Monday, August 9, 2010

FF: Rain in our Heart

Ini Short FF keduaku. Kuharap kalian menyukainya ya?
Bagi yang kena tag harap comment. ^^
Kalau enggak, ada kemungkinan ga akan aku tag lagi lho.
And buat yang ga suka kena tag, kasih tahu juga, biar ga aku tag lagi ^^
Let read! XD
--------------------------------------------------------------

Title: Rain In Our Heart
Cast: Hyun Ae dan Kyu Hyun (Super Junior)
Disclaimer: dapat inspirasi ketika merenungi HP yang rusak, hehe
Music: *pilih sendiri aja music apa yang cocok untuk cerita ini, hehe*

RAIN IN OUR HEART

Dia diam-diam memperhatikan sosok tinggi dan tampan di sana. Selalu. Sosok yang seumuran denganku. Sosok yang bahkan suara tingginya tidak dapat kusaingi. Sosok yang amat sangat cocok menjadi seorang idola.
“Kau sibuk?” kutegur dia yang sejak tadi bersembunyi di balik sebuah pintu ruang latihan grup DBSK. Dia terperanjat.
“Kyu Hyun-ssi?” tegurnya sambil mengurut dadanya. “Waeyo?” tanyanya. Dia asisten penata busana kami. Kabarnya sih, keponakannya. Anehnya dia tidak selalu mengikuti ke manapun penata busana kami pergi.
“Tolong belikan minuman dingin.” Aku menyerahkan uang padanya.
“Minuman seperti biasa?”
Aku mengangguk. Aku memang sering memintanya membelikanku minuman. Bukan apa-apa. Aku… hanya ingin ada alasan untuk menegurnya. Hanya ingin menatap lebih dekat. Hanya ingin mendengar suaranya meski sedikit. “Ku tunggu di ruang latihan kami ya?”
Dia mengangguk lagi dan berlalu usai mengambil uang dari tanganku.
Aku menatap punggungnya yang menjauh. Sebenarnya, alasan aku memintanya membelikan minuman adalah karena tidak tahan melihatnya menatap Shim Changmin diam-diam seperti tadi. Hatiku sakit. Dadaku sesak!
Sering hatiku bertanya, kenapa dia tidak melihat ke arahku? Aku benar-benanr ingin bilang padanya ‘Ada aku yang memperhatikanmu, Hyun Ae-ah.’
***
Di lain waktu.
Aku menuju atap gedung. Latihan untuk Show kami baru saja berakhir. Aku meregangkan otot di sana dan melihat satu sosok yang amat kukenal. Hyun Ae.
Sengaja aku duduk di sampingnya. Jarak kami sekitar tiga puluh centimeter.
Dia menoleh ketika aku duduk.
“Tidak apa-apa kan?”
“Nde…” ujermya sambil mengangguk ragu. Kami terdiam cukup lama. Hanya angin musim gugur yang sesekali menyapa kulit kami.
“Kau Cassiopeia?” tanyaku mendadak. Buikan awal perbincangan yang baik kan?
Dia diam sesaat lalu mengangguk. “Tapi ELF juga.” Senyumnya mengembang. Membuat dadaku kembali berdebar.
Melihat reaksiku yang diam, dia berguman tak jelas. Terlihat cemas.
“Sebenarnya…” aku menelan ludah ketika dia menoleh. Haruskah kutanyakan? Bukankah terlihat sangat jelas? “… inti pertanyaanku bukan itu,” sambungku berat. hatiku melawan pikiranku.
“Nde?” ia bingung.
Aku menghela napas. “Apa… kau mencintainya?”
“Eh?”
“Shim Changmin. Kau mencintainya kan?” tenggorokanku sakit mengatakan hal itu.
“A..anni,” jawabnya gugup. “A..aku… cuma fansnya. Iya, fansnya, hehe…” tawanya terdengar aneh
“Kenapa memilih tidak mengaku?” paksaku.
Dia menggigit bibir bawahnya. “Apa perasaanku terlihat begitu jelas?” tanyanya cemas.
Aku mengangguk lambat. Secara tidak langsung dia sudah mengakuinya.“Buatku, sangat jelas terlihat.”
Dia menundukkan kepalanya. “Padahal aku sudah snagat hati-hati menutupi perasaanku.” Lirihnya. Dia kembali menatapku, tapi kali ini dengan mata penuh harap. “Tolong, rahasiakan ini ya?”
“Kenapa di rahasiakan?” padahal, tanpa dia minta, aku pasti merahasiakannya. Aku tak mau dia bersama dengan laki-laki bersuara tinggi itu.
“Peraturan management, kau tentu tahu kan?”
A~ peraturan tidka boleh pacaran itu. Apa dia yakin akan diterima Changmin ketika menyatakan perasaannya?
“Tidak boleh ada yang tahu.” Bisiknya lebih kepada dirinya sendiri.
“Mencintai seseorang tidak salah kan?” kataku.
Dia mengangguk lemah. “Mungkin…” dia berdehem sekali. “Mungkin aku takut. Takut karena terlalu mencintainya, orang-orang dan juga dia menganggapku hanya ingin bersinar di dekatnya.”
Aku tersenyum sinis. Alasan apa itu?
“Aku takut orang-orang tak mengakui keberadaanku. Kemampuanku. Seharusnya perasaan ini berhenti. Tapi aku tak bisa.” Wajahnya terlihat sedih.
“Aku tahu dia penyuka Noona, sama denganmu dan yang lain kan?” sambungnya pelan sambil memainkan jemarinya. Dia memang lebih muda dua tahun dariku.
“Meski begitu, karena cinta itu buta, ia akan jatuh pada siapa saja tanpa peduli dengan criteria kita kan?” aku terdengar membelanya. Tapi sebenarnya itu adalah kejujuranku. Walau dia buka wanita idamanku, hatiku memilihnya.
Dia tersenyum tipis. Diambilnya ipodnya dan memasang headsetnya. “Mau ikut dengar?” tawarnya.
Aku menggeleng. Aku paham. Dia tak mau membahas hal itu lagi.
Kupandangi jalanan di bawah. Waktu serasa berhenti ketika kudengar senandungnya. Suaranya merdu sekali. Seperti mendengar nyanyian bidadari surga.
***

Aku terpaku di tempatku berdiri. Satu sosok dengan aksinya yang memukau. Dengan tariannya yang indah dan suaranya yang mempesona. Dan penghayatan yang dalam. Senyum bahagia seperti kebahagiaan di lagu itu. Dia.. Hyun Ae.
Aku segera ke tempat ini ketika manajer bilang ternyata Hyun Ae adalah salah satu Trainee rahasia yang di siapkan untuk sebuah grup girl band ‘Miracle’ beranggotakan enam orang. Dia disiapkan sebagai senjata utama. Vocal utama dan dancer utama. Ia bahkan di latih khusus dalam sebuah teater agar bisa mengeluarkan penjiwaan dan ekspresi yang pas untuk menegaskan makna lagu itu.
Aku teringat kata-katanya di atap manajement waktu itu: ‘Mungkin aku takut. Takut karena terlalu mencintainya, orang-orang dan juga dia menganggapku hanya ingin bersinar di dekatnya. Aku takut orang-orang tak mengakui keberadaanku. Kemampuanku.’ Jadi, maksud kalimatnya adalah keberadaannya dan kemampuannya di grup ini.
Host memintanya menyanyi lagu yang paling disukainya. Dia tersenyum sesaat dan lagu What Shoul I do yang dipopulerkan Park Da Yee menegaskan karakter suaranya. Menegaskan perasaannya.
Aku tercenung. Sadar… kesempatanku berbicara padanya tak akan seperti dulu lagi. Sejak awal, memang cinta ini hanya bisa diteriakan di dalam hati. Cintanya pada Changmin dan cintaku padanya, tak akan pernah tersampaikan. Ini harus jadi rahasia di hati kami sendiri.
Sekarang, sepertinya, akulah yang harus menatapnya diam-diam di sudut ini. Tak boleh ada yang tahu.
-End-


comment pelase...

No comments:

Post a Comment