Thursday, February 3, 2011

FF Begin chapter 22

Title: Begin chapter 22 ‘Firasat’
Author: Imah Hyun Ae
Ide: Park Yong Kyo
Genre: Romance
Tokoh:
1. Kim Hyun Ae (pembacaku atau kalau nggak mau…saya aja ea?? Hehehe ^^)
2. Park Yong Kyo aka Rima (teman kalian yang cinta ama Korea)
3. Lee Hyu Rim aka lia (teman kalian yang cinta ama Korea juga)
4. Kim Hyun Joong (suami Hyun Ae)
5. Jung Yunho (namja idaman Hyun Ae ^_^)
6. Kim Jae Joong (sahabat Hyun Joong kekasih Lee Eun Shi)
7. Kim Junsu (pasangan masih rahasia)
8. Lee Eun Shi (kekasih Kim Jae Joong)
9. And other member dbsk and SS501
------------------------------------------------------------------------

Begin Chapter 22
‘Firasat’

#Author POV
Jae Joong menatap layar HP-nya. Ia pikir Hyun Joong menelponnya lagi untuk memperjelas undangan berkunjung ke rumahnya . ternyata bukan. Sebuah nama yang mengakrabinya enam bulan ini justru tertera di sana. Dengan senyum lebar, sambil mendekat ke jendela rumah DBSK, ia menekan tombol ‘Jawab’. Tak lama, suara lembut langsung menyergap telinganya.
“Annyeong, Jae Joong-ah…”
Jae Joong tergelak mendengarnya. Hal yang sering ia lakukan setiap sosok di ujung sana menyapanya. “Annyeong, Noona. Apa kau rindu padaku?” Sebentuk senyum melengkung di sudut bibirnya saat ia membayangkan sosok di seberang sana mencibir.
“Ya!!! Apa aku hanya boleh menelponmu kalau aku rindu?” sosok di ujung sana terdengar merajuk.
Jae Joong tergelak lagi. “Annio…” ujernya sambil duduk di jendela dan memainkan gorden dengan tangannya. “Sebenarnya tadi aku berniat menelponmu,” jujurnya.
“Jeongmalyeo? Bukannya tadi kau sibuk bicara dengan orang lain?” sosok di ujung telpon terdengar tak percaya.
“Ah…, kau cemburu?” Jae Joong tersenyum gembira.
“Anni!” sahut sosok di ujung telpon cepat.
Jae Joong tergelak lagi. “Tadi telpon dari Hyun Joong. Dia mengajakku dan member lain ke rumahnya besok. Sekedar makan-makan. Lagipula sudah lama kami tidak bertemu.”
“Hmmm… Jadi kalian akan bertemu dengan istrinya?”
“Ya, sepertinya begitu.” Jawab Jae Joong tak yakin. Ia malah berharap hanya akan bertemu dengan Hyun Joong saja, tidak dengan istrinya. Ia masih tidak tahu harus bersikap seperti apa kalau melihat Hyun Ae nantinya.
“Hyun Ae-ssi…” suara di ujung sana tertahan.
“Nde?”
Terdengar desahan panjang sebelum akhirnya sosok di sana berkata, “Dia beruntung. Dia menikahi orang yang dicintainya, mendapat restu dari orang tua, dan mendapat restu dari publik.”
Jae Joong terdiam.
“Apa… kita akan seberuntung dia?”
“Noona…” Jae Joong kebingungan harus menjawab apa.
“Jae Joong-ah…?” panggil sosok itu pelan. Jae Joong hapal betul kalau nada seperti ini artinya sosok di sana akan meminta sesuatu.
“Nde?”
“Maukah kau mengenalkanku pada temanmu?”
Jae Joong terdiam. Lama.
Sosok di ujung telpon membuang napas panjang. “Paling tidak, teman segrupmu tahu siapa aku bagimu,” ujernya pelan. Lalu menutup telpon. Jae Joong tahu, ini berarti sebuah paksaan. Ia HARUS mengenalkan sosok itu pada temannya.
Di tatapnya layar HP-nya dengan gamang. Sebenarnya apa yang ia ragukan? Bukankah ia sudah cukup yakin dengan pilihannya? Tidak apa-apa kan, kalau hanya teman-temannya yang tahu? Bukankah mereka bisa menjaga rahasia? Jadi, tak ada salahnya kan kalau mereka tahu? Ini tak akan membuat sosok yang dicintainya terganggu kehidupannya selama temannya menjaga rahasia, kan?
Ia mengusap kepalanya. Kebingungan nampak nyata di wajahnya.
Setelah cukup lama termenung, ia kembali menatap HP-nya. Menekan tombol navigasi dan mencari nama ‘Lee Eun Shi (Nae Chagiya)’. Kemudian ia menekan tombol ‘Panggil’.
-End POV-
>>>cut>>>

#Rima POV

Malam telah larut. Tapi aku tak kunjung bisa memejamkan mata. Sebuah rasa sedih menghampiri hatiku, entah apa sebabnya. Padahal seharusnya aku bahagia karena besok akan bertemu dengan idolaku. Satu-satunya idola yang kucintai sepenuh hatiku.
Aku membalik tubuhku dari posisi terlentang menjadi miring. Kutatap Lia yang tidur di sampingku. Tidak, sepertinya ia berusaha tidur. Pasti hatinya gelisah sekali dengan pertemuan esok.
Hm… Kenapa aku tak merasakan kegelisahan itu?
Aku mendesah. Lalu duduk di pembaringan yang nyaman ini. cukup lama, namun kantuk tak jua hadir. Dengan malas aku keluar bangkit dan menuju jendela. Kubuka tirainya. Langit terang akibat cahaya bulan langsung menyapaku. ciptakan bayangan sendu pada belakang pohon di depanku yang tidak terkena cahaya. Suram, namun terlihat menenangkan.
Kusandarkan tubuhku di tiang jendela sambil garuk kepalaku yang tak gatal. Aku frustasi. Tak tahu apa yang semestinya kulakukan untuk membunuh malam.
Bosan, aku melangkah ke lemari. Mencari barang akan kuberikan pada Jae Joong oppa dan member lainnya. Sederhana saja. Namun cukup cantik dan berkesan mewah menurutku. Sebuah bingkai foto yang terbuat dari lidi yang di cat warna-warni dan di hiasi pernak-pernik lain. Aku membelinya saat di Bandung. Dan jika Lia tak membawa apa-apa, maka aku bersedia mengakuinya sebagai hadiah ‘kami’ berdua.
‘Aku baik kan?’ batinku pede sambil menoleh ke arah Lia dan tersenyum geli. Aku yakin, kalau Lia mendengarnya, ia pasti akan mencibir.
-End POV-
>>>cut>>>


#Lia POV

Ketegangan luar biasa menyergapku. Susah payah aku mencoba memejamkan mata ini agar besoknya tidak terlihat kusut. Sayangnya, pikiran dan hatiku berbeda pendapat. Mau tidak mau aku memaksakan mata ini terpejam.
Entah sudah berapa lama mata ini kupejamkan, aku tdiak tahu. Yang jelas aku tidak benar-benar tidur dengan nyenyak.
Aku merasa kasur ini bergerak. Rupanya Rima baru kembali ke ranjang. Sepertinya ia sulit tidur mengingat hari esok akan jadi hari bersejarah untuk kami. Aku memperhatikannya yang memunggungiku. Dia tampak gelisah dari pada aku.
Aku memilih menatap langit-langit sembari membayangkan apa yang akan kami ucapkan besok saat bertemu mereka. Apa mereka merasa bahagia? Atau merasa terganggu dengan sosok kami? Apa yang akan dibicarakan? Apa mereka akan bersikap layaknya idola bertemu fans pada kami? Atau malah bersikap seolah-olah kami ini adalah teman baru mereka? bagaimana kalau aku tidak mengerti apa yang mereka ucapkan? Bahasa inggrisku masih kurang. Bahasa koreaku parah. Lalu, bagaimana bisa berkomunikasi dengan Junsu oppa? Aigoooo…
Aku menggaruk kepalaku. Putus asa.
“Eh, kan ada Hyun Ae. Dia pasti mau menerjemahkannya kan? Seperti saat kami bertemu SS501? Tenang… Tenang…” batinku menenangkan.
O,ya, bagaimana reaksiku kalau bisa bersalaman dengan Junsu oppa ya? Apa aku akan melompat kegirangan, heboh sendiri seperti biasanya, atau… Cuma bisa diam saking gugupnya. Ahh, bagaimana reaksiku kalau Junsu oppa tak seimut yang kulihat di fotonya ya? Tapi, bagaimana kalau dia lebih imut dari fotonya? Gyaaa…. >///< Panas menjalari wajahku. Memikirkannya saja sudah begini, bagaimana besok? Apa wajah ini akan jadi seperti tomat masak? Hehehe… ^///^ “Ya!!! Apa yang kau pikirkan?” teguran Rima membuatku menoleh. “Nde?” jawabku terkejut. “Kau bergerak-gerak terus dari tadi. Memukul-mukul kasur segala lagi!” omel Rima. “EH?” Sumpah, aku tidak sadar sama sekali (^.^) “Pasti memikirkan yang tidak-tidak bersama Junsu!” tebak Rima. Aku cuma bisa cengengesan. “Aishh…” kesal Rima. “Ya!! Memangnya kau tidak memikirkan Jae Joong oppa?” -end POV- >>>cut>>>


#Author POV
Hyun Ae tampak sibuk menyiapkan makan siang. Sedikit-sedikit dibantu Lia, dan Rima. Macam-macam yang mereka masak. Ada stik daging sapi, ayam goreng plus lalapan dan sambelnya, opor tahu, ikan panggang, dan salad. Minumannya ada es buah, jus jeruk dan es teh. Buah-buahan untuk cuci mulutnya ada melon, anggur, apel, pisang, dan semangka.
Setelah semua tertata rapi di meja halaman belakang, yang langsung menghadap laut, mereka duduk-duduk santai menunggu para undangan alias dbsk datang. Apalagi Rima dan Lia sudah mengenakan baju terbaru mereka yang dibelikan Hyun Ae. Jelas sekali ketegangan ada di wajah mereka saat jam sudah menunjukan pukul 1 waktu Korea. Mereka cemas. Jangan-jangan tidak jadi datang.
Hyun Joong sudah menelpon mereka dan menanyakan kepastian kedatangan mereka sekali lagi. Dan mereka bilang dalam perjalanan. Tampak Hyun Ae, Lia dan Rima bernapas lega bersamaan.

Ting-tong!
Akhirnya! Bel rumah akhirnya berbunyi! Sebuah penantian yang rasanya panjang sekali. Cepat Hyun Joong ke depan bersama Hyun Ae dan meninggalkan Lia dan Rima di belakang.
“Mian, terlambat!” ujer Yunho sambil membungkuk, ungkapan rasa bersalah.
Hyun Joong tersenyum lebar. “Gwenchana… Kami bisa mengerti kesibukan kalian. Terima kasih sudah bersedia datang…”
Yunho tersenyum.
“Makanannya banyak kan?” kata Changmin sambil menatap puppy eyes pada Hyun Ae. “Aku sengaja tidak makan siang tadi,” ujernya memelas. Hyun Ae tergelak. Sudah menjadi pria dewasa tapi Changmin masih saja seperti ini.
“Benar. Dia bilang agar perutnya muat menghabisi masakanmu. Aish… anak ini memang tidak tahu malu!” ujer Yoochun sambil menjitak kepala Changmin pelan.
“Ya! Hyung!!” pekik Changmin tak suka.
Hyun Joong tertawa melihat tingkah mereka. “Ara~” ujernya. “Di samping makanan, kami juga menyiapkan kejutan untuk kalian.”
“Kejutan?” pikik Junsu dengan suara lumba-lumbanya. “Oleh-oleh dari Indonesia kah?” tanyanya dengan binar penuh harap.
Hyun Joong dan Hyun Ae mengangguk bersamaan.
“Kuharap kalian tidak marah dan menyukainya,” ujer Hyun Ae.
“Tidak mungkin kami marah. Bisa-bisa Hyun Joong akan menghajar kami,” celetuk Yunho.
Wajah Hyun Ae bersemu. Sedang Hyun Joong tersenyum lebar.
“Kita ke halaman belakang sekarang. Kajja!” ajak Hyun Ae. Mereka mengangguk dan mulai melangkah. “Eh, tapi.. mana Jae Joong oppa?”
“Benar. Kenapa aku tidak melihatnya?” Hyun Joong ikut bertanya.
“Dia pakai mobil sendiri. Katanya mungkin akan terlambat,” jawab Yoochun.
Hyun Ae dan Hyun Joong mengovalkan bibir mereka dan mengangguk paham.

Tiba di halaman belakang, empat namja tampan itu langsung menatap heran pada dua orang yang sedang menata kembali makanan dengan gugup.
“Ya! Apa mereka pembantu barumu?” celetuk Changmin. Hyun Ae langsung melotot marah. Bersamaan dengan itu dua jitakan langsung mendarat di kepalanya. Satu dari Hyun Joong, satu dari Yunho.
“Mereka sahabatku,” jelas Hyun Ae. “Rima, Lia?” panggilnya pada dua temannya.
Lia dan Rima menoleh sedetik dan langsung tertunduk. Hyun Ae tersenyum.
“Oppa, Let me introduce them. Yang tinggi ini Lia,” kata Hyun Ae dengan bahasa inggris campur korea lalu merangkul lengan Lia yang dingin. “Dan yang agak gemuk dan pendek ini Rima,” sambungnya sambil menunjuk Rima.
Empat namja tampan itu mengulurkan tangan. Sambil berucap “Bangapta” pada kedua orang yang baru mereka kenal. Lia dan Rima hanya bisa menunduk. Tangan mereka main dingin. Tapi hati mereka menjerit kegirangan. Terutama Lia. Akhirnya ia bisa bersalaman dengan Junsu.
“Mereka fans kalian,” ujer Hyun Joong menambahkan.
“Joengmal??” kata Junsu nyaris berteriak.
Lia dan Rima mengangguk malu-malu *jiah… padahal pengen meluk tuh*
“Gomaweo…” si Leader aka Yunho membungkuk sedikit.
“Junsu oppa, kau harus tahu bahwa Lia really love you,” ujer Hyun Ae sengaja bercampur bahasa inggris agar Lia juga mengerti. Ia tahu si dolphin voice ini akan berteriak heboh.
“Ah… Jinca???” teriak Junsu. Benar kan, dia heboh.
Wajah Lia bersemu merah dan mengangguk malu-malu lagi. *aslinya kalau ketemu gini gak ya si Lia? (author mikir)*
“Eu-kyang-kyang… Gomaweo!” kata Junsu usai tertawa bahagia. Ia lalu menyuguhkan senyum khasnya. Senyum yang membuat Lia makin meleleh…
“Kalau yang itu?” tanya Changmin penuh harap.
Hyun Ae menoleh ke arah Rima. “Dia mencintai hyungmu. Jae Joong oppa,” terang Hyun Ae. Hanya perlu satu detik, wajah Changmin yang semula penuh harap berubah cemberut.
“Aish… kau suka Yunho hyung, dia suka Jae hyung.” Katanya dalam bahasa korea sambil menunjuk Hyun Ae dan Rima. “Dan dia suka Junsu? Aish… dia kan tinggi, kenapa tidak memilih menyukai pria tinggi seperti aku?”
Bletak!! Junsu menjitak kepala Changmin sambil berkata, “Ya!! Sudah tidak memanggilku ‘hyung’, mengataiku ‘pendek’ lagi!”
Jelas Rima dan Lia saling tatap. Bingung!
“Hanya masalah yang tidak penting,” terang Hyun Ae. Ia menatap Rima yang sepertinya melirik ke sana ke mari sejak tadi. Yah, pasti mencari Jae Joong. “Dia akan terlambat,” ujer Hyun Ae sambil menepuk pundaknya.
Rima menatap bingung.
“Jae Joong. Dia akan terlambat,” terang Hyun Ae lagi.
Rima mengangguk. Perasaan sedih merayapi hatinya. Kegelisahannya tadi malam terjawab sudah.
>>>cut>>>

Yunho, Junsu, Changmin, Yoochun, Hyun Joong, Hyun Ae, Rima dan Lia sedang menikmati makan siang mereka. Mereka sudah tak sanggup menunggu Jae Joong yang memang terlambat sekali. Terutama si Changmin. Padahal untuk membunuh waktu dan rasa lapar mereka sudah membicarakan banyak hal. Sampai-sampai menghabiskan es buah yang Hyun Ae buat. Bahkan, kado rahasia Rima juga sudah diserahkannya. Seperti yang dia rencanakan, dia bilang itu dari Lia dan Rima. Empat member tampak senang menerimanya.
Mereka sedang asyik makan porsi pertama mereka, kecuali Changmin yang sudah masuk ke porsi kedua. Tiba-tiba saja, HP Hyun Joong berbunyi. Sebuah pesan masuk.
“Jae Joong bilang ia sedang diperjalan dan membawa seorang teman,” ujer Hyun Joong.
Baru saja berkata begitu, bel berbunyi. Mereka tidak menyangka secepat ini Jae Joong datang. Hyun Joong keluar sedang Hyun Ae ke dapur mengambil nasi, lalu piring dan gelas untuk teman Jae Joong. Sedang yang lain bertanya-tanya, siapa yang Jae Joong bawa.
Hyun Joong sedikit terjekut mendapati sosok di samping Jae Joong. Seorang yeoja dengan dandanan minimalis dan terlihat lebih tua dari Jae Joong. Ia mempersilahkan keduanya masuk.
Langkah Jae Joong terhenti saat melihat member lain tertawa bersama dua orang yeoja asing. Ia menatap Hyun Joong. Meminta jawaban.
“Mereka teman istriku,” kata Hyun Joong sambil tersenyum hangat. “Salah satunya fans beratmu.”
Kening Jae Joong mengeryit. “Apa Hyun Ae yang mengajak mereka?”
Hyun Joong mengangguk.
Air muka Jae Joong berubah.
“Kajja,” pinta Hyun Joong.
Jae Joong dan sosok di sampingnya yang tak Hyun Joong kenal melangkah.
“Kupikir ini hanya pertemuan kau dan istrimu dengan kami,” gumam Jae Joong. Ada nada tak suka dari suaranya. Tapi Hyun Joong tidak terlalu menanggapinya.
Jae Joong dan sosok itu duduk di kursi kosong di depan Rima dan Lia, di samping Yoochun.
Hyun Ae datang dan menaruh piring dan gelas di depan mereka lalu mengambil teko dan masuk ke dapur lagi. Mengisi teko itu dengan jus jeruk lagi.
Sementara itu…
“Hyung, nuguya?” tegur Yoochun. Seperti mewakili Rima yang sejak tadi melirik sosok yeoja duduk di samping Jae Joong.
Jae Joong diam sesaat sebelum akhirnya berkata, “Lee Eun Shi. Designer baruku,” ujernya tercekat.
Eun Shi menatap Jae Joong dengan tatapan yang tak bisa diartikan yang lainnya sebelum akhirnya ia melempar senyum pada semua yang ada di meja. “Annyeong…” ujernya pelan.
Jae Joong mendesah. Ia lalu mengeluarkan HP-nya dan mengetik sebuah pesan.
“Noona, sepertinya hari ini aku tidak bisa mengenalkanmu. Kau sendiri dengar di sini ada fans kami. Mian…” send to ‘Lee Eun Shi (Nae jagiya)’.
Sosok yang duduk di samping Jae Joong mengeluarkan HP-nya yang bordering lalu membuang napas. “Mian,” ujernya lalu berdiri dari kursinya. “Aku sepertinya harus pergi,” terangnya dengan wajah keruh. “Annyeong…” ia membungkuk lalu pergi. Semua menatap heran.
“Mian…” ujer Jae Joong. Tak sengaja matanya bertatapan dengan Rima yang sejak tadi mengamatinya. Sesuatu menyusup di relung jiwanya, tapi ia mengabaikannya.
Rima cepat-cepat menunduk. Dan Jae Joong lekas berdiri. Ia mengejar Eun Shi. Semua yang ada di meja saling pandang. Bingung.
“Noona??” suara Jae Joong menahan langkah Hyun Ae. Ia lalu mengintip di balik dinding dapur dan melihat Jae Joong meraih tangan yeoja yang tidak dikenalnya dan berkata, “Mianhae…”
Eun Shi menepis tangan Jae Joong dengan kasar. “Kau pasti sudah tahu di sini ada fansmu kan?” ujernya emosi. Jae Joong menggeleng tegas, tapi Eun Shi tetap tak peduli.
“Kau sengaja mengajakku kemari, seolah ingin mengenalkanku padahal kau tidak ingin. Kau mempermainkanku, Jae. Itu menyakitkan!” ada nada terluka di suaranya.
“Annio, noona! Aku sungguh ti-”
Kata-kata Jae Joong terhenti saat Eun Shi melangkah pergi. Cepat-cepat ia mengejar.
Hyun Ae masih mengintip. Sedikit bingung dengan kata-kata Jae Joong dan yeoja itu barusan.

Di luar kediaman Hyun Ae, Jae Joong mengejar Eun Shi. Yeoja itu melangkah cepat. Lalu memanggil taksi yang kebetulan lewat.
Jae Joong mendengus kesal. Dia hendak mengejar dengan mobilnya saat menyadari kunci mobilnya tertinggal di meja makan. “Aishhh…” kesalnya.
Dengan langkah lebar Jae Joong masuk ke dalam. Ia melihat Hyun Ae memegang teko. “Kau puas?” katanya sinis.
“Nde?” sahut Hyun Ae bingung.
Jae Joong mendengus. “Kau pasti merasa senang berhasil membuat banyak orang iri!” katanya geram penuh amarah. Ia merasa seseorang perlu di salahkan atas kemarahan Eun Shi kali ini dan itu Hyun Ae. “Juga berhasil membawa teman-temanmu untuk bertemu kami!! Kenapa tidak sekalian saja kau bawa seluruh cassie di Indonesia hah??” sambungnya. Ditatapnya Hyun Ae tajam.
Hyun Ae terdiam. Ia tahu, sejak ia menikah dengan Hyun Joong, tak sekalipun Jae Joong baik padanya.
Mendapati Hyun Ae hanya diam dan menatapnya ‘tanpa dosa’, ia mendengus kesal. Ia lalu ke halaman. Mengambil kunci kontak mobilnya dengan kasar. Tidak peduli dengan mereka yang menatapnya heran.
“Mohon maafkan sikap Jae Joong. Ia tidak biasanya seperti ini,” pinta Yunho yang diterjemahkan oleh Yoochun dalam bahasa inggris. Rima dan Lia tersenyum dan mengangguk paham. Dalam benak Lia, “Mungkin Jae Joong oppa lagi ada masalah”, sedangkan di benak Rima, “Lee Eun Shi… Apa ada sesuatu antara dia dan Jae oppa? Pantas saja dari malam tadi tidak merasa bahagia. Rupanya pertemuanku dengannya akan seperti ini… Harus siap-siap terluka nih…”

_TBC_

Hohoho…. Ottokhe? Pertemuan yang menggembirakan awalnya, namun berakhir dengan tidak nyaman ya? Hehe… mian kalau yang ini jelek dan nggak suka. Author nggak tahu mesti gimana lagi. Nggak tahu apa Lia dan Rima memang akan begitu tingkahnya kalau bertemu namja-namja itu. lebih nggak tahu lagi apa yang akan ditulis di chap selanjutnya *lho?*
Hahaha… jangan terkejut begitu. Tunggu saja kelanjutannya. Pokoknya lebih seru lagi. Dan kayaknya fokusnya akan lebih luas lagi, yakni Rima, Lia, Eun Shi, Jae Joong, Junsu, Yunho, Hyun Joong, dan Hyun Ae gkgkgk…
Buat Yoochun dan Changmin, tenang, mereka nanti juga dapat bagian. Jadi, tunggu dengan sabar ya ^^
Gomaweo… *bow*
Comment please ^^d

No comments:

Post a Comment