Friday, June 4, 2010

FF: One Last Cry part b

Ini chapter duanya. Met baca ea…..

Title: One Last Cry
Genre: Romance
Tokoh:
1. Hyun Ae (seperti biasa: kalian para pembaca setiaku XDXDXD, kalau nggak mau siapa yang mau aja XP)
2. Changmin (Hfff… ketulis juga nama oppa. Acting yang bagus ya oppa XDXD)

One Last Cry
Chapter 2


-Changmin POV-

Aku melihat jam berkali-kali. Jelas-jelas di sana menunjukkan pukul 07.30 p.m. Aishh… bukannya dia yang bialng jangan terlambat. Apa jangan-jangan dia mempermainkanku? Awas saja. Aku sudah rela menolak ajakan main game online bersama teman-temanku hanya untuk latihan dan memenangkan taruhan itu.
Aku masih menunggu. Tapi tetap saja tak ada tanda-tanda dia datang. Menyebalkan.
Aku melangkah. Menuju mobilku. Sekarang sudah di depan gerbang sekolah.
Aku melihat kiri dan kanan. Siapa tahu dia datang. Tapi nihil. Dia tak ada. Dengan kesal kulajukan mobilku.
“CHANGMIIIIINNN!!!!”
Kudengar seseorang memanggil namaku. Aku melihat ke kaca spionku. Terlihat dia yang mengayuh sepedanya. Dasar gadis ini!!! aku menghentikan mobilku.
Dia berhenti tepat di samping mobilku. Napasnya terengah-engah.
“Jeongmal mianhae… ban sepedaku bocor saat mau ke mari. Terpaksa ke bengkel dulu.”
Aku berdecak kesal.
“Kau pakai mobil? Kalau begitu pergilah ke jalan XXX di sana ada lapangan basket yang tak terpakai lagi. Kau bisa lari di sana sampai aku datang.”
“Awas kalau kau tidak muncul!!”
Dia mengangguk lantas mengayuh sepedanya.
Perlahan aku melajukan mobilku. Mendahuluinya ke tempat yang dia maksud.
Tempat yang cukup sepi. Dan terlihat tak terawat lagi. Aku memilih duduk di mobilku. menunggunya.

“YA!!!” suaranya. Kulihat dia sudah di sampingku. Aku mematikan mp3 ku. Dan keluar mobilku.
“Bukankah sudah kubilang kalau sudah sampai kau lari dulu??” dia menatap galak.
“Untuk apa? Kau ingin aku mati kelelahan?!”
“Apa kau mau olah raga tanpa pemanasan??? Aku pelatihmu!! Lari!!!”
Aishh…
Dia melotot. Memaksaku. “Arraso!!”
Aku mulai berlari.
“Sepuluh kali putaran!!”
Aku melakukannya. Setelah selesai lari dia memberiku arahan bagaimana mendribel yang benar. Bolaku tak terarah. Pergi ke sana ke mari.
“Ya!!! Ikuti ke mana arah bolanya!!”
“Sudah kuusahakan!! Bolanya saja yang menjauhiku!!”
“Kau yang membuatnya menjauhimu. Lakukan lagi!!!”
Hanya itu yang kulakukan. Dia melatihku sampai pukul 9 malam.
“Latihanlah di rumah. Jika tak punya bolanya, belilah.”
“Arrasso!” Kau pikir aku bodoh.
“Sampai jumpa besok di sini.”
“Awas kalau kau terlambat.”
Dia tak menjawab. Langsung mengayuh sepedanya.

***

Setelah bisa mendribel. Dia mengajariku menggiring bola dan memasukkan ke ring. Aku sudah mulai mahir. Latihan beberapa waktu saja lagi, aku akan bisa memamerkan kehebatanku ini pada Soo Eun dan teman-teman. Haha, fansku pasti bertambah banyak.
Di sekolah, kami bersikap tak saling kenal. Bahkan jika di luar sekolah tak sengaja bertemu, jika tak ada yang ngenal kami, baru aku menyapanya.
Belakangan aku tahu dia bekerja setelah pulang sekolah di sebuah rumah makan. Menjadi pelayan di sana. Dia bekerja sampai pukul 6 malam. Aku tak sengaja melihatnya sedang membuang sampah saat itu. Lalu kutanyakan padanya saat latihan. Dia bilang dia bekerja paruh waktu di sana. Sekedar untuk tambahan biaya sekolah katanya.
Dan di sini, dia pelatihku.
Kali ini Hyun Ae yang menjadi lawanku. satu lawan satu. Dia masih lebih unggul. Ya jelas lah. Dia kan pemain basket.
Kami berhenti saat merasa lelah. Ku ambil air mineral yang kubawa dari mobilku. Kuberikan padanya satu.
“Gomawo.” Katanya sambil menyambut botol yang kuberikan.
Aku mengangguk dan duduk di sampingnya.
“Hampir sebulan aku melatihmu. Tidak terasa ya…” katanya. Matanya menatap langit yang penuh bintang.
“Mm…” aku mengiyakan. Aku juga baru sadar kalau selama itu dia melatihku.
“Kau belum memberitahuku apa alasanmu ingin bisa bermain basket?” dia mengalihkan pandangannya padaku.
“Mmm… Cuma ingin menambah jumlah fansku.”
“Jeongmal??” dia tersenyum tak percaya.
“Alasan lainnya, agar dia, bisa dibilang orang yang kusuka, memperhatikanku.”
Dia tak merespon. Tapi kutahu dia mendengarkanku dengan antusias.
“Dia suka dengan pemain basket. Jadi meski aku memenuhi kriteria cowok idaman wanita…”
Hyun Ae mendengus tak terima.
“YA!! Itu benar. Apa kau tak berpikir aku ini tipe cowok ideal banyak wanita??”
“Anni! Buktinya gadis yang kau suka tak memperhatikanmu!”
Ugh!
“Benar. Tapi setelah ini, dia pasti memperhatikanku.”
Hyun Ae tertawa.
“Terserahlah… Semoga kau sukses mendapatkan perhatiannya.” Dia menepuk pundakku. Kemudian dia berdiri. “Sudah malam,” katanya, “Kau sudah bisa sekarang. Tinggal latihan lebih sering saja. Kurasa aku tak perlu melatihmu lagi. Bisa kuambil honorku sekarang?”
Eh??? Apa maksudnya latihan darinya sudah selesai? “Tapi… aku belum begitu mahir.”
“Sudah kubilang latihan lebih sering.”
“Arrasso.” Jawabku lemah. Hei? Kenapa jadi sedih begini?
Aku berdiri dan mengambil dompetku. Menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu padanya.
“Ya!! Tak perlu sebanyak ini!”
“Anggap saja sebagai rasa terima kasih.”
Aku melangkah masuk ke mobilku. Menutup pintu dengan lemas. Lalu melajukannya.
----End Changmin POV----


-Hyun Ae POV-

Aku menghela naps. Kutatap uang di tanganku. Lumayan untuk tambahan bayar sekolah nanti. Akan kumasukkan ke bank besok.
Aku hendak berterima kasih saat kudapati dia sudah melajukan mobilnya.
Ya sudahlah.
Aku mengayuh sepedaku. Tapi kemudian berhenti. Menatap kembali pada lapangan basket di belakangku.
Besok, aku sudah tak ke sini lagi. Semua akan kembali ke rutinitas semula. Setelah kerja, aku akan main sebentar di lapangan basket di taman, bukan di sini lagi. Kenapa rasanya tak rela?
----End Hyun Ae POV----

Esok harinya.

-Changmin POV-

Aku merasa malas ke sekolah. Rasanya mood ku sangat buruk. Kesal karena saat aku ingin sendiri para cewek menggerumbungiku.
Aku berbicara dengan mereka sebentar. Kemudian pamit pergi.
Aku menuju lapangan basket. Soo Eun ada di sana. Menatap penuh kagum pada mereka yang bermain basket.
Aku menuju ke tengah lapangan dan ikut bermain. Awalnya mereka tak mau, mereka pikir aku masih tidak bisa. Tapi…, shut!! Bolaku masuk dengan mudah. Tidak. Itu hanya karena mereka meremehkanku. Sekarang aku bisa tersenyum bangga. Para cewek yang menggerumbungiku tadi berteriak histeris di pinggir lapangan. Baru sadar aku mereka mengikutiku.
Soo Eun terlihat terkejut. Kudapati dia mulai kagum padaku saat melihat ternyata aku cukup lumayan dalam pertandingan.
Pertandinan berakhir. Aku menuju ke pinggir lapangan. Soo Eun mendekatiku.
“Changmin, aku tak pernah tahu kalau permainanmu lumayan.”
Aku tersenyum merendah. Ekor mataku menangkap sosok yang tengah berjalan di koridor. Sudut matu tak mau lepas darinya.
Ia lewat di depanku. Senyum masih tersungging di bibirku. Ia berlalu begitu saja. Serasa ada keanehan di hatiku. Aku tahu apa arti dari rasa itu. Kesal.
Bukankah memang begitu biasanya? Di sekolah dia tak mempedulikanku. Kenapa harus kesal?

Pulang sekolah, perasaanku benar-benar belum membaik. Aishh….
Aku tengah di jalan, sengaja tak pulang, kuharap moodku membaik.
Tak sengaja aku melihat sosok yang kukenal. Kulihat dia sedang memeriksa sepedanya. Apa bannya bocor?
Aku merapat. Keluar dari mobilku.
“Aishh… putus!” gumamnya.
“Apanya yang putus?”
Dia mendongak. “O?” dia terkejut melihatku. “Changmin?”
Aku mengangguk ragu. Salah tingkah. “Ada apa dengan sepedamu?”
“Ah, rantainya putus. Rasanya di sebelah sada ada bengkel. Aku ke sana dulu.”
“Biar kutemani.”
Dia menatapku bingung. “Mobilmu bagaimana?”
“Ah? Benar juga.”
“Sampai jumpa.”
Dia berlalu. Dan lagi-lagi aku merasa tak seharusnya membiarkanya pergi.

Aku memainkan bola di halaman depan ruamhku. Tapi pikiranku tidak focus. Kuputuskan untuk ke tempat latihan. Siapa tahu dia di sana.
Dengan segera aku ke sana. Kosong. Tak ada dia.
Aku memainkan bola tak bersemangat.
Pukul 9 tepat kuputuskan untuk pulang.
----End Changmin POV----

-Hyun Ae POV-

Aku melihatnya berhasil bermain basket dengan baik. Apa dia sedang pamer dengan gadis yang dia maksud?
Kulihat Soo Eun mendekat. Berbicara sesuatu. Kulihat Changmin tersenyum.
Apa dia gadis itu? Sepertinya dia berhasil mendapatkan perhatian dari gadis itu.
Aku putuskan terus melangakh. Itu sudah bukan urusanku.

Pulang sekolah aku menuju bank. Memasukkan uang yang diberi Changmin tadi malam. Saat mau ke tempat kerjaku, rantai sepedaku putus.
Sebuah suara menegurku. Aku mengenal suara itu. Dengan ragu aku mendongak. “O? Changmin?”
Dia mengangguk. Terlihat salah tingkah. “Ada apa dengan sepedamu?”
“Ah, rantainya putus. Rasanya di sebelah sada ada bengkel. Aku ke sana dulu.”
“Biar kutemani.”
Aku menatapnya bingung. “Mobilmu bagaimana?”
“Ah? Benar juga.”
“Sampai jumpa.”
Aku berlalu. Tapi kutahu hatiku menjerit kegirangan. Kupikir setelah latihan dia akan menganggapku orang asing. Ternyata…^^

Malam hari, usai bekerja, aku tak menuju taman. Karena besok ada ulangan bahasa inggris, kuputuskna tidak bermain ke sana.
Baru beberapa menit aku memahami materi di buku tulisku, pikiranku sudah mengembara.
Apa dia masih latihan di tempat itu?
Hyun Ae-ah! KONSENTRASI!!! Besok ulangan.
Aku membaca lagi.
----End Hyun Ae POV----
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana???? RCL ea……XDXD
tapi comennya di dinding ea....

No comments:

Post a Comment