Friday, June 4, 2010

FF: One Last Cry part c

Hhfff…bagaimana?? Mudah-mudahan masih ingin membacanya. Seetelah ini sudah episode (baca:chapter) terakhir. Hohoho… mudah-mudahan masih ok. ^^

Title: One Last Cry
Genre: Romance
Tokoh:
1. Hyun Ae (seperti biasa: kalian para pembaca setiaku XDXDXD, kalau nggak mau siapa yang mau aja XP)
2. Changmin (Hfff… ketulis juga nama oppa. Acting yang bagus ya oppa XDXD)


One Last Cry
Chapter 3




-Changmin POV-

Aku mainkan bola basketku. Memikirkan tentang Hyun Ae yang tak kunjung datang ke tempat latihan. Apakah benar-benar berakhir?
Seminggu sudah berlalu. Hyun Ae yang selalu melintas di depan kelasku saat istirahat, menjadi hal yang paling kunantikan. Berharap aku bisa mempunyai keberanian bertanya padanya akankah dia datang ke tempat latihan dulu. Tapi sayangnya aku tetap diam.
Masalah taruhan aku taka mu melanjutkannya lagi. Moodku sudah hilang. Soo Eun juga nampaknya tak begitu tertarik. Sudahlah. Yang utama adalah Hyun Ae.
Aku menghentikan permainanku. Aku duduk di kursi di dekat lapangan. Memutar-mutar bola yang ada di tanganku.
“Changmin?” sebuah suara mengagetkanku. Aku mendongak dan menemukan sosoknya sudah berdir di depanku.
“Kau latihan di sini?”
Aku mengangguk. Sebuah senyum terukir di bibirku. Juga hatiku ^^
Dia duduk di sampingku. Keadaan kami terlihat canggung.
“Kau sendiri? Kenapa hari ini ke mari?”
“Aku baru bisa main hari ini. di taman kurang seru, kuputuskan ke mari.”
Aku tersenyum.
----End Chang Min POV----

-Hyun Ae POV-

Ulangan berakhir. Usai kerja aku langsung ke taman. Berniat main basket di sana. Sayangnya konsentrasiku kacau. Pikiranku terus mengembara ke tempat latihan yang dulu.
Aku berhenti, dan memutuskan pergi ke sana. Apa dia ada di sana? Jangan terlalu berharap Hyun Ae-ah.
Tiba di sana ku lihat dia sedang duduk.
“Changmin?”
Dia mendongak.
“Kau latihan di sini?”
Dia mengangguk. “Kau sendiri? Kenapa hari ini kemari?”
“Ah, aku baru bisa main hari ini. di taman kurang seru, kuputuskan kemarin.”
Kudapati senyum lembutnya.
----End Hyun Ae POV-----

-Changmin POV-

Setelah itu, kami bermain basket bersama lagi. Satu lawan satu. benar-benar menyenangkan. Bersamanya terasa lebih mudah menemukan kecerian. Dia teman terbaikku. Pertaruhan yang aneh sudah kuakhiri. Dan tebar pesona sana-sni juga. Cukup Hyun Ae melihat padaku, aku sudah puas. Apa aku lagi-lagi jatuh cinta? Cinta yang sesungguhnya?
Hyun Ae selalu melintas di depan kelasku. Membuat daftar kegiatan harian (menunggu dia melintas) di kehidupan SMAku. Tak peduli kebodohan apa yang kulakukan di depannya, asal dapat membuat dia tersenyum, aku akan melakukannya. Hyun Ae-ah, ini cinta, aku tahu. Aku ingin menggenggammu, tapi mungkin kau tidak mau. Aku akan sabar sampai hari itu tiba. Kuharap, aku tak akan terluka.

Hari berlalu. Kami sudah masuk kelas tiga SMA. Sudah saatnya fokus pada kelulusan dan tes masuk universitas.
Kami belajar bersama-sama. Lebih sering di rumahnya. Umma dan appanya sangat ramah. Kadang, jika tidak bisa kami akan bertanya pada tetangganya yang pandai. Selama ada dia, kurasa sepanjang hari adalah hari terbahagia dalam kehidupanku.
Aku dan dia tetap berstatus sebagai teman sekolah. Teman dalam belajar. Aku tak ingin lebih. Jika ‘lebih’ itu justru membuat jarak yang dekat ini, menjauh, aku lebih baik begini.
Tiap hari seperti itu. Saat libur aku coba buat alasan untuk bisa bertemu. Dia hanya bersedia jika aku berkata bertemu untuk mengingat pelajaran-pelajaran yang telah lalu, tak mau membuat waktu berharga untuk hal-hal yang tak begitu penting. Makanya, aku bilang aku mau belajar bersama-sama. Haha…
Musim berganti dan ujian pun tiba. Aku sama gugupnya dengannya. Kami saling menguatkan satu sama lain.
“PASTI BISA!!!” kataku.
Dan dia membalas,
“SEMANGAT!!”

Kemudian tiba saatnya untuk menyiapkan masa depan masing-masing. Ujian nasional telah terlewati, kami lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Kini saatnya menyiapkan diri untuk masuk universitas
Aku dan dia belajar keras. Dia yang ingin masuk di arsitek dan aku yang ingin masuk di kedokteran.
Kami saling mendukung satu sama lain.
-----End Changmin POV----

-Hyun Ae POV-

Sejak memasuki kelas 3 SMA aku dan Changmin semakin sering bertemu. Bukan untuk bermain basket, tapi untuk belajar. Ujian kelulusan sudah di depan mata.
Aku dan dia saling mendukung. Dia yang ingin masuk kedokteran dan aku yang ingin ke arsitek. Ku harap mimpi kami ini terwujud.

Hari ini pengumuman universitas. Kami membaca koran yang akan memajang siapa saja yang lolos seleksi. Dan… untunglah kami sama-sama di terima di universitas yang kami pilih masing-masing.
Dia mengajakku merayakan keberhasilan kami bersam-sama. Untuk kali ini karena sudah tidak ada beban lagi, aku bersedia keluar bersamanya.
-----End Hyun Ae POV-----

-CHangmin POV-

Aku mengajaknya merayakn keberhasilan kami. Dia bersedia. Tak terkira betapa senangnya aku.
Aku mengajaknya ke bioskop, ke café, ke book shoop (dan membelikannya satu buku yang menurutkuku diinginkannya), kemudian ke taman. Kemudian aku mengajaknya ke pantai. Dia berkata “Semoga bisa bertemu di lain waktu.”
Ya, karena dia memilih universitas di luar kota. Begitu juga denganku. Kami berbeda tempat. Jadi mungkin sulit untuk bertemu. Tapi kuharap dia mau memenuhi permintaan yang entah sejak kapan kuharapkan dia penuhi.
Kutatap dia. Tiba-tiba saja detak jantungku jadi lebih cepat. Dia masih memandang laut di depan kami. “Saat itu…”
Dia menoleh. Detak jantungku semakin cepat.
“Saat itu…,” ulangku, “jika saat itu aku sudah sukses, maukah kau ada di sisiku selamanya?”
Dia menatapku bingung.
Aku semakin gugup. Akankah perasaanku ini hancur lagi seperti tahun-tahun yang lalu?
“Lima tahun,” lanjutku, “aku janji lima tahun lagi aku akan datang menemuimu. Jika saat itu tiba, maukah kau menikah denganku?”
Dia memandangku.
“Aku membutuhkanmu, Hyun Ae-ah. Jika saat ini aku masih bernaung di bawah umma dan appaku, aku janji lima tahun nanti aku akan berdiri di kakiku sendiri. Aku janji kau tak akan menyesal menungguku.”
Dia masih diam. Sial!! Kegugupanku semakin menjadi.
“Aku… sudah hampir dua tahun ini mencintaimu. Bahkan kau bisa pastikan, lima bahkan dua puluh tahun yang akan datang, perasaanku tak berubah. Aku… aku pasti masih mencintaimu.”
Dia tersenyum tipis. Kutemukan wajahnya bersemu merah. Apakah itu artinya dia merasakan hal yang sama denganku?
“Berjanjilah… bahwa kau akan menungguku.” Pintaku. Dia mengangguk. Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku benar-benar bahagia! Dialah penyemangatku! Hyun Ae-ah tunggu lah aku!!!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hmm… next chap, udah chap terakhir. Bagaimana??? Aku harap masih menyukai karyaku yang satu ini hehe…
coment di dinding ea,hehe....

No comments:

Post a Comment