Friday, February 11, 2011

FF Begin Chapter 24

Title : Begin chapter 24 ‘Yunho’s Heart’
Author : Imah Hyun Ae
Ide : Park Yong Kyo
Genre : Romance
Tokoh :
1. Kim Hyun Ae (pembacaku atau kalau nggak mau…saya aja ea?? Hehehe ^^)
2. Park Yong Kyo aka Rima (teman kalian yang cinta ama Korea)
3. Lee Hyu Rim aka lia (teman kalian yang cinta ama Korea juga)
4. Kim Hyun Joong (suami Hyun Ae)
5. Jung Yunho (namja idaman Hyun Ae ^_^)
6. Kim Jae Joong (sahabat Hyun Joong kekasih Lee Eun Shi)
7. Kim Junsu (pasangan masih rahasia)
8. Lee Eun Shi (kekasih Kim Jae Joong)
9. And other member dbsk and SS501
------------------------------------------------------------------------

Begin Chapter 24
‘Yunho’s Heart’


#Yunho POV
Pertemuan-pertemuanku dengan Hyun Ae:
~Flashback~
Aku sedang mengunjungi yayasan di mana aku sebagai salah satu donaturnya. Aku berjalan ke sayap kiri. Bosan, aku pamit dan memilih naik ke lantai atas dan berhenti di atap. Tampak di sana yeoja berambut hitam terkuncir berdiri di sudut kanan. Sesaat aku ragu untuk mendekat. Namun, ketika samar-samar kudengar senandung lagu “Trust” darinya, aku memutuskan mendekat.
Senyumku mengembang. ‘Suaranya lumayan,’ batinku. Dan aku terperanjat tepat saat yeoja itu berbalik menghadapku.
“A… Annyeong…” sapaku gugup sambil membungkuk.
Yeoja itu melepaskan headsetnya dan balas membungkukan badan. “Ada yang bisa saya bantu?” ujernya.
“Ah? Anni. Saya cuma melihat-lihat. Jongsuhamnida sudah mengganggu Anda.”
“Tidak apa-apa. Apa… Anda pengajar baru?” tanyanya. Aku menggeleng.
“A~ Jangan-jangan Anda donator yang dimaksud pagi tadi. Anda Tuan Jung, bukan?”
Aku mengangguk ragu. Yeoja itu segera membungkuk. “Maaf sempat tidak mengenali Anda.”
Aku tertawa pelan. “Santai saja. Anda pengajar baru?”
Yeoja itu mengangguk. “Baru dua bulan lebih.”
Aku menganguk-angguk. ‘Bahasa koreanya lumayan, tapi logatnya aneh. Dan sepertinya dia tak mengenaliku.’ Batinku girang. “Anda tidak terlihat seperti orang korea.”tegurku padanya. “Boleh tahu Anda berasal dari mana?”
Yeoja itu tersenyum. “Saya dari Indonesia.”
“Waw… Jauh juga. Semoga Anda betah di sini.” Komentarku sambil tersenyum lembut.
“Nde,” jawabnya sambil balas tersenyum. Satu desiran aneh hinggap di hatiku. ‘Ada apa ini?’ batinku tegang. “Um… Tidak apa-apa kan kalau saya di sini?”
“Ah.. Te… Tentu…”
Aku tersenyum lagi, lalu menikmati pemandangan yang terhampar di bawah. Aku lalu menutup mata. Menikmati semilir angin yang menyapa. ‘Damai sekali,’ batinku. Kubuka kembali mataku dengan senyum mengembang. ‘Lama sekali rasanya tidak merasakan ketenangan seperti ini.’ Aku perlahan menoleh ke arah yoeja tadi. “Khamsahamnida,” ucapku tulus.
“Untuk… apa?” tanyanya bingung.
“Terima kasih karena sudah mengijinkan saya menikmati ketenangan tempat ini,” jelasku sambil tersenyum hangat.
“Tidak perlu seperti itu. Ini bukan bangunan milik saya. Dan seharusnya saya yang meminta ijin pada Anda. Anda kan donator di sini, jauh lebih berkuasa dari pada saya yang di gaji…”
Aku tertawa pelan. Sebuah pesan masuk ke HP-ku. Dari adikku. “Maaf, saya harus ke bawah. Annyeong…” pamitku.
“Annyeong…” sahut yeoja itu sambil membungkuk.
Aku balas membungkuk. Lalu pergi.
>>>cut>>>

Di lain hari…
Aku dengan terburu-buru keluar dari kamarku. Siap menuju suatu tempat dengan pakaian yang rapi. Seorang namja imut yang kebetulan sedang duduk di ruang tengah menoleh. “Mau ke mana, hyung?” tegurnya dengan suara khasnya itu. siapa lagi kalau bukan Junsu.
“Mau… keluar sebentar. Ada… urusan…” jawabku sambil memasang wig berambut ikal dengan gugup.
“Jangan lupa bawakan aku makanan ya, hyung?” pinta namja kurus tinggi yang sejak tadi asyik memperhatikan laptopnya, Shim Changmin.
Aku berdecak. Paham betul dengan dongsaeng yang hobi makan apa saja itu. “Ingatkan aku lagi nanti,” sahutku sambil ke luar kediaman kami.

Aku mengetuk-ngetuk jemariku, gelisah. Lampu lalu lintas masih belum juga berubah ke warna hijau. Padahal biasanya aku tenang-tenang saja dengan warna meram di lampu itu. Apa karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan yeoja itu? *^_^*
Awal pertemuanku dengan seorang yeoja dari Indonesia. Hanya kebetulan. Aku sedang ke atap sekolah yang berada di naungan yayasan di mana aku salah satu donaturnya dan melihatnya. Kami bicara sebentar dan aku mengenalnya bernama Hyun Ae setelah pertemuan kami yang kesekian. Nama yang indah.
Tiba di yayasan, aku berjalan cepat ke atas. Merasa jalan cepat juga lambat, aku memutuskan untuk berlari. Seperti ingin cepat sampai ke atap sekolah yang terus-terusan memanggilku untuk segera datang.
Aku tersenyum saat pikiranku membayangkan di sebelah kanan atap, seorang yeoja berdiri membelakangiku. Headset menempel di telinganya. Lirih senanungnya akan hinggap ke telingaku. Aku akan berjalan mendekat dan ragu-ragu menegurnya, seperti waktu itu.
Langkahkju terhenti di depan pintu atap. Ketika tanganku menyentuh pemutar pintu, senyumku telah merekah lebar.
Whusss…
Hanya angin yang menyapa ketika pintu atap kubuka. Sosok yang kuharapkan tak ada sejauh mata memandang. Aku menghela napas kecewa.
Ketika aku hendak pergi, sebuah suara aneh terdengar dari sudut kiri. Dari balik dinding sepertinya.
Perlahan-lahan aku mendekat. Dan…
Yeoja yang kucari tampak duduk bersandar dinding itu sambil bersenandung.
Aku duduk dan menyapanya. Tanpa tahu bagaimana awalnya, aku kehabisan bahan pembicaraan. Sepertinya dia juga begitu. Situasi ini tak enak. Kami cukup lama saling diam.
Ragu-ragu aku menoleh. Kuberikan senyuman padanya. Dia membalasnya. “Maaf karena saya tidak begitu bisa menghidupkan suasana.” kataku
“Saya juga. Mian…” ujernya malu.
Aku tersenyum lembut. “Anda tidak akan mengusir saya kan?”
Dia menatapku. “Tentu saja tidak.”
Aku tersenyum lebar. “Saya sepertinya jatuh cinta pada tempat ini.” Dan mungkin juga pada Anda… sambungku dalam hati.
Jantungku berdetak cepat. aku tahu dia sedang memperhatikanku. Aku memilih tetap memandang langit. ‘Bolehkah aku memupuk perasaan ini?’
Beberapa waktu kemudian…
“Umm… chogi~,” tegurnya. Aku menoleh.
“Nde?” sahutku.
“Mian, Saya sudah harus ke kelas.”
Sudah waktunya ya? Waktu kenapa begitu cepat berlalu?
Perlahan aku menganggukt. “Semoga lain kali kita bsia bertemu lagi.”
“Nde?” dia agak terkejut. Tapi, itu memang harapanku. Tapi, kalau bertemu perasaan ini akan semakin subur, kan? Apa boleh? Aku.. seharusnya bagaimana?
Kusuguhkan senyum termanisku.
“A… Annyeong…” pamitnya cepat.
“Annyeong…” sahutku.
Aku menghela napas saat sosoknya menghilang dari pandanganku.
Rasanya ketenangan di sini lenyap bersama perginya dia…
Aku… sebaiknya pulang…
>>>cut>>>

H-1 DBSK concert…
Aku merasa yeoja itu sebaiknya menyaksikan konser kami. Aku ingin dia melihatku perform. Cepat-cepat aku menuju ke sekolah sebelum latihan siang kami dimulai.
Tiba di sekolah aku menuju atap, tapi tak menemukannya. Aku menunggu beberapa saat, tapi semakin gelisah. Aku lalu turun dan mencari di ruang guru, namun tak ada. Aku berniat mencari tahu jadwal yeoja itu namun karena belum tahu namanya, tidak jadi. Untunglah aku menemukannya baru keluar dari kelas 1 A. Aku menegurnya dan tersenyum lebar padanya. “Untung bertemu Anda di sini. Saya tidak tahu harus mencari di mana ketika tak menemukan Anda di atap dan di ruang guru,” ujerku.
“Tadi… saya ada kelas.” Jawabnya.
Akumengangguk paham. “Ini untuk Anda.” Kataku sambil menyerahkan selembar amplop padanya.
“Apa ini?” tanyanya.
Aku tersenyum misterius.
Ia perlahan membuka amplop itu. dan segera memandangku kembali dengan aneh ketika mendapati amplop itu adalah tiket konser DBSK.
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. “Anda… bukan fans mereka ya? Mian…”
“Bukan begitu…”
“Jadi… Anda akan datang kan?” aku tersenyum cerah. “Saya tunggu!!” Aku lantas pergi dengan sejuta kebahagiaan menyelimuti hatiku.
>>>cut>>>

@ DBSK concert
Aku mencari sosok yeoja itu dan menemukannya di bangku lain, tidak di bangku tiket yang kuberikan padanya. Di sebelahnya ada seorang namja. Mereka sesekali berbicara, membuatku agak kesal.
Dan saat yeoja itu menangis, aku mendapati si namja menenangkannya. Rasanya aku ingin berlari ke bangkunya dan menyeretnya jauh-jauh dari namja itu. Hei, kenapa aku bisa berpikiran begitu?
Aku mengangkat bahuku dan terus menyanyi.
>>>cut>>>

Beberapa minggu kemudian…
Aku baru selesai mandi ketika kudengar seseorang memencet bel kediaman kami. Kulihat Changmin membukakan pintu. Awalnya kupikir manajer, namun ternyata…
Aku seperti kehilangan udara. Napasku sesak. Yeoja itu ada di depanku bersama Hyun Joong?
Agak heran, aku menyambut mereka. Mempersilahkan mereka duduk. Hyun Joong memperkenalkan yeoja itu dan baru kutahu bernama Hyun Ae. Aku tersenyum lembut padanya, dan perasaan hilang selama ini terisi oleh rasa hangat yang menyusup di hatiku karena melihatnya kembali.
Jae Joong tahu kalau aku sering ke sekolah untuk bertemu dengan seorang yeoja, tapi sepertinya ia tidak menyadari kalau Hyun Aelah yeoja yang kumaksud. Ia memilih duduk di beranda. Kalau tahu, mungkin ia akan terus memandangi sikapku pada Hyun Ae dengan penuh minat, hahaha… untunglah…
Saat Hyun Joong pergi, aku memberanikan diri bertanya padanya, “Masih ingat dengan seorang namja yang memberikanmu tiket konser sebulan lalu?”
“Eh?” dia terkejut.
“Kenapa kau tidak menggunakan tiket yang kuberi?”
“EH??? Jadi…” ia jelas makin terkejut.
Aku mengangguk. “Namja itu aku, Hyun Ae-ssi. Arrasseo…” gumamnya. “Apa dia yang memberimu tiket?”
“Nde?”
“Kim Hyun Joong.” Jelasku mencoba mengusir sedikit rasa kesalku ketika teringat konser itu.
“A… Nde… Cosunghamnida…” Hyun Ae membungkuk dalam.
“Ya! Jangan begini.” Aku tersenyum lembut padanya.
Hyun Ae mengangguk lagi.
“O, ya, boleh tahu siapa paling kau sukai di grup?” pertanyaan Yoochun membuat pipi Hyun Ae merona. “Nugu?” Tanyanya tak sabar. Aku juga tak sabar. Apakah aku?
Junsu dan Changmin sudah memasang wajah imut mereka. rasanya aku ingin memasukkan mereka ke kamar agar berhenti bertingkah seperti itu di depan Hyun Ae.
“Yunho oppa…” jawab Hyun Ae pelan. Aku tersenyum dengan bangga. Oppa katanya? Dadaku menghangat lagi.
Pembicaraan terus berlanjut dan aku menikmati pertemuan ini.
Lalu aku ke dapur untuk mengambilkannya minuman.
Member lain mengikuti dan mengejekku. Seoalah-olah mereka bisa membaca pikiranku. Aku terus mengelak dan cepat-cepat ke ruang tamu lagi namun Hyun Ae sudah tidak ada. Kutanya Jae Joong yang ada di ruang tamu, dia bilang Hyun Ae tiba-tiba memilih pulang.
Meski kecewa, aku memilih diam.
Saat asyik-asyiknya mengobrol, Hyun Joong kembali. Menatap heran pada kami sambil menanyakan Hyun Ae di mana. Changmin mengatakan sesuai perkataan Jae Joong. Hyun Joong bertanya lagi dan wajahnya terlihat panik. Ia keliur kediaman kami dan menelpon seseorang. Hyun Ae, kah?
Lalu dia menuju salah satu halte. Aku dan member lain mengikuti. Hyun Ae ada di sana. Hyun Joong langsung mendekat. Aku bisa melihat wajahnya yang terlihat sangat marah.
“Kenapa tiba-tiba ingin pulang? Bukankah aku menyuruhmu menungguku di tempat mereka? Bukankah aku juga bilang, aku pergi cuma sebentar? Kenapa tidak menunggu sampai aku kembali?” Tanya Hyun Joong tak sabar. “Kau sendiri yang bilang masih tak terlalu bisa membaca huruf hangul, kenapa nekat jalan di daerah asing begini?”di tatapnya Hyun Ae dengan emosi.“Kalau kau naik ke bus yang slaah bagaimana??”
Hyun Ae menunduk dalam. Matanya mengabur. Aku ingin mendekat dan menghentikan emosi Hyun Joong namun kalimat Hyun Joong berikutnya membuatku terhenyak.
“Kalau begitu ingin pulang, kau bisa menelponku kan? Aku tak sesibuk yang kau kira, sampai-sampai tidak bisa mengantarmu! Apa karena tahu aku Hyun Joong, kau merasa aku bukan ‘oppamu’ lagi??”
Apa dia menyukai Hyun Ae…??
“Mian…” lirih Hyun Ae pelan.
“Apa kau berpikiran kalau kau minta tolong padaku, aku akan merasa susah? Bukankah aku bilang tidak apa-apa? Kalau kau pulang sendiri dan akhirnya tersesat, tidakkah kau berpikir itulah yang sebenarnya membuatku susah???”
Dadaku sakit melihat sebegitu perhatiannya Hyun Joong dengan Hyun Ae. Sementara Hyun Ae makin menunduk dalam. “Mian…” katanya setengah terisak.
Hyun Joong menghela napas. Lalu mendekat. Diacak-acaknya rambut Hyun Ae dengan sayang sambil berkata, “Lain kali jangan begini lagi!”
Aku tak sanggup melihatnya. Apa aku cemburu? Mungkin…
>>>cut>>>

Pertemuan berikutnya di dorm SS501. Pertemuan yang menyenangkan smapai akhirnya Hyun Joong menyanyikan lagu “Perhaps Love” saat aku ke toilet. Alunan lagunya masih sempat kudengar saat aku mengambil air minum di kulkas mereka.
Aku hendak bergabung namun urung saat kudengar,
“Hyun Joong menyukai Hyun Ae!” teriak empat namja. Siapa lagi kalau bukan Jungmin, Young Saeng, Baby Hyung, dan Kyu Jong. Hyun Joong tak mampu bereaksi apalagi aku. Dadaku sakit.
“Jincha???” tanya Junsu polos.
“Jangan percaya Junsu oppa. Mereka hanya bercanda,” kata Hyun Ae setengah tertawa. “Ya kan oppa?”
“Ya…” jawab Hyun Joong mengambang.
“Tuh kan…” katanya tenang.
“Aku… menyukaimu, Hyun Ae-ah…” kata Hyun Joong akhirnya. Aku mendesah. Aku tak mampu melangkahkan kakiku keluar. Terlalu kaget dengan kejujuran Hyun Joong. Apa Hyun Ae punya perasaan yang sama dengan Hyun Joong? Mengingat mereka begitu dekat.
Aku menggigit bibir bawahku dan bersyukur saat Hyun Ae bersikap tidak percaya bahkan mengatakan maaf.
>>>Cut>>>

Waktu berlalu dan aku tak bersemangat semenjak kejadian itu. Member DBSK yang lain tahu betul alasannya. Jae Joong sudah menceritakan tentang Hyun Ae yang kusukai sejak pertama kali bertemu di atap sekolah.
“Ya, hyung!! Mau sampai kapan kau bersikap seperti ini? Kalau memang suka, temui dia. Katakan perasaan hyung padanya seperti yang Hyun Joong lakukan!” kesal Yoochun usai mencuci mukanya. Ia hanya tidur sebentar dan terkejut mendengar bunyi tv dari ruang tengah. Aku yang menyalakan tv itu karena tidak bisa tidur semalaman.
“Bukankah Hyun Ae-ah bilang hyung urutan pertama di hatinya. Jamin! Pasti di terima deh!” sahut Junsu semangat yang tiba-tiba muncul di samping Yoochun.
“Benar, hyung!” sahut Changmin cepat. Ia baru saja mengambil cemilan di kulkas. Mungkin ia terbangun gara-gara perutnya minta di isi. “Kau harusnya mengejarnya. Bukankah prinsipmu meski teman, kalau cinta, akan kau perjuangkan terus? Palli! Nanti keburu dia pulang! dia kan tidak lama di sini?!!” katanya di sela-sela kunyahannya.
“Haruskah?” tanyaku akhirnya.
“Aku baru lihat leader DBSK seragu ini!” kesal Yoochun.
“Kalau hyung memang cinta, ya… kejar saja.”kata Changmin menggebu-gebu.
“Hwaiting, hyung!!!” Junsu menyemangati.
Aku mengangguk-angguk. Kutatap ketiga member DBSK yang sudah menjadi bagian dari hidupku bergantian lalu menarik napas dan berdiri. “Baiklah… Doakan aku!” kataku semangat. Yang lain mengangguk senang.
“Tapi, inikan masih pagi! Apa dia sudah di sekolah?” aku duduk lagi di sofa.
“Aishh… kalau memang harus sekarang, datang saja ke rumahnya.” Sahut Yoochun masih dengan kekesalan yang sama.
“Kenapa tidak membuat rencana agar terkesan romantis?” usul Changmin. Junsu mengangguk menyetujui.
Bletak!! Yoochun memukul kepala keduanya.
“Ya! Apa sempat? Kita akan tur keliling asia seminggu lagi. Apa sempat membuat rencana romantis?” tanya Yoochun. “Kalian sendiri tahu jadwal kita penuh sekarang. Jam 8 nanti kita sudah harus latihan seharian! Dua hari kemudian kita harus berangkat untuk gladi kotor.”
Changmin manyun. Merasa idenya diremehkan. Sedang Junsu, makhluk polos yang satu itu, kembali mengangguk-angguk.
“Tapi aku tidak tahu rumahnya di mana…” ujerku pelan.
Gubrak!
Yoochun seolah jatuh dari tempatnya. Bagaimana bisa begitu suka dengan seseorang tapi tidak tahu di mana rumahnya. Aigo….
“Tanya Hyun Joong hyung saja. Dia pasti tahu!” sahut Changmin dengan senyum kebangaan. Ia seolah mendapat ide yang brilian.
“Benar!” lagi-lagi junsu menjetujui.
“Kalau ditanya kenapa ingin tahu rumah, aku harus jawab apa?” tanyaku bingung.
Yoochun tampak geregetan. “Ya tinggal bilang kalau kita mau mengunjunginya kan? Aishhh…”
Aku langsung sumringah. Kuambil HPku dan menelpon Hyun Joong.
“Yongseo…” Sahut Hyun Joong dengan nada tak suka.
Aku jadi tak enak. “Yongseo, Hyun Joong-ah! Mian menganggumu pagi-pagi.”
“Nde. Gwencahana. Waeyo?” sahut Hyun Joong.
“Kau tahu kediaman Hyun Ae kan? Bisa kau beri tahu alamatnya. Kami ingin mengunjunginya,” kataku dnegan raut cemas. Aku tak begitu yakin Hyun Joong akan memberitahunya.
Hyun Joong terdiam.
“Hyun Joong-ah? Kau masih di situ?” tanyaku. Kecemasanku makin menjadi.
“AH… Nde.”
“Jadi bisa kau beri alamatnya?” tanyaku penuh harap.
“Hyun Ae pulang hari ini.” kata Hyun Joong tercekat.
“Nde?”
“Dia sekarang di bandara dan akan berangkat sekitar satu jam lagi. Dia bahkan tak pamit padaku!” kesal Hyun Joong.
Aku terdiam. Tanpa menutup telpon aku berhambur ke dalam kamar. Jae Joong terkejut karena tiba-tiba aku membuka pintu.
“Waeyo, Yunho-ah?” tanyanya melihat wajah panikku.
“Kunci mobil mana?” kataku sambil terus mencari dengan panik.
“Kau taruh di meja itu seingatku!”kata Jae Joong. Cepat kucari dan menemukannya. Buru-buru aku keluar.
“YA!!! Ada apa??” tanya Jae Joong smabil menahan langkahku dengan menarik tanganku.
“Hyun Ae… Dia akan pulang hari ini!”
“M-MWO???” keempat member tampak terkejut.
>>>>cut>>>>

Aku mengemudi dengan cemas. Kami sampai dan langsung masuk. Kami agak mencuri perhatian karena tanpa melakukan penyamaran sama sekali. Untung pengunjung masih sedikit. Aku agak aneh mendengar dari speaker suara seseorang bernyanyi sambil subuk mencari informasi di mana ruangan untuk perbangan Indonesia.
“Neomanieoyahaneu nae maeumul yong sehagil
Mani bujukedo mani mujodaro naingul
“Dderoneun himdeun nari chajaindedo
Sesang ketkaji jabeun du son nochi aneulke”

Aku sudah menemukan tempat Hyun Ae berada. Aku cepat-cepat ke sana diikuti yang lain. Aku lupa, kalau aku baru bisa masuk ke ruang keberangkatan kalau meiliki tiket. Cepat Aku berbalik. Lagu masih mengalun. Seolah itu adalah soundtrack dari perjuanganku.
“Gomawoyo nae gtae meumulreojyeoseo”

Aku sedang memesan tiket ke Indonesia. Beruntung karena masih bersisa. Aku cepat melangkah namun seketika terhenti saat mendengardari pengeras suara di bandara.
“Jeongmal gomaweo Hyun Ae-ah.”
Hyun Joong kah??
“Jadi kumohon, jangan pergi…” sambung suara itu lagi.
“Hyung?” tegur Yoochun. Ia dan member yang lain memang mengikuti ke manapun aku pergi. Ditatapnya diriku dengan tatapan simpati. “Masih sempat kalau kau mau berusaha.” Ujernya.
“Aku sudah terlambat!”
“Belum jika Hyun Ae menolak!” kata Yoochun yakin. Diseretnya akudengan semangat.
Namun, kenyataannya kami terlambat. Di dalam, sudah ada pemadanagan yang langsung menyakiti hatiku. Hyun Ae memeluk Hyun Joong.
>>>cut>>>

Hatiku remuk saat mendapatkan undangan pernikahan langsung dari Hyun Joong. Yah, karena pernikahan ini sembunyi-sembunyi, makanya dia menyerahkan sendiri padaku dan member lain. aku melihat undangan itu dan tertulis dengan nyata di sana nama Hyun Ae dan Hyun Joong sendiri. mereka akan menikah di Indonesia.
“Aku rasa aku tidak bisa datang,” ujerku senormal mungkin pada Hyun Joong.
“Tidak apa-apa. Aku mengerti kesibukan kalian. Mohon doakan kami ya?” pinta Hyun Joong dengan wajah sumringah. Aku tersenyum sebisaku meski hati ini rasanya terkoyak hingga habis tak berbentuk.
~End All Flashback~

Aku mendesah. Lalu menuju ranjang. Menenggelamkan tubuh ini dan berharap perasaan ini juga ikut tenggelam meski kutahu itu tak akan mungkin…
_TBC_

Hohoho… next chapter kira-kira masuk ke tokoh siapa ya? Lia? Rima? Jae Joong? Junsu? Changmin? Atau Yoochun? Atau jangan-jangan sebagian besar dari mereka? hahaha… tunggu kelanjutannya ya ^^
Di tunggu komentarnya. Mohon maaf juga nih kalau ada salah-salah ketik. Maklum buru-buru ^^d *peace*

No comments:

Post a Comment