Monday, August 9, 2010

FF: Promise part 3

Title: Promise
Author: Imah Hyun Ae
Cast: Leeteuk (Super Junior) , Hyun Ae , dan Kyu Hyun (Super Junior)
Genre: Family/romance
Disclaimer: Ini cerita adapatasi dari film jepang dengan judul “Be With You”. Di sini saya tulis dengan gaya penulisan saya dengan bumbu-bumbu perasaan saya ^___^ saya harap kalian menyukainya seperti saya menyukai film tersebut XDXD


PROMISE
Part 3

Hyun Ae mengajak Kyu Hyun menanam biji bunga matahari.
“Kuharap aku bisa melihatnya saat berbunga,” gumam Hyun Ae.
Kyu Hyun menoleh. “Umma bicara sesuatu?” tanyanya.
Hyun Ae mengelus kepala Kyu Hyun dengan lembut dan tersenyum padanya.
“Ini apa?” Tanya Hyun Ae ketika melihat Kalung yang di pakai Kyu Hyun.
“Ini.. kunci kotak rahasia yang umma beri padaku. Tapi aku belum menemukan kotaknya.” Kyu Hyun berkata dengan wajah hampir menangis.
“Kita cari sama-sama ya?”
Kyu Hyun tersenyum cerah dan mengangguk semangat.
>>cut>>

Hujan turun lagi. Hyun Ae meminta teman sekantornya Leeteuk untuk menemuinya di sebuah kafe.
“Anda…” wanita yang duduk dengan gelisah sejak tadi langsung pucat melihat Hyun Ae.
“Jeongmal mianhae… Saya tahu ini menakutkan Anda. Saya tak bisa menjelaskan semuanya, saya…” Hyun Ae menarik napas. “sebentar lagi musim hujan akan berakhir, maka saya pun sebentar lagi akan menghilang, jadi… bisakah Anda menjaga Leeteuk dan Kyu Hyun saya?”
Wanita di depan Hyun Ae terkejut. Namun seketika mengerti kenapa selama musim hujan ini Leeteuk terlihat lebih gembira. Hyun Ae-nya sudah kembali, meski ia sendiri sulit untuk percaya.
“Mianhae… Permintaan saya memang aneh.. saya… Cuma takut. Lupakan apa yang saya katakan. Mian sudah mengganggu Anda.” Hyun Ae berdiri.
“Leeteuk dan Kyu Hyun sangat mencintai Anda,” kata wanita itu. “Anda jangan khawatir. Mereka pasti baik-baik saja,” sambungnya menenangkan.
Hyun Ae membungkukkan tubuhnya. “Gomaweo…” bisiknya lega. Ia lalu melangkah pergi.
Sambil memayungi tubuhnya, Hyun Ae berjalan. Dia meenuju sebuah toko. Memberi kue ulang tahu di sana untuk Kyu Hyun. Padahal ulang tahun Kyu Hyun masih seminggu lagi.
“Ajjusshi?” kata hyun Ae ragu saat kue sudah ada di tangannya.
“Nde?” tukang kue di depannya menatapnya.
“Apa Anda berniat tutup?”
Tukang kue memandangnya dengan aneh. “Tentu saja tidak.”
Hyun Ae tersenyum lega. “Kalau begitu, bisa kirimkan kue ulang tahun untuk anak saya?”
“Tentu. Kapan?” jawab tukang kue itu semangat.
“Berapa yang harus saya bayar jika saya minta mengirimkannya di setiap ulang tahun anak saya sampai dia berusia delapan belas tahun?”
“Eh?” tukang kue itu mencari keseriusan di wajah Hyun Ae. Setelah menemukannya dia mengatakan nominal yang harus di bayar.
>>cut>>

“Teuki~,” tegur Kyu Hyuh saat mereka sama-sama mandi usai merayakan ulang tahunya yang di percepat Hyun Ae.
“Nde~?”
“Apa saat musim hujan usai, umma akan pergi lagi?”
“Mungkin…” jawabnya lambat. “Kita harus siap, Kyu Hyun-ah…” di elusnya kepala Kyu Hyun dengan saying.
Kyu Hyun mengangguk pelan. Kesedihan akan berpisah lagi tergambar jelas di mata mereka.
>>cut>>

Boneka matahari terbalik tampaknya tak mampu mengabulkan permintaan Kyu Hyun. Karena di balik awan, mataharri pertama musim panas menyapa.
Kyu Hyun segera meminta ijin dengan gurunya untuk pulang. Anak kecil itu berlari dengan panik ke rumah.
“Umma??” panggilnya ketika ia sudah tiba di rymah. “UMMA??” teriaknya.
Hyun Ae keluar dari kamar dengan senyum lembutnya. Kyu Hyun memeluk Hyun Ae dengan erat.
“Umma tidak akan pergi kan?” tanyanya nyaris menangis sambil mempererat pelukannya. Hyun Ae mengelus kepala anak itu dengan sayang.
>>cut>>

Leeteuk terkejut mendengar berita di TV yang menyatakan bahwa msuim hujan telah berkahir dan matahari musim panas pertama sudah muncul. Ia berhambur keluar kantor. Bersepeda sekuat tenaga menuju rumahnya.
“Hyun Ae??” panggilnya.
Rumah tampak sunyi. Ia mencari, tapi tak menemukan Hyun Ae di sana.
Ia teringat dongeng yang ditulis Hyun Ae.
“Hutan itu!” gumam Leeteuk.
>>cut>>

“Aku takut appa tidak sempat datang, Kyu Hyun-ah…” guman Hyun Ae.
Kyu Hyun menatapnya. “Appa sangat lamban. Jalan saja sering lamban, umma.”
Hyun Ae tersenyum tipis mendengar komentar Kyu Hyun. “Kau tahu Kyu Hyun-ah? Dulu… appa adalah pelari hebat. Lebih cepat dari yang bisa kau kira”
“Jeongmal?”
Hyun Ae mengangguk.

Langit semakin cerah. Hyun Ae duduk di sebelah sana sambil memperhatikan Kyu Hyun yang mencari sesuatu di rumput.
“HYUN AE-AH??!!!” teriakan keras dari ujung gerbang membuat Hyun Ae berdiri.
“HYUN AE-AH?!!” teriak Leeteuk lagi. Ia berlari kencang.
Hyun Ae mendekat.
“Mianhae… karena aku tak bisa membahagiakanmu,” ujer Leeteuk penuh sesal. Butiran bening menggantung di pelupuk matanya.
Hyun Ae segera menggeleng. “Aku bahagia bersamamu,Teuki oppa. Kau dan Kyu Hyun adalah kebahagiaanku. Jaga Kyu Hyun untukku ya?”
Air mata Leeteuk menggenang.
Hyun Ae menyandarkan kepalanya di bahu Leeteuk. Lagi, ia memasukkan tangannya ke saku kiri jas Leeteuk.
Leeteuk segera memasukan tangannya ke saku kirinya juga. Ia menggenggam tangan Hyun Ae dengan erat, seolah tak mau melepaskannya lagi.
“Gomaweoyo…” bisik Hyun Ae.
Air mata Leeteuk jatuh. Perpisahan akan tiba.
Air yang tertampung di daun bergulir. Jatuh setetes ke genagan air yang memantulkan bayangan Hyun Ae dan Leeteuk. Seketika bayangan Hyun Ae menghilang.
>>cut>>
#End Flashback#

Leeteuk membaca diary Hyun Ae.
~isi diary Hyun Ae~
“Dia Leeteuk, seorang laki-laki biasa. Aku melihat tingkah anehnya suatu ketika. Saat itu dia berjaan dengan tali sepatu yang terlepas.
‘Chogi… tali sepatumu…” aku menegurnya. Ia segera membenarkan sepatunya, tapi lupa dengan sepedanya yang belum di standarkannya. Seketika sepedanya terjatuh.
Aku tertawa diam-diam.
Dengan kekusasaanku sebagai dewan sekolah aku bisa membuat diriku duduk di sampingnya selama dua tahun. Meski setiap di kelas hanya bisa menyapanya sedekarnya. Aku sudah bahagia hanya dengan berada di sampingnya.
Perpisahan sekolah, ia tampak hendak keluar kelas. Aku lekas mengambil buku kenangan yang kubuat dari tangan salah-satu teman sekelas dan segera menahan langkahnya. Aku memintanya menandatangi buku kenanganku ini.
Dia menerima bukuku dan mencari pennya. Usai menulis di buku itu, ia menyerahkanya padaku. Aku segera menyambutnya danberhambur keluar. Bersembunyi dibalik tiang besar.
‘Aku merasa nyaman duduk di sampingmu selama ini. Leeteuk.’ Tulisnya.
Senyumku merekah.
Saat sadar pennya masih di bukuku aku berbalik dan bermaksud menyerahkannya. Namun ketka melihat langkah cepatnya yang menjauh, kuputuskan untuk menyimpan pen tersebut. Berharap suatu hari nanti aku akan menelponnya dengan alasan mau mengembalikann pen ini.
Di Seoul aku mau menelponnya tapi tidak jadi. Aku takut. Takut… ia tak menjawab telponku.
Siapa sangka dia justru menelponku ketika aku pulang ke rumah. Dia menanyakan pen itu. Pen kesayangannya mungkin. Aku bilang akan kucari, padahal, pen itu ada di tanganku. Pen keberuntunganku!
Kami bertemu. Aku menyerahkan pennya. Dia menanyakan kabarku, aku senang sekali. Kupikir pembicaraan akan berjalan lama. Tapi ternyata setelah itu, dia diam.
Cukup lama sampai akhirnya dia bilang…
‘Kalau begitu … sampai jumpa.’
Aku mengangguk gamang. Hanya sampai di sini kah? Tapi… aku ingin lebih…
‘Sampai jumpa,’ balasku. Aku melangkah dengan berat. Aku tak mau secepat ini!, hatiku menjerit.
‘Chogi…’ ia menegurku. Aku berbalik dengan penuh harap.
‘Apa kau punya waktu untuk minum kopi?’ tanyanya.
Tentu saja! Aku mengangguk cepat.
Di kedai kopi dia terus bicara tanpa henti. Tak memberiku kesempatan sedikitpun untuk berkomentar dan bercerita tentang kegiatanku. Tak apa. Aku senang bisa lebih lama dengannya.
Di stasiun kereta api (dia mengantarku), aku sengaja memasukkan tanganku ke saku kiri jaketnya. Ia manatapku kaget. Aku berusaha sesantai mungkin, meskipun sebenarnya aku sadar wajahku memanas dan jantungku berdetak makin kencang. Aku ingin dia tahu aku menyukainya.
Perlahan, ia menggerakak tangannya menggenggam erat tanganku. Saat itu rasanya hangat sekali.
Satu kali kencan dan empat puluh tujuh surat cinta, hubungan kami berakhir. Kenapa begitu?
Kudengar dia berhenti kuliah di jurusan paling di cintainya. Dia bekerja. Untuk meminta penjelasannya, Aku menemuminya.dia bersikap dingin padaku. Mengatakan kalau dia tak pantas untukku. Aku baru mau mengatakan: ‘Tapi aku ingin di sisimu. Asal bersamamu, aku tak peduli hal lain. Yang aku pedulikan, aku bahagia jika dengannya’, dia meninggalkanku. Hatiku sakit. Kenapa dia jadi sedingin itu padaku?
Hujan turun dengan deras ketika kau keluas dari ruang kuliahku. Karena terburu-buru, aku memutuskan menggunakan tasku sebagai payung. Baru beberapa langkah melaju di hujan, seseorang memanggilku.
‘Bukumu,’ kata laki-laki, teman sekelasku. Ia menyerahkan bukuku yang kuperlukan untuk tugasku.
Aku bicara dengannya di bawah payungnya. Tiba-tiba pandanganku terhenti pada sosok yang tidak asing bagiku. Sosok yang kurindukan. Leeteuk.
Aku pamit pada temanku dan memanggil Leeteuk yang terus berjalan. Aku mengejarnya. Tak peduli dengan hujan yang akan mebasahi tubuhku.
Aku terus memanggil namanya, tapi ia tak berhenti. Mungkin tak mendengar.
Ia menyebrang jalan. Tanpa melihat kanan-kiri aku menyebrang jalan. Mengejarnya. Meneriakkan namanya. Ia masih tak berhenti melangkah.
Ckiiittttt!!!
Mobil mengerem cepat. Saat aku menoleh…
Brugh!!
Aku jatuh. Mobil menabrakku cukup kuat. Sakit! Tapi aku harus bangun dan mengejarnya. Aku bangkit. Berlari kecil. Kulihat di sudut san dia tengah berhenti mengatur napas.
Aku lega. Segera kulangkahkan kakiku. Tapi… aku kembali jatuh. Kali ini tak sadarkan diri.
Aku tahu, tak akan ada yang percaya dengan ceritaku. Saat aku koma, aku justru melintasi waktu menuju masa depan. Bertemu dengan Leeteuk yang berusia dua puluh sembilan tahun dan seorang anak yang lahir dari pernikahan kami, Kyu Hyun, berusia sembilan tahun.
Aku kembali ke masa dua puluh tahunku. Kembali seiring dengan musim hujan yang usai. Aku terbangun dari koma.
Apa yang akan kuputuskan? Pergi menemui Leeteuk dan menikah dengannya? Lalu meninggal di usia dua puluh delapan tahun? Atau… aku menghentikan perasaan ini. Menikah dengan orang lain saja dan punya kehidupan masa depan yang berbeda?
Tidak! Bagaimanapun, aku mencintai Leeteuk. Aku… aku lebih memilih hidup singkat tapi bahagia karena bersama orang yang kucintai, dari pada bersama orang lain.
Aku berlari cepat. Seolah tak ijinkan waktu berlalu begitu saja.
Aku menelpon Leeteuk dan memintanya bertemu. Aku mengajaknya bertemu di taman bunga matahari.
Teuki oppa, Kyu Hyun-ah… tunggu aku!!!
Leeteuk tampak terkejut ketika aku tiba. Kukatakan aku tahu segalanya. Ku katakan kami akan bahagia. Kami bisa bersama-sama.
Kupeluk ia dengan erat. Ia membalas pelukanku.
Tak lama setelah hari itu kami menikah dan tinggal di dekat dokter yang merawat Leeteuk. Hari-hari bersamanya kujalani dengna bahagia.
Aku memang akan meninggalkan mereka di usia dua puluh delapan tahunku. Tapi aku juga akan kembali. Kembali menemui mereka id musim hujan setahun setelah kepergianku. Karena itulah, aku berjanji pada buah hatiku, bahwa aku pasti kembali. Pasti!
~end diary Hyun Ae~

Bunga matahari bermekaran dengan indahnya. Leeteuk yang duduk di teras menutup diary Hyun Ae.
Kyu Hyun sedang menyiapkan makanan di dapur berrteriak, “Teuki~ sudah siap!”
“Nde~” Leeteuk pun beranjak. Di tatapnya anaknya yang semakin tinggi sekarang.
Hyun Ae-ah, aku menjaganya dengan baik kan?, batinku.
Aku membayangkan Hyun Ae tersenyum dan mengangguk di atas sana.
~TAMAT~
Waaa~ sweet banget kan?? I love this story XDXD
Di tunggu komentarnya ^________^

2 comments:

  1. Touched bgt eonnie... ^_^
    Trus nulis ya eon...
    Tlisan2 yg eonnie bwt dlam bgt eon...
    Jd keinget smlam eon,,
    Aku jdi g' bsa tdur gra2 fanfic eon!!!
    Hhhehehe.. ;D
    Hwaiiitiiing eon...!!!

    Be with u?yana jdi kpngen liat film nya nih eon.. Ahak.. ;D

    (Eonnie,,request donk eon...bwtn ff ttg kyu m aku boleh g' eon..??)
    (eonnie: bnyak ngmong nie anak!!)
    xixixixixixix... XD
    Klo eonnie ada wktu eon,,klo g' lnjutin tlisan2 mu eon..!!
    (ni ank bnyak bacot ye!!)

    Xixixii XD

    Mianhae eon.. ^_^

    ReplyDelete
  2. gomaweo...aku ga janji ya, hehehe... coz req yg lain msh ada yang blum q penuhi jg, heheh
    mampir lg ea nanti XD

    ReplyDelete