Thursday, June 3, 2010

FF: One Last Cry part a

Annyeonghaseo chinguuu….
Author come back lagi. Kali ini dengan cerita yang sedikt menyentuh kalbu *ceile…*
Saya harap kalian menyukai karya yang satu ini lagi.
Saya juga bingung mau tokoh cowoknya siapa. Nggak tega. Ngerasa gimanaaa gitu XP
Opening dan ending songnya aku pilih One Last Cry dari Junsu oppa. Hehehe…
Udah ah. Ntar ketahuan lagi ceritanya kayak gimana. Mending langsung baca aja.
Don’t forget: Read-Coment-Like!!!! XDXDXD

Title: One Last Cry
Genre: Romance
Tokoh:
1. Hyun Ae (seperti biasa: kalian para pembaca setiaku XDXDXD, kalau nggak mau siapa yang mau aja XP)
2. Changmin (Hfff… ketulis juga nama oppa. Acting yang bagus ya oppa XDXD)

One Last Cry
Chapter 1

My shattered dreams and broken heart
Are mending on the shelf
I saw you holding hands
Standing close to someone else
Now I sit all alone
Wishing all my feelings was gone
I gave my best to you
Nothing for me to do
But have one last cry
(One Last Cry by Kim Junsu)

-Changmin POV-

Menetes air mataku
Saat ku sadari cintaku jatuh padamu
Pada orang yang tak acuhkanku
Jutaan resah terangkai karenamu
Hanya kertas putih yang sedia temaniku
Meski tetap tak bisa hapus sepiku

Ku tatap angkasa yang menaungiku. Berusaha sembunyikan bulir air mata yang hendak jatuh. Jika bertemu dengan orang yang dirindukan selama ini, akankah kalian melakukan hal yang sama denganku? Menatapnya, berbicara sesaat saja lalu pergi? Mungkin tidak. Mungkin ketika kalian bertemu dengannya kalian akan tetap berdiri di depannya. Tak akan biarkan waktu berlalu lagi tanpanya. Mungkin juga kalian akan memeluknya. Mengatakan betapa rindunya kalian padanya. Setelah itu, sambil menangis haru, kalian menggandeng tangannya.
Aku tidak seperti itu. Akh, sebenarnya ingin. Tapi itu tidak mungkin. Dia, sudah terlalu jauh untuk kusentuh. Bahkan untuk sekedar didekati pun kini tak bisa lagi.
Setetes air mata mengalir di pipiku. Aku teringat pertemuanku dengan orang yang kucintai ini. Yang kucintai dari dulu hingga kini dan mungkin hingga aku tak bernafas lagi.

-flash back-

-Changmin POV-

Aku amat sangat malas ke sekolah. Tak ada yang menarik. Hanya belajar, menatap papan tulis, mengerjakan soal, atau berdiskusi di depan kelas yang bagiku hanya menyulitkankku.
Seandainya bisa bekerja tanpa harus ada ijazah, aku pasti sudah sejak dulu berhenti sekolah.
Memang, di sekolah banyak juga teman-temanku. Mereka sama pemalasnya sepertiku. Jadilah, kami terlihat seperti sebuah gang yang menganggu anak-anak pintar di sekolah. Kami hobi membuat keramaian, tertawa keras tanpa alasan, dan juga menggoda gadis-gadis cantik di sekolah. Karena merasa paling tampan, aku sering dapat bagian menggoda noona alias sunbei kami.
Jangan kira cowok seperti aku ini tak pernah sungguh-sungguh jatuh cinta. Dua kali aku mengalaminya, dan dua kali pula aku patah hati. Yang satu cinta pertamaku di SMP, perasaanku berakhir saat aku mendengar dia berkata pada temannya, “Mana mungkin aku menolak cowok setampan dia. Kaya lagi. Anak-anak lain pasti iri padaku.”
Aku patah tapi tak remuk. Karena setelah itu perasaan menyebalkan sekaligus menyenangkan ini datang lagi. Jatuh pada seorang gadis yang selalu sibuk dengan pelajarannya. Tak pernah menatap atau mencari perhatian seperti gadis-gadis lainnya. Seolah di dunianya Cuma bukulah kekasihnya.
Aku memberikan cintaku padanya. Tanpa bersuara. Aku duduk di sampingnya, memperhatikannya yang asik dengan bacaannya di perpustakaan ini. Aku akan berpura-pura membaca buku, dan ia tak mempedulikan kehadiranku. Aku suka caranya.
Aku menyampaikan perasaanku saat kelulusan. Mungkin terlambat. Mungkin hal ini kulakukan karena jika ditolak aku juga tak akan bertemu dengannya lagi. Pastinya aku memilih sekolah yang berbeda dengannya.
Perasaan itu benar-benar harus berakhir. Dia menolakku dengan alasaan dia ingin konsentrasi dengan sekolahnya.
Dan sekarang, aku dapat tantangan dari temanku. Merebut seorang sunbei bernama Soo Eun yang sangat suka dengan permainan basket di sekolahku. Dia tak pernah melirikku, meski aku ini tinggi dan tampan. Kekuranganku cuma satu. Tak bisa main basket!
Untuk mendapatkannya, ya aku harus menjadi pemain basket yang mampu memukaunya. Jadilah, hari ini aku meminta bantuan seorang siswi yang sangat pandai dalam permainan itu di sekolahku. Kudengar dia akan jadi kapten basket putri untuk pertandingan musim panas nanti.
Aku menunggunya di tempat dia biasa memarkir sepedanya. Dia tak mengacuhkanku. Hmm… apa dia tak menyadari seorang cowok tampan sedang menunggunya.
Dia menuju sepedanya.
Aku benar-benar menampakkan sosokku. Berdiri di depan sepedanya.
Dia menatapku bingung.
“Mengenalku?” mustahil kalau tidak.
Dia menangguk, masih dengan tatapan bingung.
“Tidak ingin bertanya kenapa aku ada di sini?”
“Kurasa bukan hal yang harus kuketahui.” Jawabnya langsung menohok hatiku.
“Biasanya para siswi selalu heboh kalau aku ada dan menatap mereka. Apalagi kalau berbicara. Apa kau tidak kagum atau suka padaku seperti mereka?”
Aku tahu ini melenceng dari niat awal. Tapi keterkenalanku juga penting. Selama ini aku tak pernah mendapatkan cewek yang tidak peduli padaku seperti cinta keduaku dulu.
Dia tersenyum. “Aku memang tidak seheboh mereka. Tapi aku juga bukan perempuan munafik yang pura-pura tak peduli padamu untuk mendapatkan perhatian lebih darimu. Kau mau tahu perasaanku sekarang?”
Dia mendekat. “Aku amat sangat gembira.” Kata-katanya berbeda dengan mimik wajahnya. Terlihat sekali dia mengejekku.
“Boleh aku lewat sekarang?” dia memegang stang sepedanya.
Perempuan ini!!!!
“Wae??” tanyanya melihatku yang melototinya.
“Kau barusan mengejekku kan???”
“Nde? Apa ‘boleh aku lewat’ itu sebuah ejekan?”
Dia tertawa. Dia menertawakanku!!
“Sudahlah Shim Changmin. Jangan mempersulitku. Aku tak mau para penggemarmu meremukan tubuhku. Jadi biarkan aku pergi sebelum mereka melihatku berbicara padamu ‘berduaan’ seperti ini. OK?”
Dia tersenyum sebal padaku.
“Kau pikir aku kemari karena suka padamu?? Jangan ge-er ya!!”
“Ya sudah. Biarkan aku lewat.” Dia menuntun sepedanya ke kiri. Tapi aku menahannya.
Dia melemparkan tatapan sebalnya padaku lagi.
“Maafkan sikapku tadi. Aku kemari ingin minta bantuanmu.”
“Bantuan?”
Aku mengangguk. “Ajari aku main basket!”
“Apa begitu caranya meminta bantuan?” dia mendelik tak suka.
Aishh… “Hyun Ae-ssi,” aku membungkukkan tubuhku. “Saya mohon bantuan anda.”
Tak terdengar jawaban. Apa aku harus berlutut agar dia mau???
----end Changmin POV----


-Hyun Ae POV-

Tiba-tiba dia ada di depanku. Seorang cowok yang tak bisa diharapkan. Kerjanya malas-malasan, dan tebar pesona pada siswi di sini. Aku heran, cowok tak bisa di harapkan begitu kenapa sebegitu di sukai teman-temanku? Karena dia tampan?
Aku sadar hati kecilku menangguk. Aku juga menyukai ketampanannya. Tapi aku tak seheboh mereka. Juga tak berpura-pura tak suka. Aku menempatkan diriku di tengah-tengah.
Jujur saja, aku sangat senang melihat dia di depanku. Jarak kami begitu dekat. Aku gembira sekaligus takut. Takut para penggemarnya melihat kami. Siapa yang bisa menjamin besok hari kehidupanku akan tenang??
“Kau piker aku kemari karena suka pdamu?? Jangan ge-er ya!!”
Siapa juga yang berpikir kau akan menembakku??? Aku tahu aku bukan tipemu! Kau kan cuma mau sama yang cantik dan berkulit putih, berambut panjang, itu kan semua ciri-ciri pacarmu. Bukankah karena melihat kekasihmu cantik makanya para penggemarmu tak masalah? Jika kau mendekati aku yang senang berada di bawah matahari ini apa kata penggemarmu?? “Ya sudah. Biarkan aku lewat.” Aku menuntun sepedaku ke kiri. Tapi dia menahannya. Aishh… anak ini!!!
Aku melemparkan tatapan sebalnya padanya.
“Maafkan sikapku tadi. Aku kemari ingin minta bantuanmu.”
“Bantuan?”
Dia mengangguk. “Ajari aku main basket!”
Eh? “Apa begitu caranya meminta bantuan?” aku mendelik tak suka.
“Hyun Ae-ssi,” dia membungkukkan tubuhnya 90 derajat. “Saya mohon bantuan anda.”
Untuk apa? Untuk memikat gadis lagi? Aishh… “Kenapa tidak meminta bantuan pada yang lain? Bukannya masih ada siswa yang bisa mengajarimu? Kenapa harus aku?”
Dia mendongak. “Itu… karena kau lebih hebat dari mereka. Lagipula ini tidak gratis. Akan kubayar.”
Aku berpikir sebentar. “Baiklah. Tapi aku hanya bisa mengajari malam hari. Jam 7. Ottokhe??”
“Ok. Tak masalah.”
“Baiklah. Besok kita mulai latihannya.” Aku hendak pergi ketika teringat sesuatu.
“O! Changmin-ssi!!”
“Nde?”
“Apa kau bisa menjamin, kehidupanku tidak akan dikacaukan oleh fansmu?”
Dia diam.
“Arraso!! Akan kucari tempat latihan yang aman. Temui aku di sini jam 7. Jika terlambat, aku tak akan membantumu.”
Aku mengayuh sepedaku. Meninggalkannya.
---- End Hyun Ae POV----


coment ea... XDXD

No comments:

Post a Comment