lama banget meski udah tanda tangan kontrak.  😅

Maklumlah. Waktu itu kan aku belum pengalaman. Dan Memagut Rasa adalah naskah pertama yang di acc.

Kamu juga begini? Tidak mengerti apa-apa tentang penerbitan?  Sama. Aku juga dulu begitu. Aku cuma tahu tentang royalti aja. Tidak tahunya ada juga yang sistem oplah dan jual putus.  😅

Menurutku memang lebih baik kita punya satu karya dulu yang cetak. Meski tawaran itu jual-putus. Setidaknya, setelah cetak jalan buat naskah lainnya lebih mudah. Kayak ceritaku di flashback ketiga kemarin.

Aku harap naskahmu ada yang di acc penerbit. Sehingga jalan untuk naskahmu yang lain jadi lebih mudah.

Kembali ke Memagut Rasa, novel ini terbit April 2013. Kisahnya sendiri terinspirasi dari banyaknya berita di televisi tentang HIV Aids. Aku kepikiran saja dan sebagian karena pengen bikin cerita sedih juga.

Novel ini cukup diminati banyak pembaca. Senang sekali rasanya. Dan bisa dibilang novel ini novel paling berharga banget.

Kenapa?  Kamu mau tahu? 

Baiklah. Alasannya karena novel ini penentu dari segalanya.

Kamu pernah tidak merasa lelah dengan penolakan dari penerbit?  Sama. Aku pernah juga. Jadi, waktu aku kirim naskah Memagut Rasa, aku sudah memutuskan, jika naskah itu ditolak penerbit, aku akan berhenti menulis. Kalau memang bukan jalanku jadi penulis aku tidak akan memaksakan diri.

Seakan Tuhan menjawab kegundahanku, naskah itu diterima. Kepercayaan diri yang meredup akhirnya bangkit lagi. Lalu setelahnya aku kirim naskah-naskahku yang lain. Termasuk Aku Kamu Kita yang memberikan pelajaran tentang pantang menyerah serta naskah akan selalu ada rumahnya.

Nah, dari sini juga sebenarnya nama pena menjadi penting. Karena Memagut Rasa duluan acc, aku putuskan pakai nama Imah_HyunAe. Penerbit setuju.

Akan tetapi, editor dari Aku Kamu Kita yang acc di kemudian hari tak setuju dengan nama pena itu.  Kurang sip.

Jadilah aku menyetorkan nama pena lainnya. Waktu itu ada 5 nama pena kusetorkan. Dan akhirnya yang terpilih adalah Orina Fazrina ini. Setelahnya aku jadi lebih suka sama nama pena ini sih haha...

Bagaimana denganmu? Sudah punya nama pena? Kalau mau, kamu bisa putuskan dari sekarang loh.

Eh, tapi nama asli pun bisa kok, kalau editornya setuju. Tidak masalah. Beberapa penulis yang kukenal juga pakai nama asli.

Sebelum kuakhiri flashback keempat ini, aku mau mengucapkan terima kasih. Boleh kan?
Terima kasih kepada penerbit, editor,  dan tim yang berkenan menerbitkan karyaku dari awal sampai hari ini.

Terima kasih kepada pembaca karyaku baik dari zaman aku sekolah, fanficlovers maupun saat aku sudah menjadi Orina Fazrina dan Imah_HyunAe.

Terima kasih kepada teman-teman sesama penulis yang saling berbagi cerita, semangat, dan dukungan.

Terima kasih kepada kamu yang mau membaca kenanganku ini. Semoga kenangan ini bisa memberikan semangat untuk kembali berkarya lagi.

Untuk yang merasa terganggu, aku minta maaf. Maaf juga karena setelah ini pun aku akan kembali mengenang lagi, hehe...  😊

Sekian dariku. Sampai jumpa di flashback 5. Semoga kamu masih berkenan membaca. 😊

Salam hangat,
Orina Fazrina

No comments:

Post a Comment